Tuesday, November 12, 2013

Studi Kasus #15: Model Bisnis MEDIA PUBLIK dan Layanan TELEKOMUNIKASI

Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 1
Mustain, RintoHariwijaya, Fauzan Baskoro


Media publik yang dikenal adalah koran, majalah, radio, dan televisi. 

Industri ini dalam kesulitan yang besar saat ini. Produksi menurun seiring penurunan pendapatan dan meningkatnya biaya-biaya. Faktor-faktor eksternal mengubah industri ini.  

Sejumlah operator telekomunikasi saat ini juga mengalami gejala yang sama.

Berhasilkah media publik mensiasati situasi ini?

Pengantar

Media massa cetak merupakan alat komunikasi satu arah yang diterbitkan di Eropa pada abad ke-17 dan berkembang sejak alat cetak pertama ditemukan yang mengantikan hand-writing news sheet.

Di Indonesia sendiri, surat kabar berkembang dan mempunyai peranannya sendiri di tengah masyarakat hingga sekarang. Pertumbuhan media massa cetak sangat pesat sebelum datangnya era digital. Kebutuhan manusia akan informasi menjadi salah satu pendorong media cetak berjaya dengan margin laba yang menarik. Sumber utama pendapatan media umumnya berasal dari iklan dan pelanggan.

Namun sejak era digital, ditandai dengan tumbuhnya layanan jaringan internet, media cetak konvensional ini mulai ditinggalkan penggunanya.Masyarakat bukan meninggalkan informasi, namun beralih ke teknologi yang menyajikan informasi dengan cara yang lebih praktis, cepat, up-to-date, dan dua arah.

Berdasarkan informasi dari American Newspaper Association, revenue media cetak terus terjun dari awal tahun 2000-an.

(sumber: Newspaper Association in Amerika - September 2012)

Model Bisnis Media Massa Konvensional (Cetak)

Model bisnis yang ditampilkan di sini berupa model bisnis media massa cetak konvensional.

Model Bisnis Media Massa Cetak Konvensional
Dalam kanvas model bisnis tersebut dapat terlihat bahwa VP yang ditawarkan berupa berita dengan CS masyarakat umum atau lokal suatu daerah dan iklan untuk CS perusahaan atau institusi atau juga perseorangan.

VP dan CS ini menghasilkan pendapatan dari jumlah eksemplar yang terjual ditambah dengan jumlah iklan yang dimuat dalam surat kabar tersebut. 

Aktivitas utama (KA) dan sumberdaya kunci (KR) menghasilkan beberapa jenis biaya sebagai berikut :
  • Biaya untuk jurnalis, editor dan kontributor 
  • Biaya pokok percetakan yang berupa biaya kertas dengan rumus total kertas yang terpakai : (jumlah lembar kertas x panjang x lebar x berat gr/m2) / 10.000 dan juga biaya tinta dengan rumus pemakaian tinta : (A x O x D x V x P x I) / 10.000 = … gram tinta. 
  • Biaya gudang (gaji karyawan bagian gudang, pemeliharaan dan perbaikan gudang) 
  • Biaya penerbitan 
  • Biaya ekspedisi / pengiriman (biaya pengepakan, pengiriman, karyawan bagian expedisi, biaya tidak langsung.
Sedangkan untuk KP terdiri dari :perusahaan periklanan, para kontributor, perusahaan percetakan dan operator telekomunikasi (menggunakan layanan telekomunikasi terutama untuk mendukung kegiatan jurnalistik, pengiriman berita, dan proses percetakan ke beberapa kantor cabang).

Mengapa Media Cetak Kolaps?

Sepanjang tahun 2011, The New York Times (NYT) perusahaan koran tertua di Amerika mengalami penurunan pendapatan luar biasa dari iklan dan dinyatakan kolaps pada akhir 2011. Hal ini menjadi pukulan besar bagi seluruh pengusaha media cetak di seluruh dunia.

NYT akhirnya melego 16 suratkabar daerah miliknya kepada Halifax Media Holdings senilai USD 143 juta. 

Selama 9 bulan pertama 2011, pendapatan perusahaan koran tersebut turun sebanyak 7 persen dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan biaya untuk mempertahankan tingkat keuntungan.

Kinerja Keuangan NYT
Penyebab utama kolapsnya media cetak tersebut adalah mahalnya biaya cetak dan biaya untuk mendapatkan informasi (news).

Koran adalah bisnis. Dengan asumsi biaya cetak Rp. 1000 per eksemplar. Ini berarti perusahaan suratkabar membutuhkan 100 juta untukmemproduksi 100.000 eksemplar. Untuk bisa terbit selama satu bulan penuh, maka dibutuhkan modal kira-kira 3 milyar rupiah.

Penyebab lainnya adalah media online.

Sistem yang mengedepankan teknologi internet ini lebih efisien, murah dan efektif dibandingkan dengan media cetak konvensional. Faktor kecepatan dan keakurasian menjadi andalan dari pemberitaan yang berbasiskan pada media online interaktif yang melibatkan publik sebagai sumber berita (citizen journalism) sekaligus pengguna berita.

Disamping itu media online juga lebih ramah lingkungan. (sumber: Kompasiana). Pasalnya media online tidak membutuhkan kertas, yang berasal dari pohon-pohon hutan.

Dan berikut ini kinerja keuangan The Washington Post berdasarkan laporan tahun 2012 :

Ilustrasi Kinerja Keuangan The Washiongton Post 2012

Bahan Diskusi

Berdasarkan fenomena tersebut, muncul sejumlah pertanyaan :
  1. Apakah kejatuhan media cetak konvensional ini benar-benar karena kehadiran media online? 
  2. Seberapa hebat sistem online yang nota bene berdiri di atas jaringan telekomunikasi bisa menjatuhkan sistem konvensional yang sudah beratus tahun eksis? 
  3. Apakah industri telekomunikasi diuntungkan dengan jatuhnya industri media dan tumbuhnya media onlune ini? Jika tidak, apa yang salah?
  4. Sejumlah media konvensional telah mengembangkan media online untuk menyesuaikan diri tetapi ini juga tidak mendorong pertumbuhan pendapatan mereka. Mengapa?
Mari kitadiskusikan.

Monday, November 4, 2013

Studi Kasus #14: Model Bisnis RETAIL dan Layanan TELEKOMUNIKASI

 Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 5
Zulfadli, Lia Astari, Rinaldy Resinanda

“Every man lives by exchanging” – Adam Smith
Perdagangan atau jual beli merupakan aktivitas sehari – hari manusia. 

Seperti quote yang dinyatakan oleh Adam Smith tersebut, mengandung arti bahwa perdagangan merupakan aktivitas dasar kehidupan manusia. 

Membahas dan mengikuti perkembangannya merupakan hal yang selalu menarik untuk diikuti! Khususnya dari perkembangan layanan telekomunikasi.


Retail sebagai Bagian Channel Distribusi

Retailing merupakan tahapan terakhir dalam suatu channel distribusi, sebagai bagian dari proses transfer kepemilikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.

Channel Distribusi Barang
Retail berasal dari bahasa Inggris yang berarti eceran. Secara lebih luas diartikan menjual barang eceran kepada masyarakat. 

Definisi retail berdasarkan para pakar adalah:
  1. Retailing is a set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use (Levy, Weitz, 2001)
  2. Retailing consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use (Berman, Evans, 2001) 
  3. Bisnis retail meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung pada konsumen (Usman Thoyib, 1998) 
  4. Ritel atau eceran (retailing) adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis (Utami, 2006)
Dalam suatu channel distribusi, retailing memainkan suatu peranan penting sebagai penengah antara para produsen, agen dan para konsumen akhir.
Retailer mengumpulkan berbagai jenis barang dan jasa dari berbagai sumber dan menawarkannya kepada konsumen. Retailing tidak harus melibatkan suatu toko. Mail order atau telepon order, penjualan langsung ke konsumen di rumah-rumah dan kantor, mesin-mesin penjaja termasuk dalam scope retailing.
Bisnis Retail merupakan salah satu bisnis yang tumbuh cukup baik di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Jumlah penduduk yang cukup banyak menunjang perputaran uang yang tinggi terutama untuk kebutuhan konsumsi. 

Dalam perkembangannya, bisnis retail melakukan perluasan jangkauan dari skala kota menuju propinsi, nasional, regional dan pada akhirnya global.

Digital Retailer

Traditional retailer beradaptasi dalam digital environment

Digital retailer dapat memberikan beberapa keuntungan bagi retail, dimana physical retail memiliki keterbatasan pada space. Dengan digital retailer, infrastruktur bangunan, perawatan bangunan, staf yang mengurusi store dapat dieliminasi. 
Digital retail dapat memungkinkan melakukan transaksi selama 24 jam setiap harinya. Namun digital retail juga membawa efek lain, yaitu dibutuhkan strategi pricing yang dinamis, di mana dengan sistem online kompetisi merupakan ‘single click away’.

Model Bisnis Retail

Berikut adalah contoh model bisnis dari usaha peritel di Indonesia:


Model bisnis retail memiliki pola long tail dan freemium.

Pola Bisnis Model Long Tail
Pola bisnis model long tail memiliki karakteristik menawarkan produk / layanan dalam variasi jumlah yang sangat banyak
Katalog produk dengan jumlah yang banyak ini dimungkinkan dengan adanya online store yang memudahkan customer untuk mengakses dan meng-update daftar produk dan harga.
Pola Bisnis Model Freemium
Model bisnis freemium bercirikan penawaran produk yang merupakan kombinasi produk gratis / low price dan berbayar.

Peran ICT dalam Model Bisnis Retail

Kemajuan sektor ICT turut membantu perkembangan bisnis retail, sehingga bisnis retail saat ini dapat dikatakan memiliki ketergantungan kepada teknologi informasi dan telekomunikasi yang tinggi terutama pada supply chain management (logistic, inventory, pembelian, pendistribusian) dan perluasan channel untuk keperluan marketing, serta untuk menambah layanan customer relationship.
Karakter bisnis retail yang berambisi menjangkau sebanyak mungkin konsumen telah membuat peranan e-business menjadi semakin penting. Evolusi skenario kompetisi pada sektor retail ini menjadikan ICT sebagai faktor penentu kemenangan dalam kompetisi. 

ICT telah berperan setidaknya dalam dua hal yaitu:
  • peningkatan laba, dan 
  • efisiensi terhadap keseluruhan proses internal.

Area utama yang membutuhkan bantuan ICT ada pada:
  1. supply chain configurations 
  2. manajemen operasi toko/merchant
  3. perbaikan business processes
  4. interaksi dengan pelanggan. 
Framework dari sistem retail yang telah menggunakan ICT dapat dideskripsikan sebagai berikut:



Peranan ICT pada masing-masing stream adalah sebagai berikut:
  1. Upstream supply chain --> e-procurement 
  2. In-house supply chain --> internal ICT systems 
  3. Downstream supply chain --> e-retailing, e-marketing, e-commerce website

Dengan semakin pentingnya peranan ICT terhadap kemajuan sektor retail, terlihat pula kecenderungan perusahaan-perusahaan retail untuk meningkatkan anggaran pemeliharaan dan investasi pada sektor ICT seperti terlihat pada hasil survei di bawah ini. 


Survey dilaksanakan ada tahun 2007 di tujuh negara utama Uni Eropa.

Secara khusus, aktivitas yang mendapatkan dampak positif cukup besar dari penerapan ICT adalah :
  1. logistik 
  2. administrasi dan akuntansi
  3. manajemen dan pengawasan
  4. marketing 
  5. pelayanan pelanggan. 

Peran ICT Pada Peritel Indonesia (Alfamart)

Di Indonesia, peranan ICT terhadap pertumbuhan usaha sektor retail dapat kita amati pada berbagai perusahaan, salah satunya adalah Alfamart. 
Di Alfamart, sistem Teknologi Informasi Komunikasi berfungsi sebagai enabler dalam bisnis perusahaan, baik dalam kegiatan organisasi maupun operasional gerai di berbagai lokasi.
Sistem ICT juga semakin penting dalam menunjang ekspansi Bisnis Value Added Services yang gencar dikembangkan oleh perusahaan, termasuk memfasilitasi layanan pembayaran dan pembelian online, serta Top- Up kartu Prabayar dan pulsa elektronik di kasir gerai Alfamart.

Pada tahun 2012, Alfamart telah melakukan soft launching untuk bisnis Online Shopping untuk area Tangerang dan sekitarnya, mencakup pelayanan pesan dan antar, dalam memenuhi kebutuhan konsumen untuk transaksi belanja kebutuhan sehari-hari dengan menembus batas ruang dan waktu.

Apa yang dapat kita pelajari ?

Mempelajari dan mendiskusikan model bisnis retail lebih lanjut merupakan hal yang menarik mengingat bisnis ini memiliki kemajuan pesat terutama di era e-commerce saat ini. 
Bagaimana Amazon dan Rakuten dapat mencapai kesuksesannya ?
Bagaimana pola bisnis modelnya yang membedakan dengan yang lain ?
Apa yang dapat dipelajari oleh operator telekomunikasi dari bisnis model retail ini?
Sumber:
  1. Alexander Osterwalder & Yves Pigneur. Business Model Generation. PT Elex Media Komputindo. 2013.
  2. ICT and e-Business Impact in the Retail Industry, The European e-Business Market Watch, Study report No. 04/2008
  3. Journal : A case study of retail industry of ICT innovation services - a Happy Life Supermarket, Business and Information 2013 (Bali, July 7-9)
  4. ICT & e-Business in the Retail Sector, The European e-Business Market Watch, Sector Report No.12 II/July 2003
  5. Sumber Alfaria Trijaya, Laporan Tahunan 2012.
  6. http://www.bimbingan.org/perusahaan-retail-adalah.htm
  7. http://www.digitalbusinessmodelguru.com/
  8. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl521/prosedur-mendirikan-toko-ritel-tradisional-dan-ritel-modern
++

Studi Kasus #13: Model Bisnis VENDOR Telekomunikasi

Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 2
Ayu Nova, Dewi Asri Tiara Putri, Putu Eka Suarjaya

Kemajuan industri telekomunikasi Indonesia tidak terlepas dari peran vendor telekomunikasi. 

Berbicara industri telekomunikasi tidak bisa terlepas dari peranan vendor telekomunikasi yang mengisi kebutuhan perangkat bagi operator telekomunikasi.

Vendor telekomunikasi umumnya menyediakan solusi bagi operator dalam hal infrastruktur baik untuk komunikasi tetap maupun bergerak.

Pendahuluan

Teknologi telekomunikasi selalu mengalami perkembangan yang semakin canggih dari tahun ke tahun. Perkembangan ini menciptakan adanya tren yang ikut berubah pada industri telekomunikasi global. Tren yang ada tidak hanya berkaitan dengan pengadopsian infrastruktur telekomunikasi terbaru tetapi juga berkaitan dengan gaya pemakaian perangkatnya di masyarakat.
Kemajuan industri telekomunikasi tidak terlepas dari peran vendor telekomunikasi. 
Diantaranya adalah Ericsson yang telah memasok perangkat jaringan seluler (NMT) pada tahun 1987 dan merupakan pelopor dalam menyediakan jaringan bergerak digital (GSM 900) di tahun 1995 diikuti teknologi 3G sampai pada teknologi terbaru seperti LTE yang walaupun sampai saat ini masih dalam tahap ujicoba.

Beberapa vendor penyedia perangkat telekomunikasi diantaranya Ericsson, Nokia Siemens Network, Huawei, Samsung, ZTE, NEC dan Alcatel-Lucent. Saat ini Ericsson dan Huawei merupakan pemasok terbesar untuk kebutuhan perangkat telekomunikasi di Indonesia ataupun global. 

Di Indonesia sendiri Ericsson dan Huawei bekerja sama dengan tiga besar operator seluler Indonesia seperti Telkomsel, XL Axiata dan Indosat. Vendor tersebut mensuplai perangkat kepada operator dengan pembagian area tertentu. 
Di tengah persaingan yang ketat antar vendor dan kondisi industri telekomunikasi dunia ataupun Indonesia yang mulai mengalami titik jenuh dengan ditandai oleh pertumbuhan kinerja keuangan yang mulai menurun.
Namun beberapa vendor seperti Ericsson dalam satu tahun terakhir menunjukkan kinerja yang relatif stabil bahkan cenderung meningkat. 
Hal tersebut bisa dilihat dari kinerja saham Ericsson dibandingkan dengan 3 operator Indonesia seperti gambar di bawah. 


Pergerakan Harga Saham (1 tahun terakhir)
Ericsson dan Operator Telekomunikasi Terkemuka di Indonesia

Bisnis Model Vendor Telekomunikasi (Ericsson)

Posisi Ericsson yang tetap bisa bertahan di dalam persaingan bisnis, walaupun mendapat tantangan dan tekanan berat dari vendor Cina.
Hal ini bisa jadi karena perusahaan ini telah menerapkan model bisnis yang sesuai. 
Berikut Model Bisnis Kanvas Ericsson sebagai penyedia hardware ataupun software bagi industri telekomunikasi dunia. 


Model Bisnis Kanvas Ericsson
Berdasarkan model bisnis di atas terlihat bahwa salah satu revenue stream dari Ericsson adalah License atau ijin penggunaan hak patent baik kepada kompetitor ataupun kepada manufaktur perangkat yang merupakan customer segmentnya. 

Ada kemungkinan memang revenue dari sisi paten ini ikut mengangkat kinerja keuangan perusahaan.

Penutup

Sebagai penutup ada satu hal menarik yang bisa dipikirkan.
Apakah penurunan kinerja keuangan operator seluler Indonesia ini erat kaitannya dengan investasi secara besar-besaran dalam infrastruktur terutama untuk pemenuhan trafik data yang tidak sebanding dengan revenue yang didapatkan yang justru hal ini merupakan revenue dari sisi vendor?  
Ataukah memang model bisnis yang diterapkan oleh operator sudah tidak sesuai
Atau mungkin operator dan vendor bisa berkolaborasi dalam menciptakan model bisnis baru yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak.

+++


Monday, October 14, 2013

Studi Kasus # 12: Future MARKETING dan Layanan TELEKOMUNIKASI

Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 4


 Menurut Philip Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Diskusi pada artikel ini menyoroti bentuk layanan telekomunikasi guna memanfaatkan perubahan yang terjadi pada fungsi marketing..

Pendahuluan

Pemasaran (marketing) dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan usaha, melakukan pengembangan usaha (pertumbuhan) dan untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung dari susunan strategi pemasaran yang ada di perusahaan tersebut. Setiap perusahaan menggunakan sejumlah alat untuk mendapat respon dari konsumen terhadap kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. 
Salah satu alat yang digunakan perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran adalah dengan menggunakan bauran pemasaran (mix marketing) yang terdiri dari 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi). Place yang dimaksudkan di sini ialah distribusi

New Wave Marketing

New wave marketing adalah suatu cara marketing yang lebih menekankan untuk mendorong customer ikut andil mempromosikan produk secara tidak langsung.




Disini pihak perusahaan didorong untuk lebih peka terhadap bagaimana mem-Brand produk agar dapat membuat customer loyal terhadap produk atau layanan yang disediakan, terlebih terhadap perusahaan yang penyedia, supaya customer itu nantinya diharapkan dapat menjadi ‘sales’ tak langsung bagi perusahaan dalam memasarkan produk. 

Sadar atau tidak, kita telah melakukan dan merasakannya dalam hal membuat keputusan untuk membeli sebuah produk atau mengkonsumsi suatu layanan. Kita akan lebih menurut dengan rekomendasi dari teman kita (word of mouth) dari pada iklan. 

Perkembangan teknologi dan layanan telekomunikasi berperan sangat  besar dalam melahirkan ‘new wave marketing’, Konsep ini mulai berkembang karena adanya dukungan dari era Web 2.0 dimana orang dapat pertukaran informasi secara lebih mudah (interaktif) jika dibanding dengan era Web 1.0

Marketing berkaitan dengan sembilan elemen yang terdiri dari: 
  1. segmentasi, 
  2. targeting, 
  3. positioning, 
  4. diferensiasi, 
  5. marketing-mix, 
  6. selling, 
  7. brand, 
  8. service, dan 
  9. process. 
Sembilan elemen tersebut lahir di zaman serba vertikal. Saat itu belum ada Web 2.0 atau bahkan belum ada Web 1.0. Ketika itu praktek pemasaran yang dilakukan oleh pemasar dan dikendalikan secara top-down, bersifat hirarkis, dari perusahaan ke konsumen. 

Seiring dengan masuknya era  horisontal, yang didorong oleh kekuatan baru teknologi Web 2.0, seakan produsen dihadapkan pada tuntutan untuk bergerak lebih horisontal dan duduk sejajar dengan konsumen, kompetitor dan agen-agen pembawa perubahan. 

Artinya konsumen bukan lagi menjadi objek tapi subjek, karena penciptaan nilai pemasaran akan lebih bertambah kalau melibatkan pelanggan dan melakukan inovasi secara bersama-sama. 

Model pemasaran New Wave ini memang berbeda. Sembilan elemen yang selama ini sudah dikenal mungkin masih tetap berlaku, namun secara praktek kesembilannya harus dirubah ke yang lebih horisontal dimana 9 elemen pemasaran sudah berganti menjadi 12 C dan Marketing Mix (4P) sudah berganti ke New Wave Marketing Mix (co-creation, currency, conversation and communal activation). 

Teknologi ICT Merubah Model Pemasaran 

Era Web 2.0 dan media sosial membuat internet menjadi lebih interaktif, merubah dalam mencari informasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Kini pengguna tidak hanya sebagai pengamat saja, tetapi dapat memberikan feedback kepada pembuat berita, sehingga internet menjadi lebih aktif dari era sebelumnya karena ada keterlibatan pengguna di dalamnya. Dengan pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia yang semakin meningkat dan penggunaanya kebanyakan untuk media sosial dan chatting, operator-operator telekomunikasi menangkap peluang tersebut dengan menyediakan paket-paket layanan internet. 

