Ketika Kabel Tembaga Mengejar Teknologi Radio
Kita sadari bersama bahwa saat ini teknologi telepon radio seluler (wireless) berkembang dengan cepat dan bahkan lebih cepat jika dibanding dengan teknologi telepon kabel konvensional (tembaga). Dua dasawarsa lalu rasanya kita baru saja mengenal teknologi seluler GSM di Indonesia, lalu berkembang dengan tambahan akses GPRS untuk layanan internet WAP. Layanan GSM/GPRS ini dikenal pula dengan 2G atau GSM generasi ke-2. Tak lama Telkomsel, operator GSM terbesar nasional mulai memperkenalkan teknologi generasi ke-3 (3G) yaitu UMTS/WCDMA, dengan kemampuannya untuk layanan Video Call dan Video Streaming. Walaupun 3G sempat tak diminati, perlahan namun pasti teknologi GSM terus berkembang hingga saat ini mengaplikasikan teknologi HSDPA atau sering di sebut pula dengan nama generasi ke 3.5 (3.5G). Saat ini pun kita sudah mulai sering mendengar teknologi terbaru generasi ke-4 (4G) GSM yaitu Long Term Evolution (LTE)[1].
Bersamaan dengan GSM, teknologi seluler AMPS pun bermigrasi pertama kali ke teknologi CDMA IS-95, kemudian berkembang ke CDMA-2000, selanjutnya menambah kapasitas bandwidthnya dengan teknologi EV-DO[1].
Komunikasi data Local Area Network pun mengalami revolusi, berawal dari penggunaan modem data pada radio komunikasi amatir, infrared, bluetoth, kemudian berkembang ke teknologi WiFi a/b/g/n dan hingga yang terakhir mulai dikembangkan secara nasional yaitu Wimax “d” (walaupun teknologi terkini telah mencapai Wimax “e” dan “m”) [1].
Semua perkembangan tersebut telah menunjukan perkembangan teknologi komunikasi radio seluler dari layanan dasar suara (kecepatan antara 7.2-9.8kbps) hingga ke layanan broadband (kecepatan hingga 2.6Mbps).
Lalu bagaimana nasib dari jaringan kabel tembaga Telkom?
Telkom yang berawal dari Dinas Tilgrap di jaman Hindia belanda (1857), dahulu adalah penguasa jaringan telekomunikasi nasional. Berdasarkan UU Telekomunikasi No. 5 tahun 1964, PN.POSTEL diberi kewenangan menyediakan pelayanan pos & telekom, nasional dan internasional. Hingga kini, berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom Indonesia Tbk tahun 2010 pendapatan dari jaringan kabel adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ikhtisar pendapatan usaha Telkom hingga tahun 2010
Dari table diatas terlihat, bahwa jumlah pendapatan telepon tetap (termasuk FWA/Flexi) sejak 2008 terus mengalami penurunan, bahkan untuk tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1346 Miliar Rupiah atau sekitar 9.42%. Sementara layanan data, internet dan jasa informatika hanya mengalami peningkatan sebesar 1289 Miliar rupiah (6.96%) pada tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 2. Ikhtisar operasi telepon tetap dam internet Telkom hingga 2010
Dari table 2 diatas terlihat bahwa jumlah pelanggan telepon kabel tetap terus menurun sejak tahun 2008, dimana pada tahun 2010 jumlah pelanggan menurun sebanyak 74 ribu (0.88%) setelah sebelumnya pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah terbesar sebanyak 2.93% atau 253 ribu pelanggan. Salah satu produk alternatif layanan internet, yaitu Telkomnet instan pun terus mengalami penurunan. Kecepatan akses yang minim kurang dari 56kbps, tidak dapat memenuhi kebutuhan akan Bandwidth yang makin besar turut meredupkan layanan ini. Sebaliknya dapat terlihat bahwa layanan internet broadband, yaitu Speedy terus meningkat hingga 1.65 juta pada tahun 2010, atau terus meningkat sebanyak 504ribu pelanggan dibanding tahun sebelumnya.
Namun jika kita bandingkan jumlah pelanggan data internet broadband Speedy, per 2010 baru mencapai 21% dari jumlah pelanggan telepon tetap kabel berbayar. 79% masih menjadi potensi pelanggan, atau jika dihitung berdasarkan ketersedian sambungan terpasang maka potensi pelanggan broadband masih tersedia sebesar 84% atau 8.861 ribu sambungan.
Tabel 3: Sambungan Telepon tetap kabel hingga 2010
Dari sisi teknologi yang digunakan, pemanfaatan jaringan telepon kabel untuk internet broadband oleh Telkom ini saat ini masih menggunakan ADSL 2+ dengan klaim kecepatan hingga 3Mbps (downstream).
Gambar 1. Grafik Kecepatan data vs Jarak untuk ADSL 1 & ADSL 2+[4]
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk kecepatan hingga 3Mbps, pada ADSL 2+ jarak maksimal pelanggan ke modem DSLAM adalah 4.8km tentu jaraknya akan semakin berkurang mengingat kualitas jaringan kabel tembaga Telkom yang juga sudah menurun.
Aplikasi layanan data masa yang depan
Di masa yang akan datang aplikasi video diprediksikan akan mendominasi layanan komunikasi data. Sebagai referensi untuk Streaming Video standard (320x240 pixels) diperlukan setidaknya koneksi broadband 2.5Mbps, sedangkan untuk High Definition streaming atau pun layanan TV Digital (IPTV) setidaknya dibutuhkan kecepatan data 10Mbps[6].
Tabel 4.Kebutuhan Bandwidth digital TV[7]
Selain layanan TV digital, kebutuhan akses data tidak akan hanya terbatas kepada layanan Video, namun tetap juga mempertahankan kebutuhan layanan legacy yaitu suara dan internet. Untuk itu perlu juga dipertimbangkan layanan jaringan broadband yang memenuhi setiap kebutuhan tersebut yang lazim disebut pula dengan nama layanan triple play. Adapun data kebutuhan Bandwidthnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 5. Kebutuhan Bandwidth Triple Play[7]
Berdasar pada kebutuhan Bandwidth tersebut, maka saat ini untuk jaringan internet kabel tembaga ke pelanggan dengan teknik modulasi ADSL 2+, kebutuhan Video Streming standar telah dapat terpenuhi, hanya di masa mendatang untuk kebutuhan HDTV dan Triple play maka dibutuhkan teknologi modulasi yang lebih cepat yaitu VDSL 2 yang dapat mencapai kecepatan hingga 100Mbps.
Gambar 2. Grafik Kecepatan data vs Jarak untuk ADSL 2+, VDSL & VDSL 2[5]
Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah Bandwidth antara rumah kabel (cross connect Point) dengan sentral telepon, serta backbone antar sentral telepon. Jika rumah kabel memiliki kapasitas 1200 sambungan, maka setidaknya dibutuhkan Bandwidth sebesar 20Gbps (16.1x1200). Kecepatan ini hanya dapat dicapai oleh jaringan serat optik (2 lamda @10Gbps). Saat ini antara rumah kabel dengan sentral telepon masih didominasi oleh kabel tembaga, untuk itu kesiapan penggunaan jaringan kabel tembaga untuk layanan broadband membutuhkan investasi baru untuk penggantian kabel primer tembaga ke kabel serat optik.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Telkom sendiri telah memiliki beberapa strategi dan perencanaan untuk layanan jaringan telepon tetap (tembaga) seperti dituangkan pada laporan tahunan 2010
1. Terus mengimplementasikan dan mentransformasikan jaringannya sesuai dengan tiga visi implementasi broadband TELKOM yaitu Home Digital Environment, Enterprise Broadband, dan Broadband Anywhere;
1. Terus mengimplementasikan dan mentransformasikan jaringannya sesuai dengan tiga visi implementasi broadband TELKOM yaitu Home Digital Environment, Enterprise Broadband, dan Broadband Anywhere;
2. Terus meningkatkan kemampuan jaringan full IP transport melalui program: peningkatan bandwidth internet domestik & international, ekspansi Terra IP backbone, ekspansi IP over Lambda berbasis 10Gb, 40Gb dan kedepan berbasis 100Gb per lambda, melakukan sinergi di TELKOMGroup menuju converged dan single transport, melanjutkan pembangunan Metro Ethernet yang difungsikan sebagai jaringan single transport metro untuk menyediakan layanan-layanan berbasis IP dan multiplay, melanjutkan implementasi Fiber To The Home (“FTTH”) dan GPON, serta melanjutkan migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off.
3. Mengimplementasikan Smart Core melalui program layanan konvergen platform berdasarkan Integrated Management System (“IMS”), mengimplementasikan database profil pelanggan terpadu, Service Delivery Platform (“SDP”) brokerage & orchestration.
4. Memperluas jangkauan akses broadband sampai dengan pelanggan Enterprise dan Residential melalui rangkaian program Managed Enterprise Services, Managed Smart Customer Premises Equipment (“CPE”), Home Automation, Surveillance, dan Home Interconnect.
Dimana menurut Telkom sendiri, Pada tahun 2010 Telkom sudah mulai melakukan program migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off untuk mengganti kabel tembaga yang telah ada dengan jaringan akses yang bisa mengakomodasi akses layanan data sampai dengan 100Mbps[3]
Kesimpulan
Dari uraian dan data-data yang diatas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi kabel tembaga khususnya untuk aplikasi broadband tidaklah tertinggal dari teknologi radio. Dimana dengan teknologi ADSL 2+ (3Mbps) yang digunakan sekarang pun sebetulnya telah melebihi kecepatan data yang terdapat pada teknologi GSM HSDPA (2.6Mbps), bahkan dapat dikatakan bahwa Commited Information Rate (CIR) pada ADSL tembaga jauh diatas teknologi radio, baik GSM 3.5G maupun Wimax yang bekerja secara sharing bandwidth diantara banyak user.
Jumlah pelangan Telkomsel Flash yang merupakan layanan broadband GSM dari grup Telkom sendiri, hingga tahun 2010 telah mencapai 3.8 juta pelanggan[3], sehingga jumlah pelanggan layanan Speedy yang hanya mencapai 1.6 juta dapat pula dianggap sebagai terlambatnya respon dari Telkom untuk memanfaatkan jaringan kabel tembaga untuk layanan broadband.
Dalam hal harga, saat ini tariff Speedy dirasa cukup kompetitif di Asia, dimana menurut data PCWorld[8] di Thailand, koneksi internet dengan kecepatan 128kbps-2Mbps (downstream) berkisar antara US$5 – US$50/bulan, Sedangkan di India 256kbps-1Mbps (downstream) berkisar antara US$19 – US$71/bulan. Tentunya harga sewa ini dapat menjadi lebih ekonomis seandainya akses internet global dapat dikurangi dengan cara menyediakan akses server aplikasi di tingkat nasional.
Secara keseluruhan, mengamati laporan tahunan 2010 strategi yang dilakukan oleh PT. Telkom untuk memanfaatkan dan mengembangkan jaringan akses tembaganya dirasa telah tepat. Namun, jika melihat perkembangan pelanggan broadband Speedy yang terlambat perlu dipersiapkan strategi yang lebih agresif, diantaranya adalah:
· Mengedukasi masyarakat bahwa kualitas layanan broadband kabel tembaga lebih baik dibanding broadband seluler
· Mempercepat upgrade jaringan kabel primer ke serat optik
· Mempersiapkan infrastruktur dan perangkat berbasis VDSL 2, dengan mendorong industri lokal sebagai upaya untuk mendukung peningkatan kandungan dalam negeri pada peralatan telekomunikasi
· Mempersiapkan interkoneksi server nasional baik webserver maupun IPTV server untuk mengurangi ketergantungan akan akses internet global, dan yang tak kalah pentingnya adalah
· Mempersiapkan sumberdaya yang siap melayani jutaan pelanggan tanpa mengurai kualitas layanan yang dijanjikan
· Mempersiapkan interkoneksi server nasional baik webserver maupun IPTV server untuk mengurangi ketergantungan akan akses internet global, dan yang tak kalah pentingnya adalah
· Mempersiapkan sumberdaya yang siap melayani jutaan pelanggan tanpa mengurai kualitas layanan yang dijanjikan
Jika tidak segera diantisipasi, maka tak ayal pangsa pasar pengguna broadband akan tetap di dominasi oleh jaringan teknologi radio baik seluler (GSM & CDMA) maupun Wimax.
Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Spectral_efficiency diakses pada tanggal 14 Mei 2011
http://www.telkomspeedy.com/index.php/main/speedy/Deskripsi.Speedy diakses pada tanggal 15 Mei 2011
PT. Telkom Indonesia Tbk., Laporan Tahunan 2010. Jakarta Maret 2011.
http://www.ispreview.co.uk/articles/adsltips/ diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://www.broadband-forum.org/downloads/About_DSL.pdf diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Streaming_media diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://www.icf.at/en/6000/how_much_bandwidth.html diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://pcworld.about.net/news/Aug232006id126729.htm diakses pada tanggal 15 Mei 2011
Penulis,
Yovi Manova