( sumber gambar : www.torbenrick.eu)
Era konvergensi pada industri telekomunikasi, informasi dan penyiaran semakin mendekat, ditandai dengan semakin menipisnya batas dari fungsi spesifik yang sebelumnya dimiliki masing-masing industri. Komoditas penyiaran seperti program TV dan iklan sekarang bisa dinikmati dari berbagai perangkat telekomunikasi dan internet. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, perluasan akses internet, proses dalam pembuatan konten program pun bergeser dari company-based menjadi individual-based. Hal ini dapat dengan mudah kita amati dengan bermunculannya para individu yang mampu membuat perubahan dan memberikan pengaruh pada orang lain melalui dunia maya. Sehingga telah terjadi pergeseran dari konsumen menjadi prosumer (produser - consumer), dimana konsumen juga dapat bertindak sebagai produser. Dampak lain dari hal ini adalah harus kita sadari bahwa kekuatan perubahan tidak lagi dikuasai oleh organisasi / perusahaan tapi juga dalam masing-masing individu sebagai konsumen yang akan mempengaruhi strategi perusahaan dan akan mengubah bagaimana cara perusahaan merespon perubahan yang terjadi dengan cepat.
Perubahan yang cepat dan tidak pernah terjadi sebelumnya ini telah menciptakan suatu pasar dan mekanisme baru yang tidak dapat diantisipasi oleh strategi sebelumnya, karena suatu strategi bisa jadi bekerja baik untuk suatu kondisi tertentu namun belum tentu berhasil untuk kondisi lainnya. Era ini dapat dikatakan sebagai Disruptive Change, dimana perubahan yang terjadi 'mengacaukan' sistem yang telah bertahan sebelumnya, dengan cara berhasil membuat para penyusun strategi di industri telekomunikasi, informasi dan penyiaran berpikir ulang dan berkolaborasi untuk menciptakan model bisnis baru, proses baru, hingga tujuan perusahaan yang sebelumnya belum menjadi ranah mereka. Yang tak kalah pentingnya adalah dengan menyiapkan kapabilitas baru untuk menjawab semua tantangan dalam rangka menciptakan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi penciptaan kapabilitas untuk menjawab tantangan pada era disruptive change [1] :
- Resources
- Untuk membangun kapabilitas baru diperlukan tangible resource (manusia, peralatan, teknologi, cash) dan non-tangible resource (product design, information, brands, hubungan dengan supplier, distributor, dan pelanggan).
- Process
- Secara menyeluruh business process akan mempengaruhi proses komunikasi, kordinasi, hingga pengambilan keputusan dalam mentransformasi produk atau services baru yang akan diciptakan untuk beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan keberlanjutan usaha.
- Values
- Organization values merupakan lebih dari sekedar corporate values, dimana hal ini akan mempengaruhi standard nilai pada setiap orang yang terlibat dalam organisasi untuk setting prioritas dalam suatu pekerjaan dan bagaimana standard dalam melakukan pekerjaan. Ketika suatu organisasi / perusahaan ingin menciptakan kapabilitas baru, tentu terdapat proses transisi, pekerjaan dan skill set yang dibutuhkan. Masa transisi dan setelahnya bukanlah fase yang mudah dilewati apabila setiap orang yang terlibat di dalamnya tidak mau berubah karena tidak sesuai dengan value yang mereka miliki sebelumnya. Sehingga perlu diciptakan value yang sesuai agar semua orang yang terlibat dalam pembangunan kapabilitas ini memiliki semangat perubahan dan etos yang diperlukan.
Ketiga hal diatas harus saling terintegrasi untuk menciptakan kapabilitas baru yang mampu membawa perusahaan dan industri menjawab perubahan tantangan dan membangun iklim kondusif yang mampu membawa keberlanjutan dalam pertumbuhan industri.
Dalam menciptakan kapabilitas baru tersebut terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh [1] :
- Menciptakan kapabilitas baru secara internal
- Menciptakan kapabilitas baru dengan melakukan 'spin-out' organisasi
- Menciptakan kapabilitas baru dengan melakukan akusisi
Perubahan merupakan suatu hal yang pasti terjadi, ditambah dengan ketidakpastian dan risiko yang terus membayangi, membangun kapabilitas baru untuk menjawab tantangan di era disruptive change ini menjadi suatu seni dan keterampilan khusus yang memerlukan analisa dan kemampuan melihat suatu solusi secara holistik.
Penulis,
Nurmaya Widuri
nurmaya.widuri@gmail.com
Refference :
[1] Clayton M. Christensen and Michael Overdorf, Meeting the Challenge of Disruptive Change, the Essentials - Harvard Business Review paperback, 2011. Boston, Massachusetts.