Melihat fenomena ini, dunia marketing pun lambat laun melakukan penyesesuaian dengan yang terjadi pada saat ini. Sistem marketing yang dulu menerapkan “high cost high impact” sekarang menjadi “low cost high impact”.

Pemasaran produk dapat memanfaatkan media sosial yang biayanya tidak sebesar memasang iklan di televisi, surat kabar, pamlet, dan lain-lain. Dengan pemasaran online akan timbul pemasaran horizontal yaitu customer loyal menjadi sales perusahaan untuk dari produk tertentu. 

Contohnya adalah sebuah bank masuk ke sosial media untuk tujuan customer engagement. Bank tersebut menjalankan konsep “Care” dengan mendengarkan keluhan masyarakat, dengan 113,000+ fans di Facebook dan 44,900+ followers di Twitter. Ini memungkinkan bank memanfaatkan keuntungan dari sosial media dengan tersedianya grup dan news feeding pada facebook misalnya dapat mendorong penyebaran ide inovasi yang dapat dieksekusi dengan cepat apabila sesuai dengan tren. 

Orang-orang menaruh kepercayaan kepada yang memiliki banyak follower dibandingkan brand ambassador di iklan TV.

Model Bisnis Di Era New Wave Marketing 

Perbedaan model bisnis new wave marketing dengan legacy marketing terletak pada “Low Cost, High Impact”, dengan biaya yang sangat rendah bisa didapatkan dampak yang maksimal. 


Dampak dalam hal ini bukan pada besarnya jumlah keuntungan, tapi lebih kepada kepuasan pelanggan yang lebih menjamin “kelanggengan” suatu produk dalam pasar. 

Dengan bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi dan juga IT Developer menandakan pentingnya peranan teknologi ICT dalam new wave marketing ini.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sektor telekomunikasi memanfaatkan peluang ini?

Tuesday, October 8, 2013

Studi Kasus # 11: MANUFAKTUR dan Layanan TELEKOMUNIKASI

Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 3


Manufaktur merupakan salah satu industri yang pertama kali muncul di dunia. Manusia secara alami menghasilkan sebuah alat dengan menggunakan bahan mentah yang tersedia di alam. Industri ini lalu berkembang menjadi sangat maju. Di dalam perkembangannya industri manufaktur menyertakan layanan-layanan dari berbagai keilmuan, agar produksi dapat semakin efisien dan produk yang dihasilkan semakin baik. Salah satu keilmuan yang mendukung industri manufaktur adalah teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT). Saat kini layanan ICT sangat dibutuhkan di industri manufaktur.

Apa Itu Industri Manufaktur ?

Manufaktur adalah proses pengolahan sumber daya mentah menjadi sebuah produk yang memiliki manfaat dan nilai jual, dengan mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja di dalam prosesnya.

Porter Generic Value Chain
Sehingga definisi dari industri manufaktur adalah industri yang bergerak di dalam bidang pengolahan barang mentah menjadi sebuah produk yang memiliki jual dengan memanfaatkan teknologi.

Secara umum manufaktur dapat didefinisikan sebagai 
suatu aktifitas kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas perancangan produk, pembelian, pemasaran, mesin dan perkakas, manufacturing, penjualan, perancangan proses, production control, pengiriman material, support service dan customer service.

ICT di  Industri Manufaktur

ICT (Information Communication Technology) tidak bisa lepas primary activities dan support activities dilihat dari Porter Generic Value Chain

Dengan sistem informasi yang terintegrasi sebagai bagian dari ICT, memungkinkan industri manufaktur melakukan efisiensi di seluruh kegiatan utama dari inbound logistic, operation, outbound logistic, marketing and sales, dan support. Demikian juga di sisi kegiatan-kegiatan pendukung.

Layanan telekomuniksi mendukung sistem produksi yang meliputi seluruh kegiatan yang terkait dari perencanaan dan pengendalian proses untuk memproduksi barang atau jasa melalui sistem informasi.

Dalam industri manufaktur sistem informasi antara lain mencakup perencanaan manufaktur, rencana produksi, rencana tenaga kerja, rencana kebutuhan baku dan sistem pengendalian manufaktur. ERP atau enterprise resource planning merupakan salh satu sistem informasi yang banyak digunakan di industri ini.

Manfaat

Manfaat digunakannya layanan telekomunikasi di dalam industri manufaktur antara lain adalah :

  1. Hasil produksi perusahaan lebih cepat dan tepat waktu karena sisttem jaringan komputer sebagai alat prosesnya.
  2. Perusahaan lebih cepat memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya.
  3. Arsip lebih terstruktur karena menggunakan sistem database.
  4. Sistem informasi manufaktur yang berupa fisik robotic, hasil produksi semakin cepat, tepat dan berkurangnya jumlah sisa bahan yang tidak terpakai.

Perkembangan perusahaan-perusahaan manufaktur saat ini juga menyebar di berbagai daerah. Sejumlah layanan dari perusahaan telekomunikasi dalam membantu mengintegrasikan dan menghubungkan Kantor Pusat dengan kantor cabang dan gudang yang tersebar di sejumlah daerah maupun para pemasok di berbgai lokasi dalam dan luar negeri.

Ada beberapa faktor yang harus dicakup sehingga proses integrasi dapat berjalan, yaitu :

  1. Cakupan produk dan jasa komunikasi data yang dibutuhkan
  2. Coverage wilayah.
  3. Performansi
  4. Biaya

Case Study : Nokia-China Internal Logistic Management

Sejak tahun 1985, Nokia membuka kantor pertama di China, Beijing sebagai fase early development.

Di pertengahan tahun 1990, Nokia mulai merealisasikan aktivitas manufacturing sehingga diharapkan secara bertahap Nokia-China berkembang menjadi production base untuk Nokia di seluruh dunia. Dalam perkembangannya, China tidak hanya menjadi sebagai pasar strategis bagi Nokia tetapi juga merupakan key production, R&D dan inovation base Nokia.

Nokia melanjutkan eksplorasi dan inovasi untuk mengkombinasikan mindset global dengan karakteristik China. Hanya berselang 12 tahun Nokia-China, Beijing dijadikan sebagai multinational corporation yang membawahi semua kantor di seluruh china, beberapa institusi R&D, production base dengan 12.000 staf.

Di dalam struktur fungsi internal Nokia-China mengikuti struktur HQ finlandia yang dapat direpresentatifkan sebagai berikut :



  • Unit Devices bertanggung jawab dalam hal mengembangkan device prototype sesuai dengan kebutuhan market.
  • Unit Services & Software merefleksikan strategi pengembangan dan pertumbuhan layanan yang ditawarkan ke customer.
  • Unit Market bertanggung jawab dalam hal manajemen supply chain, sales, channel serta aktifitas brand dan marketing.
  • Nokia Siemens Networks (sekarang Nokia Solution Network) adalah bagian sub-perusahaan yang fokus pada penyediaan dan pengembangan network infrastructure bagi operator telekomunikasi.

BISNIS MODEL

Bisnis model Nokia hingga akhir 2008 dapat direpresentatifkan sebagai berikut ini.

Model Bisnis NOKIA
Bagan di atas menunjukkan Bisnis model Nokia di tahun 2008 yang merupakan salah satu masa kejayaan Nokia. Pada tahun ini Nokia meluncurkan banyak ponsel-ponsel inovatif, sebagai sebuah langkah dalam mengantisipasi produsen-produsen ponsel berbasi Android dan iOS.

Seluruh produk ini merupaka jawaban Nokia atas segmen pasarnya.

Pada masa ini juga Nokia menyediakan layanan Nokia Music Store dan juga N-Gage Game Service sebagai penunjang layanan multimedia pada handset Nokia. Selain produk handset Nokia juga menyediakan perangkat dan infrastruktur Telekomunikasi melalui Nokia Siemens Network (NSN).

LOGISTIC INFORMATION SYSTEM

Nokia-China sebagai perusahaan yang pelanggannya ada di seluruh dunia, membangun banyak pabrik di beberapa wilayah China. Dibutuhkan sistem yang terintegrasi untuk mengatur logistic dan supply chain dengan tepat sasaran.

Nokia-China menerapkan konsep Logistic Information System berbasiskan ICT sesuai bagan berikut di bawah ini.
Konsep Logistic Information System
Bagi perusahaan, Logistic Information System memiliki fungsi sebagai berikut :

  1. Simplify Management Processes, meningkatkan efisiensi pertukaran informasi internal dan antar perusahaan
  2. Meningkatkan kecepatan operasi dalam perusahaan sehingga barang atau layanan sampai ke pelanggan dengan tepat waktu.
  3. Pengaturan resources utilization lebih optimal
  4. Sangat berguna untuk proses analisis informasi suppliers, customers dan partners dalam proses pengambilan keputusan.

Diagram Keterkaitan Pemanfaatan Logistic Information System

FLOW DIAGRAMS

Berikut flow diagram bagaimana pendistribusian barang yang diterapkan Nokia-China berikut pertukaran dokumen / informasi untuk operasi dalam negeri, tujuan ekspor, dan kepabeanan.

Operasi DalamNegeri

Kegiatan Ekspor

Operasi di Negara Tujuan

Penutup

Sebagai penutup ada satu hal menarik yang semestinya dipikirkan.

Bagaimana mengaitkan kinerja industri telekomunikasi dengan industri manufaktur sebagai pihak yang memanfaatkan layanan. Sebagai gambaran berikut ini kinerja harga saham perusahaan manufaktur otomotif dan operator telekomunikasi terkemuka Indonesia.

Pergerakan Harga Saham
Perusahaan Manufaktur Otomotif dan Operator Telekomunikasi Indonesia
Gambar di atas menunjukkan tren dan perbandingan kinerja saham Astra Autoparts yang mewakili industri manufaktur Indonesia, beserta 3 Operator Telekomunikasi raksasa Nasional.

Dari diagram di atas dapat dilihat ternyata Industri Manufaktur memiliki kinerja saham yang lebih baik dibandingkan operator-operator telekomunikasi Indonesia.

Melihat tren ini barangkali sudah waktunya bagi sektor telekomunikasi untuk memikirkan kembali model bisnisnya yang berjalan saat ini.

Sumber:
http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5534
http://julianti.blog.binusian.org/2012/12/13/pemanfaatan-ict-pada-bidang-industri/

Sunday, October 6, 2013

06. Capital FINANCING and ALLOCATION

Seri Ekonomi Teknik (Engineering Economy )

oleh: Kelompok 9
Adam Rahmadan / ME, Benny Elian / MT, Lessy Sutiyono Aji / MT, 
Mohammad Airul Mutaqin / MT, Muhamad Syamsudin / ME


Sebuah perusahaan harus mendapatkan pendanaan modal dari investor dan/atau pemberi pinjaman (capital financing) lalu kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam perlengkapan, peralatan, dan sumber daya lain (capital allocation) untuk memproduksi barang dan/atau jasa untuk dijual. Pendapatan dari rekayasa (engineering) dan proyek modal lainnya yang terlibat harus memperoleh pengembalian yang memadai atas dana yang telah diinvestasikan dalam bentuk keuntungan (kekayaan tambahan) jika perusahaan ingin mencapai pertumbuhan ekonomi dan menjadi kompetitif di masa depan. 


Pengertian

Dengan demikian, keputusan oleh perusahaan untuk melaksanakan sebuah proyek engineering melibatkan pengeluaran dana modal saat ini untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan, atau untuk memenuhi keselamatan, peraturan, atau persyaratan operasional lainnya. 

Dalam sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik, implementasi keputusan biasanya dibuat sebagai bagian dari proses penganggaran modal, dimana pembiayaan modal dan fungsi alokasi merupakan komponen utama dari proses ini.

Fokus 

Capital Financing berkaitan dengan pembiayaan modal bagaimana perusahaan mendapatkan uang untuk terus tumbuh dan berkembang, termasuk pula biaya untuk mendapatkan modal ini.

Perlakuan capital allocation di antara peluang investasi dilakukan berdasarkan pada dua pengamatan penting. 
Pertama, perhatian utama dalam kegiatan belanja modal adalah untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dengan cara menerapkan ide-ide yang bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham di masa depan.  
Kedua, analisis ekonomi teknik memainkan peran penting dalam menentukan proyek mana yang direkomendasikan untuk persetujuan pendanaan dan akan dimasukkan dalam portofolio investasi modal perusahaan secara keseluruhan.

Sumber Pendanaan 

Sumber pendanaan modal investasi dapat diperoleh diantaranya melalui:
  1. Debt Capital 
  2. Equity Capital 

Weighted Average Cost of Capital

Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan hasil dari fraksi total modal dari masing-masing sumber pendanaan beserta cost of capital dari sumber itu, dijumlahkan dari semua sumber tersebut.

Postmortem Review

Penerapan sistem postmortem review secara berkala terhadap kinerja proyek konsekuensial yang telah dilaksanakan merupakan aspek penting dari sebuah sistem penganggaran modal. 

Artinya, penghasilan atau biaya sebenarnya yang direalisasikan pada setiap proyek tersebut harus dibandingkan dengan jumlah kuantitas produksi yang diperkirakan pada saat awal komitmen investasi proyek.

Pertanyaan:

  1. Apa perbedaan antara Debt Capital dengan Equity Capital beserta dampaknya dalam investasi? 
  2. Selain Debt Capital dan Equity Capital apa lagi sumber pendanaan yang biasa digunakan? 
  3. Apakah kegunaan aplikasi dari WACC? 
  4. Apakah harapan maupun tujuan dari dilakukannya periodic postmortem review

Sumber: 
Engineering Economy, 13th edition, William G. Sullivan et.al., Pearson International Edition, 2006

Monday, September 30, 2013

05. Comparing ALTERNATIVES

Seri Ekonomi Teknik (Engineering Economy )

oleh: Kelompok 8
Ilham Budi Sriutomo, Mia Galina, Muhammad Azzinar Faizien, 
Rahmawati Agustin, R.apip Miptahudin


Studi ekonomi teknik dilakukan dengan menggunakan prosedur terstruktur dan teknik-teknik pemodelan secara matematis. Hasil-hasil ekonominya kemudian digunakan dalam bentuk keputusan yang melibatkan dua alternatif atau lebih alternatif yang merupakan pilihan di antara dua atau beberapa kemungkinan. Satu atau lebih alternatif ini akan dipertimbangkan untuk dipilih dalam menyelesaikan suatu masalah di bidang teknik, dimana masing-masing alternatif memiliki nilai (value) yang berbeda.

Pengertian

Dalam Ekonomi Teknik, comparing alternatives bertujuan membandingkan alternatif-alternatif dan memilih yang paling ekonomis dalam jangka panjang, dana (modal) yang ada harus diberikan kepada alternatif yang secara ekonomi paling bisa dipertanggung-jawabkan

Pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan penentuan terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Dalam mengevaluasi beberapa alternatif yang tersedia, ekonomi teknik biasanya mempertimbangkan:
nilai uang terhadap waktu, estimasi pendapatan dan biaya, strategi keuangan, inflasi, depresiasi, ketidakpastian, pajak, undang-undang kebijakan, periode perencanaan, tingkat bunga modal, perhitungan nilai dan harga, hingga rate of return.

Jenis Alternatif

Alternatif dapat dibedakan menjadi dua jenis:
  1. Alternatif investasi :
    adalah alternatif dengan investasi modal awal yang menghasilkan aliran kas positif dari peningkatan pendapatan, penghematan melalui pengurangan biaya, atau keduanya.
  2. Alternatif biaya :
    adalah alternatif dengan semua aliran kas negatif kecuali nilai sisa aset pada akhir umur proyek (Situasi ini terjadi jika suatu organisasi harus melakukan suatu tindakan dan keputusan yang melibatkan cara paling ekonomis dalam melakukan kegiatannya).

Periode Analisis

Dalam proses membandingkan alternatif ini, dibutuhkan study (analysis) period atau Periode Analisis

Periode Analisis adalah waktu yang dipilih untuk membandingkan alternatif yang saling meniadakan (mutually exclusive). Umur manfaat alternatif yang dibandingkan, relatif terhadap periode analisis yang dipilih.

Ini melibatkan dua situasi yang berbeda:
  1. Kasus Pertama :
    umur manfaat sama untuk semua alternatif dan sama dengan periode analisis.
  2. Kasus Kedua :
    umur manfaat antar alternatif berbeda dan sekurang-kurangnya umur manfaat dari satu alternatif tidak sama dengan periode analisis . 
Periode analisis yang sama harus diterapkan untuk dapat membandingkan alternatif. Dalam kasus tidak sama digunakan dua assumption yaitu repeatability assumption dan coterminated assumption.

Repeatability assumption

Repeatability assumption melibatkan dua kondisi utama:
  1. Periode analisis dianggap tak berhingga atau sama dengan kelipatan persekutuan dari umur manfaat alternatif.
  2. Konsekuensi ekonomi yang diperkirakan terjadi pada alternatif di awal periode analisis juga terjadi sepanjang periode.

Coterminated assumption

Coterminated assumption menggunakan periode studi (analisis) terbatas dan identik untuk semua alternatif. 

Untuk itu dilakukan perkiraan aliran kas untuk alternatif yang memiliki umur manfaat yang berbeda dengan periode analisis. 

Dalam hal kaitan umur manfaat terhadap periode analisis , dapat dijumpai dalam dua kondisi yang berbeda yaitu :
  1. Umur Manfaat sama dengan Periode Analisis,
    dengan menggunakan Metode Nilai Ekivalen dan Metode Tingkat Pengembalian (ROR)
  2. Umur Manfaat Antar Alternatif Berbeda :
    karena analisis perbandingan alternatif harus dilakukan dalam periode analisis yang sama, jika alternatif yang mutually exclusive mempunyai umur manfaat berbeda, analisis dilakukan dengan memberlakukan asumsi asumsi, yaitu repeatability assumption dan coterminated assumption.

Bahan Diskusi

  1. Apakah tujuan melakukan comparing alternatives dalam suatu proyek / investasi ?
  2. Alternatif-alternatif harus dibandingkan sejauh mungkin apabila alternatif-alternatif ini memberikan hasil yang sama, memberikan kegunaan yang sama atau menyelesaikan fungsi yang sama. Dalam membandingkannya, faktor apa saja yang harus diperhatikan sehingga kita dapat menyederhanakannya ke dalam suatu basis yang ekuivalen ?
  3. Untuk menganalisis nilai keuntungan ekonomi dari suatu alternatif investasi dapat digunakan berbagai cara. Oleh karena transaksi-traksaksi yang terjadi pada setiap alternatif investasi itu tidak selalu sama terutama karena pengaruh berjalannya waktu yang berdampak pada perbedaan nilai uang (time value of money). Bagaimana cara yang tepat untuk menganalisis alternative investasi tersebut ?
  4. Apakah yang dimaksud dengan metoda Capitalized Worth (CW) ?

Studi Kasus

Suatu perusahaan ingin menyumbang sebuah laboratorium proses pada sebuah universitas. Sumbangan pokok menghasilkan bunga rata-rata 8% per tahun, dan jumlahnya cukup untuk menutup semua pengeluaran selama pembangunan dan perawatan lab untuk periode waktu yang tak berhingga. 

Kebutuhan kas lab diperkirakan Rp 100 juta untuk pembangunan, dengan biaya operasional sebesar Rp 30 juta per tahun selama waktu yang tak berhingga, dan Rp 20 juta pada akhir setiap empat tahun untuk penggantian peralatan.
  1. Berapa tahun period analisis yang disebut sebagai ‘tak berhingga’?
  2. Berapa jumlah pinjaman pokok yang dibutuhkan untuk membangun lab dan menghasilkan cukup bunga untuk menunjang sisa kebutuhan kas dari lab ini selamanya? 

Sumber: 
Engineering Economy, 13th edition, William G. Sullivan et.al., Pearson International Edition, 2006

Sunday, September 29, 2013

Studi Kasus #10: PERBANKAN dan Layanan TELEKOMUNIKASI

Seri Kapita Selekta

oleh : Kelompok 2
Ayu Nova, Dewi Asri Tiara Putri, Putu Eka Suarjaya

Perbankan merupakan sebuah industri jasa yang perlu untuk difahami fungsi dan keberadaannya mengingat peran pentingnya di dalam pembangunan. Saat ini semakin banyak bidang ilmu yang terlibat di industri perbankan ini termasuk diantaranya telekomunikasi dan informasi. Layanan keduanya telah lama dimanfaatkan oleh perbankan secara simbiose mutualismeNamun ke depan situasinya mungkin bisa berubah. Favorable atau unfavorable. Bagaimana hal itu bisa terjadi?


sumber: http://prntscr.com/1tpr1i

Apa itu Bank? 

Semua orang mungkin sudah tahu apa itu bank dan bagaimana fungsi dari bank itu sendiri. Secara singkat yang kita ketahui tentang pengertian bank adalah ‘tempat menyimpan uang atau menabung dan tempat meminjam uang’. 

Menurut Undang–Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi bank selain sebagai penghimpun dana masyarakat melalui simpanan juga sebagai penyalur dana kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, pembelian surat–surat berharga, dan sebagainya. 

Bagaimana Canvas Model Bisnis Perbankan?

Lalu bagaimana posisi bank di masa sekarang ini? Bagaimana bisnis perbankan bergerak di era informasi yang berubah dengan sangat cepat ini? Mari kita lihat model bisnis perbankan berikut ini:
sumber: http://prntscr.com/1tpqtk (click to enlarge)

Coba perhatikan kotak Revenue Streams, Value Proposition, Customer Segments, Key Resources, dan Cost Structures. Padanya layanan telekomunikasi dan informasi memegang peran yang tidak sedikit.

Peran Teknologi Pada Inovasi dan Kreativitas Layanan Perbankan

Perkembangan teknologi saat ini mendorong inovasi dan kreativitas layanan di sektor perbankan. Ini membuat sektor perbankan dituntut untuk bisa reaktif terhadap perkembangan dan kondisi nasabah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. 

Saat ini sektor perbankan ‘melirik’ layanan sektor telekomunikasi sebagai solusi efesiensi delivery layanan perbankan dengan jaringannya yang luas, akses yang mudah, dan harga yang relatif murah.

