Di Tengah Perubahan MODEL BISNIS
oleh: Dewi Asri TP (2012)Dalam era data/internet, para operator domain telekomunikasi selular tentu saja mulai memfokuskan bisnis dan layanannya pada data, yang semula hanya sebagai salah satu value added service (VAS) hingga kemudian menjadi bagian core business para operator. Sayangnya pada era data ini, sepertinya operator harus berbagi “kue” revenue dengan “banyak pemain lain” di luar domain telekomunikasi. Kemungkinan nilai yang didapatkan tidak akan sebesar saat era voice dan SMS masih mendominasi layanan telekomunikasi. Tetapi pertumbuhan pendapatan terus tertekan.
Hal ini sepertinya menimbulkan dampak kepada para insan telekomunikasi baik langsung maupun tidak langsung.
Mengapa ketika voice dan SMS mendominasi, revenue operator relatif besar? Karena pada era tersebut operator telekomunikasi mendapatkan revenue dari dua hal utama yaitu jaringan dan layanan (services). Hal ini karena operator bertindak sebagai penyedia jaringan dan penyedia layanan sekaligus.
Namun di era data, peran operator telekomunikasi tersebut tidak lagi bersifat “monopoli” walau masih mendominasi. Memang melalui jaringan, operator juga menyediakan layanan data namun baru sebatas koneksi ke dunia internet saja dan biasa disebut sebagai dumb pipe. Layanan data yang sesungguhnya masih disediakan dan menjadi peran utama para pemain aplikasi atau OTT (over the top).
Dalam era trend konvergensi antara dunia telekomunikasi, IT/internet dan broadcasting seperti sekarang ini, bisnis yang mendominasi adalah bisnis longtail atau aplikasi dengan model bisnis bersifat open/opensource, berbasis komunitas dan hampir tidak berbayar atau freemium.
Open/opensource adalah bahwa source code atau algoritma aplikasi tidak proprietary dan terbuka untuk umum. Sedangkan berbasis komunitas adalah sebagai akibat dari opensource, dimana karena sifat yang terbuka menjadi pemicu terbentuknya komunitas-komunitas yang akhirnya mengembangkan dan kemudian menggunakan aplikasi tersebut secara massal. Dan yang terakhir adalah gratis atau freemium, dimana para pengguna dapat menggunakan aplikasi tersebut tanpa harus membayar atau hanya akan membayar jika ingin menggunakan aplikasi tersebut pada tingkat manfaat yang lebih tinggi. Ketiga sifat dalam trend bisnis model ini telah dibuktikan dan berhasil dilakukan oleh para raksasa di dunia IT & internet yang ada saat ini seperti Linux, Google, Facebook, Twitter, YouTube hingga Android.
Google Business Model (sumber: www.businessmodelgeneration.com) |
Kenapa?
Karena sumber pendapatan utama perusahaan broadcasting tidak berbayar (free to air - FTA) bukanlah dari para pelanggan namun dari pihak ketiga seperti iklan. Pelanggan sebagai komunitas massal dijadikan modal oleh perusahaan broadcasting sebagai ladang bagi perusahaan barang dan jasa yang ingin mengiklankan produknya secara massif. Dan ketika pelanggan ingin mendapatkan layanan siaran yang lebih variatif dan tanpa iklan maka pelanggan dapat memilih broadcasting berbayar yang merupakan bentuk freemium dari bisnis broadcasting.
Model bisnis para raksasa internet dan contoh dari dunia broadcasting tampaknya bisa menjadi solusi bagi kegalauan bisnis di dunia telekomunikasi saat ini. Didasari bahwa komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang sampai kapanpun akan selalu ada dan berbekal komunitas pelanggan yang sangat besar yang telah dimiliki, para operator telekomunikasi dapat mulai bertransformasi menuju model bisnis baru yang berorientasi pada layanan longtail atau aplikasi dan bersifat open, community-based dan free atau freemium.
Operator telekomunikasi perlu mulai fokus mengembangkan sisi aplikasi yang bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti membangun in-house software sendiri atau memfasilitasi kompetisi pembuatan aplikasi baru atau dimulai dari bekerjasama dengan aplikasi global yang sudah ada untuk memberikan nilai tambah bagi aplikasi tersebut jika diakses menggunakan jaringan operator tersebut. Aplikasi-aplikasi yang dibangun juga perlu dicermati agar sesuai dengan kebutuhan para pelanggan dan forecast terhadap trend global yang akan terjadi.
Selanjutnya adalah aplikasi atau layanan yang ditawarkan oleh operator telekomunikasi lebih fokus pada komunitas pelanggan yang ingin disasar. Ketika suatu layanan atau aplikasi sudah menjadi bagian dari komunitas maka layanan atau aplikasi tersebut akan terus digunakan dan menjadi bagian tidak terpisahkan. Melalui komunitas juga keberlanjutan suatu layanan atau aplikasi dapat terjaga dan berlangsung lebih lama. Selain dalam konteks pengguna atau pelanggan, komunitas juga perlu dibentuk dalam konteks pengembangan layanan dan aplikasi seperti kerjasama dengan developer, insititusi pendidikan dan lembaga riset lainnya.
Dan yang terakhir adalah sifat free atau freemium.
Untuk melakukan hal ini operator telekomunikasi harus mampu melakukan segmentasi dan profiling seluruh pelanggannya dan membangun korelasi antara profil pelanggan dan kebutuhannya. Profiling dan korelasi memang cukup rumit dan bukan pekerjaan yang mudah karena hingga sekarang belum ada operator telekomunikasi yang benar-benar sukses melakukannya. Namun hal ini bukan sesuatu yang mustahil karena sudah berhasil dilakukan oleh para raksasa internet seperti Google dan Facebook yang memiliki jumlah pengguna yang sangat besar hingga mencapai angka 1 milyar pengguna dan berhasil menempatkan iklan atau promosi yang sesuai dengan segmen, profil dan kebutuhan para penggunanya.
Lebih lanjut, untuk aplikasi dan layanan yang lebih advanced atau dengan kualitas yang lebih baik dan terjamin serta bebas dari iklan, operator telekomunikasi dapat menawarkan layanan dan aplikasi yang berbayar (premium). Diharapkan dengan melakukan beberapa hal tersebut, operator dapat mentransformasi model bisnis-nya sehingga dapat tetap survive di era data dengan pertumbuhan revenue yang sama tinggi seperti pada masa voice dan SMS.
Sekian.
++
PEMIKIRAN ANGKATAN BERIKUTNYA (MT-2013)
oleh: Enov Tikupasang dan kawan-kawanModel bisnis telekomunikasi harus berubah.
Implementasi jaringan packet switching oleh operator telekomunikasi ternyata membawa dampak yang sangat serius dan seperti tidak pernah terfikirkan sebelumnya.
Penurunan pendapatan terjadi di saat traffic meningkat.
Hal ini sulit dimengerti jika kita berpijak pada konsep jaringan circuit switching dan bisnis model konvensioal.Akibatnya EBITDA operator terus tertekan tetapi operator tetap melakukan investasi baru secara besar-besaran.
Keberlanjutan usaha operator telekomunikasi menjadi isu sentral di tengah perubahan ini.Secara teori, apa saja yang mungkin terjadi jika ini tidak diantisipasi dengan baik sejak sekarang?
BAHAN DISKUSI 2014
- Apa yang sebenarnya terjadi? Dalam hal ini mengapa PS bisa merubah model bisnis konvensional CS ?
- Apakah gejala ini hanya terjadi di Indonesia atau di seluruh dunia?
- Mengapa situasi ini tidak terbaca sebelumnya?
- Sejauh apa model bisnis operator harus berubah? Apa dampaknya bagi karyawan? Siapa saja yang diuntungkan? Bagaimana mengetahui bisnis model yang dipilih sudah benar?
- Apa betul penggunaan biofuel dapat menurunkan efek rumah kaca dan menurunkan biaya energi? Jika harus menulis ulang Peraturan Presiden di atas, hal apa saja yang harus diperhatikan?