Seri Kapita Selekta
oleh: Kelompok 4
Menurut Philip Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Diskusi pada artikel ini menyoroti bentuk layanan telekomunikasi guna memanfaatkan perubahan yang terjadi pada fungsi marketing..
Pendahuluan
Pemasaran (marketing) dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan usaha, melakukan pengembangan usaha (pertumbuhan) dan untuk pencapaian tujuan perusahaan.Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung dari susunan strategi pemasaran yang ada di perusahaan tersebut. Setiap perusahaan menggunakan sejumlah alat untuk mendapat respon dari konsumen terhadap kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Salah satu alat yang digunakan perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran adalah dengan menggunakan bauran pemasaran (mix marketing) yang terdiri dari 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi). Place yang dimaksudkan di sini ialah distribusi.
New Wave Marketing
New wave marketing adalah suatu cara marketing yang lebih menekankan untuk mendorong customer ikut andil mempromosikan produk secara tidak langsung.
Disini pihak perusahaan didorong untuk lebih peka terhadap bagaimana mem-Brand produk agar dapat membuat customer loyal terhadap produk atau layanan yang disediakan, terlebih terhadap perusahaan yang penyedia, supaya customer itu nantinya diharapkan dapat menjadi ‘sales’ tak langsung bagi perusahaan dalam memasarkan produk.
Sadar atau tidak, kita telah melakukan dan merasakannya dalam hal membuat keputusan untuk membeli sebuah produk atau mengkonsumsi suatu layanan. Kita akan lebih menurut dengan rekomendasi dari teman kita (word of mouth) dari pada iklan.
Perkembangan teknologi dan layanan telekomunikasi berperan sangat besar dalam melahirkan ‘new wave marketing’, Konsep ini mulai berkembang karena adanya dukungan dari era Web 2.0 dimana orang dapat pertukaran informasi secara lebih mudah (interaktif) jika dibanding dengan era Web 1.0.
Marketing berkaitan dengan sembilan elemen yang terdiri dari:
- segmentasi,
- targeting,
- positioning,
- diferensiasi,
- marketing-mix,
- selling,
- brand,
- service, dan
- process.
Sembilan elemen tersebut lahir di zaman serba vertikal. Saat itu belum ada Web 2.0 atau bahkan belum ada Web 1.0. Ketika itu praktek pemasaran yang dilakukan oleh pemasar dan dikendalikan secara top-down, bersifat hirarkis, dari perusahaan ke konsumen.
Seiring dengan masuknya era horisontal, yang didorong oleh kekuatan baru teknologi Web 2.0, seakan produsen dihadapkan pada tuntutan untuk bergerak lebih horisontal dan duduk sejajar dengan konsumen, kompetitor dan agen-agen pembawa perubahan.
Artinya konsumen bukan lagi menjadi objek tapi subjek, karena penciptaan nilai pemasaran akan lebih bertambah kalau melibatkan pelanggan dan melakukan inovasi secara bersama-sama.
Model pemasaran New Wave ini memang berbeda. Sembilan elemen yang selama ini sudah dikenal mungkin masih tetap berlaku, namun secara praktek kesembilannya harus dirubah ke yang lebih horisontal dimana 9 elemen pemasaran sudah berganti menjadi 12 C dan Marketing Mix (4P) sudah berganti ke New Wave Marketing Mix (co-creation, currency, conversation and communal activation).
Teknologi ICT Merubah Model Pemasaran
Era Web 2.0 dan media sosial membuat internet menjadi lebih interaktif, merubah dalam mencari informasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Kini pengguna tidak hanya sebagai pengamat saja, tetapi dapat memberikan feedback kepada pembuat berita, sehingga internet menjadi lebih aktif dari era sebelumnya karena ada keterlibatan pengguna di dalamnya. Dengan pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia yang semakin meningkat dan penggunaanya kebanyakan untuk media sosial dan chatting, operator-operator telekomunikasi menangkap peluang tersebut dengan menyediakan paket-paket layanan internet.
Melihat fenomena ini, dunia marketing pun lambat laun melakukan penyesesuaian dengan yang terjadi pada saat ini. Sistem marketing yang dulu menerapkan “high cost high impact” sekarang menjadi “low cost high impact”.
Pemasaran produk dapat memanfaatkan media sosial yang biayanya tidak sebesar memasang iklan di televisi, surat kabar, pamlet, dan lain-lain. Dengan pemasaran online akan timbul pemasaran horizontal yaitu customer loyal menjadi sales perusahaan untuk dari produk tertentu.
Contohnya adalah sebuah bank masuk ke sosial media untuk tujuan customer engagement. Bank tersebut menjalankan konsep “Care” dengan mendengarkan keluhan masyarakat, dengan 113,000+ fans di Facebook dan 44,900+ followers di Twitter. Ini memungkinkan bank memanfaatkan keuntungan dari sosial media dengan tersedianya grup dan news feeding pada facebook misalnya dapat mendorong penyebaran ide inovasi yang dapat dieksekusi dengan cepat apabila sesuai dengan tren.
Orang-orang menaruh kepercayaan kepada yang memiliki banyak follower dibandingkan brand ambassador di iklan TV.
Model Bisnis Di Era New Wave Marketing
Perbedaan model bisnis new wave marketing dengan legacy marketing terletak pada “Low Cost, High Impact”, dengan biaya yang sangat rendah bisa didapatkan dampak yang maksimal.
Dampak dalam hal ini bukan pada besarnya jumlah keuntungan, tapi lebih kepada kepuasan pelanggan yang lebih menjamin “kelanggengan” suatu produk dalam pasar.
Dengan bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi dan juga IT Developer menandakan pentingnya peranan teknologi ICT dalam new wave marketing ini.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sektor telekomunikasi memanfaatkan peluang ini?
++
Sumber :