Sebagai contoh adalah layanan SMS banking, mobile banking, dan telephone banking . Hal ini didukung juga dengan semakin murah dan banyaknya perangkat handphone dan smartphone yang beredar di pasar. 

Apa yang menarik?

Hal yang menarik adalah bisnis perbankan mulai meninggalkan konsep lamanya dan menawarkan layanan dengan konsep baru yang lebih efisien

Diantara layanan perbankan yang belakangan banyak dibicarakan dalam kolaborasinya dengan layanan sektor industri telekomunikasi adalah “Branchless Banking” atau perbankan tanpa kantor cabang. Kita dapat membayangkan efisiensi yang terjadi. Lalu bagaiman perbankan melayani para konsumennya?

Secara umum ‘Branchless Banking’ merupakan kegiatan transaksi bank dengan kriteria sebagai berikut:
1. Tanpa melalui kantor cabang
2. Menggunakan agen yang bekerja sama dengan bank
3. Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri atau melalui agen
4. Fitur transaksi yang lebih sederhana
5. Layanan yang lebih murah
6. Dapat ditunjukkan khususnya bagi masyarakat segmen bawah atau unbanked
Dari kriteria di atas dapat kita lihat bagaimana layanan perbankan memperluas segmen pelanggannya dengan merangkul masyarakat bawah melalui akses yang lebih mudah dan luas. Secara konsep ini dapat terjadi jika menggunakan layanan sektor telekomunikasi secara lebih intensif.

Dibandingkan transaksi dengan melalui layanan ATM (yang akan menjadi sangat mahal dan belum tentu ada di setiap desa) tentu akan lebih mudah jika dilakukan melalui ponsel. Apalagi sebagian masyarakat segmen bawah umumnya masih berada dalam kategori unbankable untuk layanan perbankan. Dengan harapan akses terhadap layanan perbankan yang lebih luas maka akan dapat meningkatkan perekonomian yang pada akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sejumlah Isu Hangat

Dari paparan di atas, dapat kita fahami kaitan antara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berikut layanannya dengan perkembangan layanan bisnis perbankan. Walau dalam penerapannya nanti masih akan terbentur beberapa kendala serperti kendala regulasi, keamanan nasabah, dan edukasi nasabah mengenai layanan ini namun dengan tingkat persaingan yang tinggi diperkirakan bahwa ini hanyalah masalah waktu saja. 

Hal yang perlu diperhatikan bahwa penerapan sistem layanan perbankan dengan konsep yang baru ini sebaiknya menguntungkan kedua belah pihak yaitu pelaku bisnis perbankan dan pelaku bisnis telekomunikasi itu sendiri.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi, maka akan terjadi perubahan dalam penyampaian layanan perbankan ke depannya. Apakah karakteristik jasa bank mengalami perubahan ketika dikembangkan layanan baru.

Benarkah dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pelaku perbankan akan melakukan perubahan besar dalam pemilihan lokasinya. 

Mari kita diskusikan bersama lebih lanjut dampak terhadap sektor teknologi informasi dari perubahan konsep layanan perbankan di atas  untuk masa depan dan mendeteksi berbagai peluang maupun ancaman bagi sektor telekomunikasi terkait perubahan konsep layanan perbankan tersebut. 

Bagaimana pengaruh dari perubahan konsep layanan perbankan ini terhadap peningkatan kinerja keuangan operator seluler Indonesia?

Monday, September 23, 2013

04. APPLICATION of Time-Money Relationships

Seri Ekonomi Teknik (Engineering Economy )

oleh: Kelompok 6
Rininta, Catur J, Wildan M, Indrawan N, Arif 

Uang dan waktu memiliki korelasi yang sangat erat. Suatu bisnis sangat memerlukan suatu perencanaan dimana dua komponen dasar tersebut menjadi hal yang paling krusial untuk meraih keberhasilan. Untuk memahami aplikasi hubungan antara uang dan waktu, perlu kita pelajari suatu metode penilaian investasi, dimnadiantaranya adalah penetapan atas tingkat minimum pengembalian (MARR; Minimum Attractive Rate of Return).


Pengertian

Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha dilaksanakan dengan baik. 

Kalau seseorang atau pihak melihat suatu kesempatan usaha, maka timbul pertanyaan, 
Apakah kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis?
Apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut? 
Pertanyaan tersebut yang sebenarnya mendasari dijalankannya studi kelayakan usaha. Rencana usaha tidaklah semata mata dapat langsung anda putuskan untuk dilakukan karena ada berbagai hal yang perlu dipertimbangkan agar usaha yang akan dilakukan nantinya dapat menguntungkan bukan sebaliknya menyebabkan kerugian.

Oleh karena itu, rencana usaha harus dikaji secara mendalam melalui studi kelayakan usaha dimana hasil dari studi tersebut akan membantu Anda apakah rencana uasaha layak atau tidak untuk dilaksanakan. 

Usaha yang diteliti bisa bersklala besar atau kecil, seperti usaha pembangunan tenaga nuklir, sampai dengan usaha jasa fotocopy. 

Tentu saja semakin besar program yang dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi. Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis maupun sosial. Karena itu ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis) termasuk didalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial (social cost and social benefit). 

Dengan demikian, pada umumnya suatu studi kelayakan usaha akan menyangkut 3 aspek, yaitu :
  1. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah usaha itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko usaha tersebut.
  2. Manfaat ekonomi usaha tersebut bagi Negara. Sering juga disebut manfaat ekonomi nasional, yang menunjukkan usaha tersebut bermanfaat bagi ekonomi makro suatu Negara.
  3. Manfaat sosial usaha bagi masyarakat sekitar, ini merupakan studi yang paling sulit dilakukan.
Studi kelayakan bisnis sering disebut sebagai feasibility study. Studi ini merupakan salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah menerima/menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Suatu usaha yang diusulkan/direncanakan dikatakan layak jika dalam pelaksanaannya dapat memberikan manfaat finansial maupun sosial.

Bahan Diskusi:

  1. Sebutkan metode lain yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi suatu investasi usaha?
  2. Bagaimana cara mengetahui layak atau tidaknya investasi tersebut?

Studi Kasus

Suatu usaha pengolahan pangan membutuhkan investasi sebesar Rp. 20 juta dengan lama waktu investasi 10 tahun. Selama kurun waktu tersebut diperlukan biaya rutin per tahun untuk perawatan dan perbaikan sebesar Rp. 2,5 juta dan biaya pendukung usaha pada tahun ke 5 dan 8 masing masing sebesar Rp. 2 juta dan Rp. 3 juta. 

Usaha tersebut memberikan pendapatan operasi yang berfluktuasi sesuai dengan permintaan, masing masing Rp. 8,5 juta pada tahun ke 1 hingga tahun ke 5, kemudian Rp. 10 juta pada tahun ke 6 hingga tahun ke 8. Pada tahun ke 9 dan ke 10 masing masing Rp 9 juta dan Rp. 5 juta. 

Dengan MARR sebesar 5% per tahun dan nilai sisa mesin mesin yang digunakan adalah sebesar Rp. 10 juta.. Apakah usaha tersebut layak secara ekonomi dilihat dari NPV dan IRR nya?

Saturday, September 21, 2013

Studi Kasus #9: PERUBAHAN Teknologi, Layanan, Regulasi dan PERUBAHAN Berikutnya

Seri Kapita Selekta

oleh: Kelompok 1

Ilmu pengetahuan adalah hal yang tak pernah berhenti tumbuh dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berbagai inovasi dan penemuan baru dalam teknologi telekomunikasi menjadi jembatan bagi kemudahan mengakses informasi untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Perubahan tersebut dapat menimbulkan peluang baru bagi para pelaku bisnis telekomunikasi dalam memberikan layanan terdepan sekaligus dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan usahanya.

Pendahuluan

Suatu layanan bisa melibatkan dua atau lebih pihak sehingga dibutuhkan regulasi yang dapat mengimbangi perubahan layanan dan teknologi tersebut. 

Perubahan teknologi dan layanan terjadi lebih pada umumnyacepat dibandingkn perubahan regulasi

Maka dari itu mau tidak mau badan regulasi harus memiliki “awareness” mengenai dampak perubahan teknologi dan layanan tersebut sebelumnya, saat ini maupun masa depan, sehingga dapat beradaptasi atau merestrukturusasi diri (jika perlu) dan memfasilitasi beberapa pihak yang berkepentingan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Menurut Wilbur Lang Schramm (1988), perkembangan yang dinamakan revolusi komunikasi dan sebagainya itu merupakan bagian dari serangkaian perubahan yang telah berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia selama ini. 

Revolusi Komunikasi

Revolusi komunikasi adalah satu dari sekian revolusi yang terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia, seperti revolusi politik, pendidikan, pertanian, dan industri. 

Layanan pada awal perkembangan telekomunikasi di Indonesia adalah telegram dan teleks yang berkembang menjadi layanan suara fixed line (PSTN). Beberapa lama setelah itu baru ditemukan layanan suara bergerak dan pengiriman data berupa pesan singkat yang disebut dengan SMS, hingga sekitar pada tahun 2000-an berbagai layanan baru di atas layanan data berbasis internet mulai tumbuh pesat hingga sekarang.

Teknologi Switching

Teknologi yang digunakan pada periode awal perkembangan tersebut adalah circuit switching (CS) dimana hanya mampu menghantarkan satu jenis layanan saja, namun seiring berkembangnya teknologi packet switching (PS) yang ditandai dengan hadirnya internet, maka lebih dari satu layanan dapat dihantarkan melalui teknologi tersebut dengan lebih efisien.

Teknologi Modulasi

Teknik modulasi yang digunakan pun mengalami perubahan, pada awal perkembangannya modulasi yang digunakan adalah modulasi analog (Amplitude, Frequency & Phase Modulation) dalam mentransmisikan sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain. Namun karena keterbatasan yang dimiliki (dalam hal ini bandwidth), modulasi digital (FSP, BPSK, QPSK, QAM, dan lain-lain) lebih berkembang karena dapat mentransmisikan sinyal informasi dengan bandwitdh yang lebih lebar sehingga semakin banyak layanan dapat ditangani.

Teknologi Transmisi

Selain dalam hal pengiriman data dan pengolahan sinyal, teknologi dalam hal media transmisi juga perlu kita perhatikan. Di awal perkembangannya media yang digunakan berupa kawat tembaga, lalu setelah ditemukan teknologi wireless maka udara menjadi media transmisinya. 

Namun karena rugi-rugi yang dihasilkan oleh kedua media transmisi tersebut dirasa kurang menfasilitasi tuntutan layanan yang ada, maka ditemukanlah media berupa fiber optik, yaitu sinyal informasi diubah menjadi sinyal cahaya. 

Media fiber optik ini digunakan sebagai link backbone karena kemampuan menghantarkan informasi dengan bandwidth yang jauh lebih lebar dengan rugi-rugi sinyal yang sangat minim.

Salah satu dampak dari perkembangan layanan dari teknologi tersebut antara lain : layanan suara dan gambar bisa dikirimkan dalam satu waktu yang bersamaan, dampaknya telepon fixed line dan televisi dapat digantikan oleh layanan video call / video conference, layanan ini membutuhkan akan bandwidth yang cukup lebar dari 256 kbps hingga 1 Mbps, sehingga suatu hal yang tidak mungkin pada awal era telekomunikasi yang hanya dapat melayani bandwidth maksimal 64 kbps.

Kecepatan dan kemudahan akses internet membuka berbagai peluang bisnis baru. Salah satunya adalah bisnis Cloud Computing, dimana semua data dan informasi disimpan ke dalam suatu data center yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet. Kebiasaan masyarakat yang selalu membawa memori yang berisi data pribadi kemanapun akan berubah karena yang dibutuhkan hanyalah kemudahan akses internet.

Perubahan Regulasi di Indonesia

Era munculnya regulasi untuk layanan telekomunikasi di Indonesia ditandai dengan disahkannya UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. (baca artikel dan diskusi tentang UU 36/1999 disini).

Melalui UU tersebut, telekomunikasi di Indonesia memasuki babak baru, yakni beralihnya era monopoli ke era kompetisi. Hubungan antara layanan, teknologi dan regulasi dapat digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut :

Sumber: Menciptakan Lembaga Regulasi Yang Lebih Berdaya

Regulasi adalah seperangkat aturan/kebijakan yang bersumber dari Undang-undang untuk mengatur dan menciptakan ketertiban dalam rangka tetap terpenuhinya hak publik. 

Perbedaannya dengan undang-undang adalah :

Undang-Undang bersumber dari Konstitusi (UUD NKRI) Tahun 1945 :

  1. Bertujuan utk menciptakan ‘keadilan’ dan ‘kepastian hukum’
  2. Bersifat memaksa dan mengatur
  3. Sanksi Pidana selain sanksi administratif

Regulasi :

  1. Regulasi sebagai implementing legislation bersumber dari UU
  2. Bertujuan menciptakan ‘ketertiban’
  3. Bersifat mengatur
  4. Regulasi teknis untuk mendukung operasional teknis
  5. Regulasi Ekonomis utk mendukung industri dan pasar yang sehat
  6. Regulasi sosial utk menjaga tetap terpenuhinya hak publik

Selain itu diatur regulatory framework, yakni metodologi kerja regulasi, yakni:
  • Memastikan adanya transparansi/keterbukaan antara Operator
  • Memastikan independensi lembaga regulasi
  • Melindungi hak konsumen
  • Menangani resource terbatas yang dipunyai oleh negara seperti spektrum frekuensi, orbit satelit, universal service
  • Menerapkan aturan untuk memberikan lisensi bagi layanan baru/new services

Perubahan Ke Depan

Ada sejumlah studi kasus yang terkait dengan perubahan ini disini. Diantaranya adalah Operator Kita (2012), Regulasi Konvergensi (2012), Pokok-Pokok Pemikiran (2012), Faktor Eksternal dan Internal Telekomunikasi Kita (2013).

Penutup

Kondisi industri telekomunikasi telah banyak berubah sejak dikeluarkannya UU nomor 36 Tahun 1999. Kinerja para operator yang bertindak sebagai ujung tombak penyelenggaraan telekomunikasi Indonesia dalam tekanan (baca artikel: Halo-Halo Bandung).Transformasi Menuju Data (2012), 

Perubahan teknologi dan layanan harus diimbangi dengan perubahan regulasi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan teknologi dan layanan (pasar) lebih cepat daripada perubahan regulasi.

Adanya regulasi yang tepat dapat menyeimbangkan kepentingan berbagai pihk terhadap perubahan layanan dan teknologi yang terjadi termasuk regulator. Adaptasi atau restrukturisasi adalah pilihan.

Di era ekonomi berbasis informasi saat ini ,dampak luas dari sinergi ini adalah state competitiveness. Disamping itu memberi kepastian bagi pelaku bisnis dan melindungi konsumen.

+++

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger