Monday, November 26, 2012

CDC

Charge Discharge

oleh: Azwani Dadeh (azwanidadeh@gmail.com)

Abstrak

Charge discharge atau lebih sering disingkat dengan CDC adalah teknik untuk melakukan efisiensi bahan bakar minyak (BBM) dengan mengkonversi catu daya site BTS (Base Transceiver Station) dari dua genset menjadi satu genset dan baterai berikut rectifier pada remote area dimana catu daya dari PLN sulit diperoleh.

Berdasarkan data aktual, dengan teknik CDC ini menyebabkan penghematan pemakaian bahan bakar hingga sebesar 75% dibanding teknik sebelum nya. Teknik ini diimplementasikan pada lebih dari 500 site BTS di sebuah operator di Indonesia. Sebuah upaya efisiensi energi yang signifikan menuju green ICT. Payback period sebesar 18 bulan dengan penghematan sebesar lebih dari 40 juta dolar AS dalam kurun waktu 4 tahun.

Informasi Teknis

Metode konvensional yang dilakukan untuk remote area adalah menggunakan dua unit generator set (genset) yang bekerja secara bergantian selama 7 x 24 jam sepanjang tahun. Sistem seperti ini dikenal sebagai sistem double genset. Metode ini memberi tekanan yang cukup besar pada keuangan mengingat tingginya biaya operasional yang harus ditanggung oleh Perusahaan di tengah persaingan antar operator telekomunikasi yang semakin ketat.

Inovasi sistem CDC didukung dengan kejelian dan kecermatan menghitung durasi aktif dan non-aktif genset lalu merancang sistemnya. CDC tidak memerlukan teknologi yang canggih untuk mengefisienkan penggunaan BBM di site. Cukup dengan menggunakan controller atau bahkan dengan timer pun sistem ini sudah bisa beroperasi dengan baik.

Skema diagram CDC seperti pada gambar berikut.

Sistem Double Genset dan Sistem Charge Discharge

Genset aktif akan mencatu beban (BTS, radio microwave, DC fan dan perangkat lainnya) dan di saat yang sama men-charge baterai. Ketika baterai sudah penuh, genset akan berhenti bekerja dan beban dicatu oleh baterai (discharge). Untuk mencapai efisiensi pemakaian bahan bakar yang tinggi diusahakan membuat durasi aktif genset sesingkat mungkin, akan tetapi masih mampu men-charge baterai yang sanggup mencatu beban cukup lama.

Pada umumnya, konfigurasi double genset yang digunakan adalah 2x20 kVA atau 2x17kVA dan beban total rata-rata sebesar 2.000 watt. Dengan melakukan teknik modelling ditemukan waktu charge dan discharge yang  paling efisien yaitu sebesar 6 jam dan18 jam sehari. Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah sekitar 860 Ah dan kapasitas rectifier sekitar 12,000 Watt. Data selengkapnya pada tabel berikut.

Data Teknis Sistem Charge Discharge

Payback Period

Perhitungan biaya operasional (opex) dihitung berdasarkan biaya operasional genset per jam. Untuk kasus site dengan double genset, dimana setiap genset aktif selama 12 jam per hari, maka biaya per jamnya adalah USD 4.36 dan biaya ini sudah termasuk bahan bakar dan pemeliharaan rutin serta biaya transportasi untuk pemeliharaan.

Jika genset aktif selama 6 jam per hari maka biayanya hanya USD 3.97 per jam. Perbedaan ini disebabkan menurunnya biaya biaya transport dan pemeliharaan.

Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa setiap bulannya akan terjadi penghematan sebesar USD 1.4 juta. Dengan investasi total sebesar 25.4 juta dolar AS, maka biaya investasi tersebut akan tergantikan dengan penghematan yang terjadi selama 18 bulan atau 1.5 tahun. Sehingga sisa 2.5 tahun berikutnya adalah total penghematan yang bernilai sekitar USD 40 juta.

Penutup

Selain di  www.manajementelekomunikasi.org.tulisan yang sama juga dimuat di www.manajemenenergi.org  dan beberapa media lain. Penulis terbuka untuk diskusi secara online. Terima kasih.

Wednesday, November 21, 2012

STUDI KASUS #5: Regulasi KONVERGENSI

REGULASI KONVERGENSI DI SEJUMLAH NEGARA

oleh: Djamhari Sirat

Sejumlah negara sudah atau sedang bersiap memasuki era konvergensi. Studi kasus ini
merupakan tinjauan atas regulasi di sejumlah negara antara lain guna memahami para
stakeholder yang terlibat berikut jenis dan risiko masing-masing.

Sejumlah pihak masih berdebat tentang definisi konvergensi. Tetapi pada dasarnya
mereka saling melengkapi dan ini menunjukkan luasnya dimensi konvergensi yang
dihadapi yaitu: network convergence, services delivery convergence, services convergence,
terminal convergence, contents convergence, user culture convergence, business
convergence, digital convergence. Tidak sederhana.

Pada akhirnya pusaran konvergensi akan menyatukan telekomunikasi, penyiaran, dan
internet seperti pada gambar berikut.

Pusaran konvergensi
Pusaran Konvergensi

Bagi konsumen proses konvergensi berlangsung dengan menggembirakan. Selama
beberapa tahun terakhir, konsumen telah benar-benar mulai merasakan dampaknya pada
tingkat terminal dan penurunan biaya layanan. Panggilan telepon dapat dilakukan dari
PC melalui jaringan Internet dan layanan Internet bisa diakses menggunakan terminal
mobile, program televisi dan radio juga bisa dinikmati di PC dan smartphone yang
terhubung broadband.

Juga, pada tingkat operator, perbedaan antara broadcaster, operator seluler, dan fixed-
line operator dan ‘broadband provider' menjadi kabur. Pelaku industri
menyelenggarakan layanan bersama dengan cara-cara yang inovatif dalam upaya untuk
menarik dan mempertahankan pelanggan serta menjaga kelangsungan usaha di tengah
tren penurunan pertumbuhan pendapatan.

Bagaimana dengan kesiapan regulator? Kita akan melihatnya di sejumlah negara seperti
Inggris, Italia, Malaysia, Korea, Jepang, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.

Tugas:

Temukan informasi tentang regulasi yang sudah atau akan berjalan di masing-masing
negara tersebut menghadapi era konvergensi dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Setiap kelompok memilih sebuah negara akan dijadikan ‘sasaran’ dan setiap anggota kelompok berbagi hasil penelitiannya secara terbuka pada platform ini
  2. Data penting yang perlu diidentifikasi adalah para stakeholders beserta kepentingannya, produk-produk regulasi yang berlaku termasuk badan apa saja yang menetapkan dan melaksanakan regulasi tersebut berikut definisi konvergensi yang digunakan dan aspek-aspek yang diregulasi.
  3. Pengumpulan data dilaksanakan sejak tugas ini diberikan dan setiap kelompok akan menyampaikan ringkasan secara tertulis berikut pendekatan yang sesuai dengan kondisi Indonesia berikut penjelasannya.
  4. Ringkasan dikumpulkan hari Selasa, 27 November 2012 
  5. Format bebas.

Acuan:

CONVERGENCE, User Expectations, Communications Enablers and Business
Opportunities, Christian Saxtoft, John Wiley & Sons Ltd, 2008

Selamat bertugas !!

Friday, November 16, 2012

MONETIZING TRANSFORM FROM MINUTES TO BYTES

Usulan Untuk Transformasi Data

oleh: Agoes Koesrijanto

Gambar 1. Global Mobile Device & Subscriber Penetration
Gambar 1, global mobile device dan subscriber penetration, terlihat bahwa mulai di tahun 2014 jumlah perangkat mobile akan menyamai jumlah penduduk dunia. Sementara itu dari Gambar 2, mobile data revenue dan traffic growth,  masih menunjukkan peningkatan sampai dengan tahun 2015.

Meskipun demikian nilai dari revenue mobile voice mulai mengalami ketiadaan pertumbuhan, tetapi untuk nilai revenue mobile data  masih mengalami kenaikan. Nilai dari revenue ini masih dapat diambil oleh operator telekomunikasi dengan semaksimal mungkin untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.
Gambar 2. Global Mobile Voice & Data Revenue

Dari kondisi tersebut sebenarnya dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran pengukuran dari menit ke bit. Artinya operator telekomunikasi harus memonetize transformasi dari menit ke bit atau mendefinisikan ulang bisnis model yang sesuai untuk telekomunikasi.

Remodelling bisnis dari basis menit ke bit

Jika sebelumnya semua operator telekomunikasi harus melakukan segala upaya untuk mempertahankan pelanggan sebagai langkah pertama untuk dapat tetap bertahan di bisnis telekomunikasi yang semakin keras dan kompetitif. Saat ini prioritas utama tersebut di atas telah digantikan dengan urgensi untuk mengembangkan dan menjual layanan data baru yang dapat menciptakan sumber revenue baru. Keadaan ini adalah tantangan yang dihadapi oleh operator telekomunikasi di dunia. Hal ini karena perubahan value chain dalam telekomunikasi dan IT.

Operator yang sedang melakukan dalam proses pergeseran strategy legacy untuk mempertahankan pelanggan sering mengabaikan banyak hal, sehingga terjadi proses monetezing demand. Atau dengan kata lain proses mempertahankan pelanggan ini akan menjadikan menit dan bandwidth sebagai komoditas, atau dengan kata lain akan menurunkan value demand tersebut .

Akibat langsung dari proses komoditisasi ini antara lain free upgrade ke broadband, layanan data mobile flat rate atau diskon paket multi-play. Artinya dengan pertimbangan loyalty pelanggan akan menghambat proses penciptaan nilai/value dari bit.

Operator juga sangat gencar untuk meningkatkan nilai dari layanan baru sebagai reaksi dari peningkatan kebutuhan pelanggan. Peningkatan kebutuhan ini, akan membuat pelanggan tereksploitasi ke bisnis model baru, seperti layanan musik, data hosting, file transfer dll, baik yang di layani oleh pemain lain (internet), yang memberikan nilai revenue minimal bagi operator.

Dari beberapa contoh di atas banyak hal yang dilakukan operator yang belum menyiapkan strategi untuk meremodelling bisnis telekomunikasi dari basis menit  ke basis bit (shift business model from minutes to bytes)

Redefinisi Key Performance Indicator

       Operator telekomunikasi sangat membutuhkan informasi yang dapat merubah kebutuhan pelanggan menjadi suatu nilai ekonomi. Hal ini nantinya akan dipakai untuk meyakinkan ke investor dan stakeholder eksternal. Suatu cara baru untuk mengukur dan mengkomunikasikan kemajuan finansial melalui suatu seperangkat KPI (Key Performance Indicator) yang benar-benar baru sangat diperlukan karena adanya pergeseran bisnis telekomunikasi dari basis menit ke basis bit.

KPI pada saat mobile voice bertumbuh meliputi :
Network coverage, subscriber, penetration, customer market share, Minute of Usage (MoU), Average Revenue Per User (ARPU) dan perbandingan antara Pre &Post Paid. Terkadang juga ditambah Revenue per Minute (RPM), Revenue per Subscriber (RPS)

Gambar 3. Evolusi KPI dalam mobile data
Sementara itu untuk KPI kondisi Voice sudah mature dan mobile data growth adalah : Subscriber Acquisition/Retention Cost (SAC/SRC), Churn, Data share of Revenue, Mobile internet page hits, Revenue market share, 3G handset take-up, on-portal visitors and traffic.

Pada kondisi Mobile Data mature, maka KPI yang layak untuk dipergunakan adalah :Cost per bit  transmitted, 3G/4G network,  utilization, Data usage per  subscriber, M2M connections, Mobile payment users, Smartphone take-up, Application store revenue. KPI harus disesuaikan dengan waktu dan kondisi lingkungan operator telekomunikasi tersebut berada.

Transformasi ini membawa perubahan yang besar bagi Bisnis dan SDM. 
Kapan kita siap?

Referensi  :

  1. Global mobile device and subscriber penetration, OVUM UNFPA, 2008 Population Revision Database, Global Telecommunication 25 July 2011 (Gambar 1)
  2. Global mobile voice and data revenue , OVUM Mobile voice and Data forecast 2011-2016, January 2012 (Gambar 2)
  3. Transformasi Menuju Data oleh Hasnul Suhaemi, http://www.manajementelekomunikasi.org/2012/10/transformasi-menuju-data.html
  4. Operators, Ernst & Young Research (Gambar 3)



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger