Sunday, September 29, 2013

Studi Kasus #10: PERBANKAN dan Layanan TELEKOMUNIKASI

Seri Kapita Selekta

oleh : Kelompok 2
Ayu Nova, Dewi Asri Tiara Putri, Putu Eka Suarjaya

Perbankan merupakan sebuah industri jasa yang perlu untuk difahami fungsi dan keberadaannya mengingat peran pentingnya di dalam pembangunan. Saat ini semakin banyak bidang ilmu yang terlibat di industri perbankan ini termasuk diantaranya telekomunikasi dan informasi. Layanan keduanya telah lama dimanfaatkan oleh perbankan secara simbiose mutualismeNamun ke depan situasinya mungkin bisa berubah. Favorable atau unfavorable. Bagaimana hal itu bisa terjadi?


sumber: http://prntscr.com/1tpr1i

Apa itu Bank? 

Semua orang mungkin sudah tahu apa itu bank dan bagaimana fungsi dari bank itu sendiri. Secara singkat yang kita ketahui tentang pengertian bank adalah ‘tempat menyimpan uang atau menabung dan tempat meminjam uang’. 

Menurut Undang–Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi bank selain sebagai penghimpun dana masyarakat melalui simpanan juga sebagai penyalur dana kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, pembelian surat–surat berharga, dan sebagainya. 

Bagaimana Canvas Model Bisnis Perbankan?

Lalu bagaimana posisi bank di masa sekarang ini? Bagaimana bisnis perbankan bergerak di era informasi yang berubah dengan sangat cepat ini? Mari kita lihat model bisnis perbankan berikut ini:
sumber: http://prntscr.com/1tpqtk (click to enlarge)

Coba perhatikan kotak Revenue Streams, Value Proposition, Customer Segments, Key Resources, dan Cost Structures. Padanya layanan telekomunikasi dan informasi memegang peran yang tidak sedikit.

Peran Teknologi Pada Inovasi dan Kreativitas Layanan Perbankan

Perkembangan teknologi saat ini mendorong inovasi dan kreativitas layanan di sektor perbankan. Ini membuat sektor perbankan dituntut untuk bisa reaktif terhadap perkembangan dan kondisi nasabah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. 

Saat ini sektor perbankan ‘melirik’ layanan sektor telekomunikasi sebagai solusi efesiensi delivery layanan perbankan dengan jaringannya yang luas, akses yang mudah, dan harga yang relatif murah.

Sebagai contoh adalah layanan SMS banking, mobile banking, dan telephone banking . Hal ini didukung juga dengan semakin murah dan banyaknya perangkat handphone dan smartphone yang beredar di pasar. 

Apa yang menarik?

Hal yang menarik adalah bisnis perbankan mulai meninggalkan konsep lamanya dan menawarkan layanan dengan konsep baru yang lebih efisien

Diantara layanan perbankan yang belakangan banyak dibicarakan dalam kolaborasinya dengan layanan sektor industri telekomunikasi adalah “Branchless Banking” atau perbankan tanpa kantor cabang. Kita dapat membayangkan efisiensi yang terjadi. Lalu bagaiman perbankan melayani para konsumennya?

Secara umum ‘Branchless Banking’ merupakan kegiatan transaksi bank dengan kriteria sebagai berikut:
1. Tanpa melalui kantor cabang
2. Menggunakan agen yang bekerja sama dengan bank
3. Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri atau melalui agen
4. Fitur transaksi yang lebih sederhana
5. Layanan yang lebih murah
6. Dapat ditunjukkan khususnya bagi masyarakat segmen bawah atau unbanked
Dari kriteria di atas dapat kita lihat bagaimana layanan perbankan memperluas segmen pelanggannya dengan merangkul masyarakat bawah melalui akses yang lebih mudah dan luas. Secara konsep ini dapat terjadi jika menggunakan layanan sektor telekomunikasi secara lebih intensif.

Dibandingkan transaksi dengan melalui layanan ATM (yang akan menjadi sangat mahal dan belum tentu ada di setiap desa) tentu akan lebih mudah jika dilakukan melalui ponsel. Apalagi sebagian masyarakat segmen bawah umumnya masih berada dalam kategori unbankable untuk layanan perbankan. Dengan harapan akses terhadap layanan perbankan yang lebih luas maka akan dapat meningkatkan perekonomian yang pada akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sejumlah Isu Hangat

Dari paparan di atas, dapat kita fahami kaitan antara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berikut layanannya dengan perkembangan layanan bisnis perbankan. Walau dalam penerapannya nanti masih akan terbentur beberapa kendala serperti kendala regulasi, keamanan nasabah, dan edukasi nasabah mengenai layanan ini namun dengan tingkat persaingan yang tinggi diperkirakan bahwa ini hanyalah masalah waktu saja. 

Hal yang perlu diperhatikan bahwa penerapan sistem layanan perbankan dengan konsep yang baru ini sebaiknya menguntungkan kedua belah pihak yaitu pelaku bisnis perbankan dan pelaku bisnis telekomunikasi itu sendiri.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi, maka akan terjadi perubahan dalam penyampaian layanan perbankan ke depannya. Apakah karakteristik jasa bank mengalami perubahan ketika dikembangkan layanan baru.

Benarkah dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pelaku perbankan akan melakukan perubahan besar dalam pemilihan lokasinya. 

Mari kita diskusikan bersama lebih lanjut dampak terhadap sektor teknologi informasi dari perubahan konsep layanan perbankan di atas  untuk masa depan dan mendeteksi berbagai peluang maupun ancaman bagi sektor telekomunikasi terkait perubahan konsep layanan perbankan tersebut. 

Bagaimana pengaruh dari perubahan konsep layanan perbankan ini terhadap peningkatan kinerja keuangan operator seluler Indonesia?

Artikel Terkait

37 comments:

  1. Mengutip dari artikel tersebut :

    “Branchless Banking” atau perbankan tanpa kantor cabang. Kita dapat membayangkan efisiensi yang terjadi. Lalu bagaiman perbankan melayani para konsumennya?

    Berikut data yang kami peroleh dari salah satu sampel Bank di Indonesia (BRI) :

    Kinerja Saham :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/SahamBRI_zpsc0847669.jpg[/im]

    Dari kinerja saham BRI mengalami tren naik walaupun lebih banyak mengalami fluktuatif selama 2 tahun terakhir.

    Kinerja Keuangan :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/LaporanKeuangan_zps3fe41348.jpg[/im]

    Berdasarkan tren kinerja keuangan, Net Profit dan Total Assets mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dan yang menarik di sini adalah Operating Cost mengalami tren penurunan dari tahun 2009 hingga 2012. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa kemajuan teknologi telekomunikasi membantu memangkas cost / biaya di sektor perbankan.

    Tren jumlah jaringan ATM dan EDC (Electronic Data Capture) :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/ATMBRI_zps01051fbe.jpg[/im]

    Tren ekspansi jaringan BRI :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/BRINetworks_zps90e0d4d5.jpg[/im]

    Dari kedua tren tersebut, jumlah ATM dan transaksi elektronik mengalami peningkatan yang sangat pesat yang disertai juga peningkatan jumlah TerasBRI dan TerasBRI Mobile untuk menjangkau masyarakat kecil yang berada di daerah pedesaan. Konsep ini yang dimaksud "Branchless Banking" dan BRI sudah memulainya.

    Jika manfaat dan keuntungan yang diperoleh perbankan sedemikian besarnya dari teknologi telekomunikasi, maka yang menjadi pertanyaan besar kita adalah :

    Dimanakah sebenarnya para operator telekomunikasi saat ini seharusnya "memposisikan diri" agar proses bisnis dapat saling menguntungkan kedua belah pihak?

    Salam
    - Kelompok 1 -

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berikut tren kinerja saham BRI jika dibandingkan dengan dua perusahaan telekomunikasi (Telkomsel dan Indosat) :

      [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/SahamBRI2_zpsefe74907.jpg[/im]

      Dari tren selama 5 tahun terakhir tersebut terlihat bahwa saham BRI terus mengalami peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan dengan saham Telkomsel dan Indosat. Hal ini yang perlu kita monitoring bersama, apakah tren ini akan terus mengalami stagnasi ataukah akan mengalami perubahan yang menunjukkan peningkatan.

      Delete
    2. Pertanyaan yang menarik, Pak Rinto : Dimanakah sebenarnya para operator telekomunikasi saat ini seharusnya "memposisikan diri" ?

      Untuk menjawab hal tersebut, sebagai informasi berikut data pengguna mobile banking dan besarnya transaksi pada Januari - Mei 2012 di Indonesia :
      (sumber: http://newsletter.marsindonesia.com)

      Selama Januari-Mei 2012 total pengguna mobile banking sebanyak 5,5 juta nasabah dengan volume transaksi 57 juta dan nilai transaksi Rp 8,7 triliun. Jumlah itu meningkat 43% dari transaksi pada periode yang sama 2011 yang mencapai Rp 6,1 triliun.

      BR/
      Kelompok 5 (Fadli, Lia, Nanda)

      Delete
    3. Informasi yang sangat berharga dari Ibu Lia, yaitu telah terjadi peningkatan transaksi mobile banking hingga 43% dari transaksi tahun sebelumnya. Jika kita merujuk pada data kinerja saham yang saya lampirkan sebelumnya, peningkatan tersebut tidak terlalu memberi pengaruh yang signifikan terhadap bisnis operator telekomunikasi saat ini. Kinerja keuangan pun yang telah kita bahas di artikel Halo-halo Bandung (http://www.manajementelekomunikasi.org/2012/07/halo-halo-bandung.html) memang menunjukkan peningkatan namun perlu kita perhatikan bagaimana pertumbuhannya, apakah menunjukkan peningkatan atau justru mengalami penurunan.

      Menurut hemat saya, model bisnis yang mengandalkan penjualan "pipa" atau penjualan layanan aplikasi perlu kita kaji lagi.

      Delete
    4. Setuju Pak Rinto bahwa perlu dikaji lebih lanjut mengenai model bisnis tersebut.

      Kembali pada pertanyaan : Dimanakah sebenarnya para operator telekomunikasi saat ini seharusnya "memposisikan diri" ?

      Mobile Money sebenarnya terdiri atas beberapa jenis:
      - Mobile Banking
      - Mobile Commerce
      - Mobile Payment
      - Mobile Wallet
      Masing - masing jenis tersebut menawarkan Value Propositions yang berbeda bagi customer dan tentunya Revenue Stream yang berbeda bagi operator.

      Berikut review beberapa operator yang menjalankan bisnis mobile money -nya:
      - NTT Docomo: Mobile Wallet,
      Salah satu faktor penunjang kesuksesannya adalah partnership bersama vendor handset (Blok Key Partnership pada Bisnis Model Canvas).

      - Globe Telecom: Mobile Commerce,
      Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesannya adalah adanya kerjasama dengan berbagai industri di dalam dan luar Philipina. (Blok Channel dan Key Partnership dalam Bisnis Model Canvas)

      - Safaricom dan Vodafone,
      (Kesuksesan layanan M-Pesa sudah dijelaskan oleh Pak Nanda dalam komen sebelumnya).

      BR/
      Kelompok 5 (Fadli, Lia, Nanda)

      Delete
    5. Dear Temans,

      Sekadar diketahui, dalam menggelar uang digital dikenal tiga konsep yakni Bank Lead, Telco Lead, dan Hybrid. Bank Lead artinya perbankan yang menjadi pemimpin di model bisnis. Hal sebaliknya jika Telco Lead. Sedangkan Hybrid adalah campuran dari dua model bisnis itu.

      Kunci sukses dari uang digital adalah edukasi karena itu investasi lebih banyak dialokasikan ke sektor tersebut.
      Uang digital ini banyak memberikan keuntungan jika berhasil implementasinya. Pertama dari sisi program financial inclusion bisa meningkatkan jumlah orang yang tersentuh layanan perbankan. Kedua, bagi operator ini bisa mendapatkan pelanggan berkualitas karena registrasi lebih tertib dan Average Revenue Per user (ARPU) naik.

      Mungkin salah satu solusi yang bisa diambil adalah, Perbankan dengan telekomunikasi bisa membentuk perusahaan patungan untuk memberi layanan branchless banking ini. Semuanya saling membutuhkan, dan harus bersinergi untuk membentuk ekosistem.

      Salam,
      Kelompok 2

      Delete
    6. Dear,
      berita terupdate hari ini di investor daily dengan tajuk "BRI Berniat Kelola Orbit Satelit Ex-Indosat" , menandakan prediksi kedepan perbankan bisa menguasai bisnis telco sudah terjawab .
      Perbankan sudah melihat potensi pemanfaatan telco untuk mengembangkan bisnis mereka ..

      kita tunggu kejutan2 selanjutnya dari perbankan nasional kita

      salam

      Delete
    7. ikutan Mengomentari dari pertanyaan Pak Rinto diatas,
      Dimanakah sebenarnya para operator telekomunikasi saat ini seharusnya "memposisikan diri" agar proses bisnis dapat saling menguntungkan kedua belah pihak?

      Para Operator sudah semestinya menjadi partner strategis bagi dunia perbankan. branchless bank adalah konsep terbaik sejauh ini.
      bayangkan 100tahun industri perbankan berkiprah di indonesia, jumlah nasabah nya saat ini masih hanya berkisar 60jt nasabah. bandingkan dengan industri telekomunikasi yang dalam waktu hanya kurang dari 20tahun berkiprah, sudah lebih dari 150jt pengguna layanan ponsel.

      baru2 ini Bank Mandiri tengah gencar melakukan terobosan branchless bank, mereka bekerja sama dengan International Finance Corporation (IFC), mereka berwacana untuk menjadikan Nomor Ponsel menjadi Nomor Rekening.
      fitur yang dimanfaatkan ada 3 jenis, transaksi, menabung dan untuk pinjaman.

      bisa dibayangkan apabila semua operator digandeng oleh industri perbankan.
      lonjakan nasabah tentu akan menjadi lonjakan revenue bagi industri telekomunikasi.

      sejauh ini, bank mandiri sudah menerapkan konsep diatas, walaupun baru hanya untuk jenis layanan transaksi, dengan bekerjasama dengan operator Axis.

      Salam,
      Reznia F

      http://www.majalahict.com/berita-1584-wah-nomor-ponsel-bisa-jadi-nomor-rekening.html

      Delete
    8. Manambahkan informasi dari mbak Nia, Bank Mandiri bukan berwacana menjadikan Nomor Ponsel menjadi Nomor Rekening. Tetapi saat ini Bank Mandiri sudah mengeluarkan produk tersebut, yaitu Mandir e-Cash, dimana aplikasi tersebut sudah tersedia untuk penggunal ios ,android dan bb.
      Fitur yang dimiliki Mandiri E-Cash cukup kaya. Ia menyajikan informasi saldo dan riwayat transaksi, melakukan transfer ke nomor ponsel Mandiri E-Cash lain ataupun ke rekening Bank Mandiri, tarik tunai di ATM Mandiri tanpa menggunakan kartu ATM, bayar/beli tagihan dari merchant-merchant yang telah bekerjasama. Dan fitur-fitur tersebut sudah saya coba dibooth Mandiri disalah satu acara.
      Apakah setelah berjalannya E-cash oleh mandiri, bisa menaikan performasi perusahaan Telekomunikasi ?

      saya tampilkan harga saham Vodafone yang sudah menyediakan layan E-Cash diKenya (Safaricom 2007),Tanzania (Vodacom, 2008),Afghanistan (vodafone partner dengan Roshan, 2008), South Africa (Vodacom, 2010), India (2008)
      [URL=http://s101.photobucket.com/user/rresinanda/media/ScreenHunter_01Oct101234.jpg.html][IMG]http://i101.photobucket.com/albums/m43/rresinanda/ScreenHunter_01Oct101234.jpg[/IMG][/URL]

      sumber:
      1.http://uk.finance.yahoo.com/echarts?s=VOD.L#symbol=vod.l;range=20060811,20131007;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=on;ohlcvalues=0;logscale=off;source=undefined;
      2.http://www.mandiriecash.co.id

      Delete
    9. Dear Bli Eka & All,

      Adakah penjelasan lebih lanjut mengenai 3 konsep model bisnis branchless banking baik itu Bank Led, Telco Led, dan Hybrid? hal ini menurut saya cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut karena terkait dengan apa yang harus tiap industri persiapkan untuk menghadapi tiap model bisnis.
      Terima kasih.

      -Dewi Klp.2-

      Delete
    10. Dear Mbak Dewi,

      Mencoba menambahkan,

      Pertama, bank led telco. Dalam model ini bank menjadi pionir melayani masyarakat dengan memanfaatkan dukungan perusahaan telekomunikasi dan agen diperluas. Antara lain merchant atau toko.
      Model ini sukses diterapkan di Brasil. Indikatornya, sistem ini berhasil merangkum 19 juta rekening dalam 4 tahun dengan perputaran dana lebih dari US$ 100 miliar. Semua lapisan masyarakat sudah dapat menikmati jasa dan produk perbankan.

      Kedua, telco led model. Dalam model ini, perusahaan telekomunikasi bertindak sebagai inisiator karena kemampuan teknologi dan agen penjual pulsa yang sudah tersebar hingga kepelosok.Pada skema ini, posisi bank sebagai pendukung perusahaan telekomunikasi. Kelemahan konsep ini adalah dana nasabah tidak mendapatkan bunga dan tidak dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Selain itu, nasabah juga tidak memperoleh kredit. Namun, dengan segala kelemahannya itu, model ini sukses besar ketika diterapkan di Kenya, Afrika. Angka kemiskinan berhasil ditekan.

      Warm Regards,
      eka

      Delete
    11. Dear rekan2 MT 2012,

      Mohon maaf sebelumnya untuk ikut berdiskusi dalam lead article ini.

      Menambahkan sharing sedikit ttg "posisi operator telco dalam industri perbankan", dimana menurut saya operator telco harus menjadi "solution provider" bagi industri perbankan karena beberapa solusi bisa ditawarkan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi kinerja perbankan, selain daripada menambah jumlah nasabahnya.

      Hal demikian karena industri perbankan kurang memahami perkembangan yang terjadi dalam industri telco, baik teknologi, aplikasi atau fitur/service, sehingga diperlukan kerja sama dan sinergi yang baik antar pelaku industri ini. Dalam hal ini, operator telco seharusnya lebih proaktif mendatangi bank-bank untuk mencari problem apa yang mereka hadapi dan memberikan solusi, yang pada akhirnya akan menguntungkan kedua pihak.

      Beberapa contoh teknologi atau service yang mensupport layanan perbankan:
      - Mobile Banking yang sudah beroperasi melalui SMS, USSD dan Internet (aplikasi)
      - M2M (machine-to-machine) Communication, untuk support pengelolaan mesin ATM dan EDC, dan bisa dikembangkan untuk keperluan bisnis proses lainnya.

      Hal yang perlu dihindari adalah dimana operator telco dan institusi bank saling berkompetisi dalam pengembangan layanan perbankan, karena pasti bank lebih mengerti akan dunianya dan operator telco yang support melalui teknologi dan service-nya.

      Salam perkenalan,
      Liberty BS
      MT 2013

      Sumber :
      http://www.m2mevolution.com/topics/m2mevolution/articles/321213-m2m-adapts-the-banking-industry.htm
      http://m2m.vodafone.com/discover-m2m/industries/financial-services/

      Delete
  2. Salam Hangat MT UI 2012,

    Mencoba menambahkan informasi peran telekomunikasi pada Industri Perbankan. Telekomunikasi sudah menjadi beberapa elemen penting di model bisnis Perbankan
    Key Resourse dalam industri perbankan. tetapi saat ini fungsi Telekomunikasi tidak hanya menghubungkan atar kantor cabang dan atm dan edc ke kantor pusat, tetapi juga menarik minat konsumer untuk membuka rekening di bank khususny masyarakat kecil didaerah pedesaan.
    Data World Bank pada tahun 2011 Penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun saat ini yang menikmati akses jasa keuangan adalah sebesar 20% dan Kenya 42%. Dan branchless banking adalah salah satu produk yang mengintegrasikan produk industri perbankan dan infrastruktur industri telekomunikasi untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat unbanked
    .
    Contoh yang sudah berjalan adalah M-Banking di Kenya dengan produk M-PESA yang diluncurkan oleh operato Safaricom pada tahun 2007 yang bekerja sama dengan Citibank dan Commercial Bank of Africa, dimana dengan M-PESA nasabah dapat menyimpan uang pada handphone dan untuk melakukan layanan pembayaran dan transfer uana dengan menggunakan SMS dan juga untuk mengambil deposit mereka kedalam bentuk uang tunai diagen M-PESA dan ATM pada Bank yang bekerja sama.
    hingga saat ini Saat ini jumalah pelanggan meningkat dari 19,760 pada tahun 2007 menjadi 15 Juta pengguna (34,&3% penduduk total Kenya) dengan nilai transaksi hinggai Kshs 1,4T dan sudah bekerja sama dengan 25 Bank dan lebih dari 700 atm.

    Mohon komentar dan tambahan teman-teman

    Source:
    - http://datatopics.worldbank.org/financialinclusion/country/kenya
    - http://datatopics.worldbank.org/financialinclusion/country/indonesia
    - http://ourmobileworld.org/post/35349373601/what-is-mpesa-how-does-it-work-how-did-it-start
    - http://www.ihub.co.ke/blog/2012/05/kenyas-mobile-money-revolution-m-pesa-turns-five/
    - http://www.infobanknews.com/2013/09/soal-branchless-banking-indonesia-masih-tertinggal-jauh/
    - http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/03/06/2/172648/Inklusi-Finansial-Bisa-Dipercepat-dengan-Branchless-Banking

    Kelompok 5 (Fadli, Lia, Nanda)

    ReplyDelete
  3. Mencoba menanggapi artikel dari kelompok 2, apakah transfer antar bank (RTGS) sudah masuk kedalam VP pada Canvas Model Bisnis yang telah disebutkan diatas?

    Sebagai tambahan untuk lebih memahami model bisnis [i]Branchless Banking[i], dibawah ini adalah ilustrasi mengenai [i]Conventional Banking[/i] vs [i]Branchless Banking[/i]
    [im]http://i823.photobucket.com/albums/zz152/blokobudi/b7ef29d3-937e-4ba1-a72c-3646409131f7_zps0947f23a.jpg[/im]
    [im]http://i823.photobucket.com/albums/zz152/blokobudi/2233da2a-8251-4362-b817-bd869239baba_zps868056df.jpg[/im]

    dari gambar diatas pada penerapan [i]Branchless Banking[/i] ada 4 pihak yang terlibat yaitu : Bank, Vendor, Agent, Operator Telco yang tentu saja akan memberikan peluang bisnis bagi semua pihak tidak hanyak bank dan operator telko saja. Berhasilnya implementasi konsep ini tentu berprinsip menguntungkan semua pihak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sangat Tertatik dengan konsep Branchless Banking ini.. Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh apa keempat pihak itu bisa terlibat dan bekerjasama? apakah regulator tidak dimasukkan sebagai pihak ke 5? karena menurut saya pihak regulator yang berperan penting dalam hal ini.

      Regards,
      Fauzan

      Delete
    2. Dear mas Fauzan,

      Sedikit menambahkan.

      Saya mengambil contoh Indonesia, peran regulator dalam branchless banking pastinya sangat penting. Regulator itu sendiri adalah Bank Sentral yang dalam hal ini Bank Indonesia. Penerapan branchless banking sebenarnya tinggal menunggu pematangan regulasi dari Bank Indonesia. Apabila aturan mainnya sudah disahkan, diyakini pada 2014 layanan branchless banking akan berkembang pesat, apalagi perbankan dan operator telekomunikasi sudah semakin menyadari pentingnya berkolaborasi. Penerapan branchless banking sebenarnya akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena layanan transaksi keuangan akan semakin mudah dan cepat.Perbankan dan operator seluler di Indonesia masih menganggap branchless banking sekadar perluasan channel, bukan sebagai perluasan bisnis dan peningkatan perekonomian daerah.

      Beberapa persoalan yang menghambat pengembangan branchless banking adalah belum ada regulasi yang spesifik dari Bank Indonesia, sinergi perbankan dan operator seluler juga masih lemah.

      Selain itu, inisiatif dan insentif relatif masih kurang termasuk dari pemerintah yang seharusnya bisa mengoptimalkan layanan branchless banking untuk penyaluran dana sosial karena akan lebih efisien. Sedangkan dari sisi teknis kualitas layanan telekomunikasi dianggap belum optimal.

      Salam,

      Sumber :
      http://www.bisnis.com/branchless-banking-operator-telekomunikasi-bank-perlu-perkuat-kolaborasi


      Delete
    3. Dear all,

      Menarik sekali pemaparan mas eka, ya benar skali regulasi sangat memegang peranan penting disini. Kolaborasi sektor perbankan dan sektor telekomunikasi seharusnya menguntungkan kedua belah pihak. Namun kenyataannya saat ini yang terjadi adalah sebaliknya. Kinerja keuangan sektor telekomunikasi jika dibandingkan dengan kinerja keuangan perbankan sangat memprihatinkan. Lalu dari sisi mana menguntungkannya? apakah dengan branchless banking ini sektor telekomunikasi bisa 'menikmati' keuntungannya ataukah tidak? Dimana peranan regulasi dalam hal ini?

      Berikut beberapa contoh "Regulatory Concerns"

      Terkait dengan E-Money
      1. Proteksi dan keamanan konsumen/nasabah
      2. Terkait aturan/proses transfer ke branchless bank
      3. Keamanan terkait dengan proses transaksi dan recording
      4. Aturan mengenai deposit dan payments
      5. dsb

      Dari contoh diatas tentu sangat banyak yang menjadi concern pemerintah dalam hal ini regulator, dan terutama mengenai keamanan nasabah dan transaksi e-money. Dan juga regulatory terkait dengan "Agent" yang dalam hal ini salah satu komponen penting dalam branchless banking.

      Demikian disampaikan mungkin bisa ditambahkan lagi
      Terima Kasih

      Salam,
      Kelompok 2

      Delete
  4. Yth Kelompok 2,
    Saya pikir pada key activities bank perlu ditambahkan "kredit" dan "saving", karena menurut saya justru hal tersebut yang menjadi core bisnis perbankan.

    Regards,
    Fauzan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear mas Fauzan,

      Terima Kasih atas masukannya, saya akan update kemudian untuk model bisnis yg sudah diedit. Tapi apakah itu masuk KA atau VP yah mas? karena kredit dan saving kan layanan utama bank yaah? yg dpt dinikmati nasabahnya?? cmiiw...

      Salam,
      Ayu Nova

      Delete
    2. Dear All,

      Berikut saya tampilkan lagi model bisnis perbankan saat ini dengan beberapa perbaikan, silahkan jika ada yang ingin ditambahkan.

      [im]http://prntscr.com/1vf26u[/im]

      Terima Kasih


      Salam,
      Kelompok 2

      Delete
    3. Menanggapi sedikit atas masukan mas Fauzan, mungkin Kredit bisa dimasukkan ke KA dan VP, dimana perbedaannya saat di KA merupakan activitas yang dilakukan oleh perbankan tersebut yang bertujuan untuk mengelola asetnya sehingga menghasilkan keuntungan/revenue, bahkan untuk aktifitas tersebut dibutuhkan Marketing khusus sebaga channel ke customer dan memiliki target tertentu. Sementara Kredit di VP merupakan produk/service yang ditawarkan perbankan ke customernya.

      Sementara kalau saving, menurut hemat saya, mungkin hanya bisa dimasukkan ke VP, karena seperti yang disebutkan mbak Nova, Saving merupakan salah satu produk/layanan utama yang disediakan bank untuk customernya. CMIIW...

      Delete
  5. Dear Kelompok 2,

    Jika kita mencermati evolusi model bisnis perbankan swasta seperti yang diulas dalam buku Business Model Generation, terlihat adanya perkembangan model bisnis perbankan ke dalam 3 bentuk baru yaitu :

    1. Model Bisnis Infrastruktur, model bisnis ini melanjutkan kondisi eksisting atau core business dari industri perbankan saat ini, dimana sumber revenue utamanya (R$) berasal dari tarif transaksi, sedangkan layanan utamanya (VP) adalah manajemen transaksi.

    2. Model Bisnis Inovasi Produk, model ini merupakan akibat dari penggunaan layanan ICT oleh perbankan sehingga menimbulkan sumber revenue baru (R$) yang berasal dari layanan elektronic banking.

    3. Model Bisnis Relationship, model ini pada awalnya mentarget customer (CS) yang berasal dari individu/keluarga kaya dengan menawarkan (VP) berupa layanan manajemen kekayaan (wealth management) yang dibuat khusus/personal. Sumber revenue (R$) dari model bisnis ini adalah tarif manajemen dan pemberian nasihat finansial.

    Layanan Telekomunikasi dan ICT tentu akan masuk ke dalam 3 model bisnis hasil evolusi ini, tentu akan sangat menarik jika kita elaborasi lebih lanjut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Mas Fadli,

      Pembahasan yang menarik dari sisi Model Bisnis. Pertanyaan dari saya, untuk suatu perusahaan baik dari industri perbankan maupun industri telekomunikasi, apakah bisa menjalankan ketiga Model Bisnis tersebut secara bersamaan ataukah sebaiknya memilih satu Model Bisnis dan fokus terhadap Model tersebut?
      Terima kasih.

      -Dewi Klp.2-

      Delete
    2. Dear Mbak Dewi,

      Berkaca pada pengalaman bank swasta di Swiss, mereka menjalankan 3 model bisnis ini pada 3 unit yang berbeda

      Delete
  6. Dear All

    Ingin sedikit menambahkan kenapa branchless banking penting untuk diterapkan di Indonesia, menurut artikel yang saya baca ada 5 alasan kenapa branchless banking dibutuhkan, yaitu :
    1. Indonesia memiliki tingkat penetrasi layanan keuangan formal yang rendah
    2. Biaya yang dibutuhkan dalam membangun cabang tidaklah sedikit
    3. Jumlah pengguna ponsel di Indonesia besar
    4. Potensi ekonomi pada segmen masyarakat menengah ke bawah masih belum tergarap
    5. Penetrasi perusahaan telekomunikasi tinggi

    Saat ini branchless banking juga sudah memasuki tahap uji coba, yang telah dimulai pada bulan Mei 2013 dan diperkirakan selesai pada bulan November 2013.Uji coba branchless banking diikuti oleh 5 Bank, yaitu : Bank Mandiri, BRI, CIMB Niaga, BTPN dan Bank Sinar Harapan Bali. Selain perwakilan dari perbankan, uji coba ini juga tentu melibatkan perusahaan telekomunikasi, yaitu Telkomsel, XL dan Indosat. Dan apabila uji coba ini berjalan dengan lancar maka, seperti yang diutarakan oleh kelompok 2, 2014 kita akan mulai dapat merasakan layanan branchless banking di Indonesia.

    Regards

    Wendhy Munthe
    Kelompok 3

    ReplyDelete
  7. Dari uraian yang kita jabarkan dan diskusikan bersama. berikut Canvas Business Model yang kami coba buat untuk Branchless Banking dengan sudut pandang Mobile Network Operator (MNO) :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/Canvas-BranchlessBanking_zpsa11fa254.jpg[/im]

    Customer Segment pada bisnis ini ada tiga, yaitu :
    1. Masyarakat di daerah pedesaan yang sulit terjangkau dengan ketersediaan transportasi dan infrastruktur yang minim
    2. Agent yang bertugas sebagai “perpanjangan tangan” dari Bank konvensional / kantor pusat
    3. Bank konvensional itu sendiri

    Rural Areas People
    Kebutuhan : transaksi dasar banking seperti pengiriman uang dari rumah ke rumah atau ke luar daerah, atau dari luar daerah / perkotaan ke daerah tersebut.
    Value : transaksi banking (penarikan tunai, setoran, transfer, pinjaman, dll) yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun seperti yang dilakukan masyarakat pedesaan.
    Revenue bagi MNO : biaya administrasi / registrasi awal, biaya per transaksi, pulsa SMS, dan koneksi data / internet per waktu pemakaian.

    Bank Konvensional
    Permasalahan : kesulitan mendirikan kantor cabang di daerah yang masih minim infrastruktur dan transportasi, sehingga tidak bisa menjangkau masyarakat tersebut sebagai nasabahnya. Butuh biaya yang cukup besar dalam mendirikan kantor cabang di daerah. menurut data Bank Dunia, biaya membuka satu kantor cabang bank di RI sekitar 250 ribu dollar AS. Sementara biaya investasi branchless banking hanya sekitar 400 dollar AS.
    Value : efisiensi baik untuk CAPEX dan OPEX Bank, customer acquisition, financial tracking
    Revenue : sewa lease line per periode sesuai kontrak awal, license dari aplikasi, dan biaya iklan produk bank yang bersangkutan.

    Agent
    Posisi MNO di sini adalah sebagai jembatan antara agen dan bank, maupun agen dan masyarakat. Agen ini bertugas melayani nasabah yang akan bertransaksi seperti mengirim uang dalam bentuk tunai. Dana tunai tersebut dapat dialokasikan menjadi jasa kredit bagi pengusaha kecil untuk menunjang usahanya di daerah tersebut.
    Value : adalah jaringan telekomunikasi termasuk dengan aplikasi manajemen nasabah yang terhubung dengan bank kantor pusat, financial information & financial tracking.
    Revenue : biaya administrasi sebagai agen, sewa jaringan telekomunikasi, dan application license.

    Key Resources yang dimiliki oleh MNO berupa jaringan telekomunikasi beserta infrastrukturnya, para engineer yang bisa ditempatkan di daerah yang membutuhkan, dan juga pengelolaan database dan website sebagai sumber informasi. Untuk Key Activities antara lain : Operational & Maintenance secara berkala, pemasaran produk dan layanan, monitoring keamanan transaksi karena di perbankan isu keamanan menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan, dan juga menjalin komunikasi yang baik antara bank dan agen, agen dan nasabah maupun bank dan nasabah karena posisi MNO di sini adalah sebagai “penghubung” ketiga segmen tersebut.

    Pihak yang dapat diajak untuk bekerja sama (Key Partnership) antara lain : tempat agen (Microfinance Institution, restoran, supermarket, coffee shop, kantor post, rumah penduduk,dll), perusahaan IT pengembang aplikasi, dan juga regulator. Sedangkan biaya atau Cost Structure antara lain : biaya operasi dan pemeliharaan, biaya integrasi jaringan, biaya interkoneksi, dan juga biaya pemasaran.

    Saat ini tidak ada lagi Business Plan yang fix, semuanya serba dinamis, oleh karena itu kami butuh masukan dari rekan-rekan agar kekurangan yang ada dapat dicari bersama solusinya.

    - Rinto Hariwijaya, Kelompok 1 -

    ReplyDelete
  8. Dear Rekan-rekan,

    Saya coba menambahkan model bisnis operator sebagai penyedia solusi untuk permasalahan microfinance, dalam model bisnis tersebut operator telekomunikasi menjadi "gerbang" yang menghubungkan antara microfinance, para agen, dan perbankan sebagai sumber dana untuk microfinance.

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/ModelBisnisCanvas-MFiSolution_zps060073e4.jpg[/im]


    Rincian dari Revenue Stream :
    - Harga instalasi awal : berkisar 300 – 400 juta
    - Nilai yang masuk ke dalam kas operator setiap ada transaksi dengan perhitungan sebagai berikut :
    Komisi (1 thn) = 0,05% x jumlah transaksi x jumlah agen (per minggu) x 52 minggu
    Contoh : komisi untuk tabungan saja (1 thn) = 0,05% x (15.000 x 20 orang) 7 agen x 52 minggu = Rp 5.460.000,00
    Jumlah tersebut belum termasuk transaksi pinjaman.
    - Sewa internet atau satu paket dengan produk banking system.
    - Harga sewa agen x jam / hari / bulan
    - Low rate SMS Banking : Rp 1 x jumlah nasabah MFi.

    dan berikut diagram dari model bisnis tersebut :

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/DiagramMFi_zps32371265.jpg[/im]

    Untuk mengatasi resiko terjadinya kredit macet dari nasabah yang mayoritas adalah masyarakat di bawah garis kemiskinan, maka dibuat pengelompokan (sekitar 10-20 orang) dimana jika ada satu orang tidak sanggup membayar pada bulan tertentu akan ditalangi terlebih dahulu oleh kelompok tersebut. Selain resiko kredit macet, resiko penarikan uang secara besar-besaran (bank rush) dapat diminimalisir karena :
    1. Jumlah uang yang disimpan per orang terbatas
    2. Jumlah nasabah yang cukup banyak
    3. Penarikan uang di bank dikontrol oleh pihak microfinance

    Agar model bisnis tersebut dapat berjalan, dibutuhkan rancangan regulasi yang dapat mendukung. Perlu ditambahkan adanya pengaturan untuk transaksi yang menggunakan e-money pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, misalkan batasan jumlah transaksi yang dikirimkan oleh agen ke rekening kantor pusat maupun menabung menggunakan pulsa yang dimiliki oleh pelanggan. Hal ini sangat penting agar baik pihak operator, microfinance dan pengusaha mikro dapat menjalankan model bisnis tersebut dengan rasa aman.

    - Rinto Hariwijaya -

    ReplyDelete
  9. Model bisnis yang sangat menarik, selain dibutuhkan rancangan regulasi, mungkin bisa ditambahkan analisis untuk kelayakan investasinya, salah satunya dengan menghitung Net Present Value (NPV) untuk pilihan jangka waktu 1 - 5 tahun, karena disini sudah disebutkan harga instalasi awal yang bisa kita asumsikan dengan CAPEX, tinggal dihitung asumsi perkiraan biaya operasional (OPEX) dan nantinya kita bisa menghitung nilai dari Net Present Valuenya untuk menentukan investasi ini layak atau tidak.

    Regards,
    eka

    ReplyDelete
  10. Replies
    1. secara umum margin bank berasal dari selisih beban biaya bunga dengan interest kredit. sehingga bank bekerja semaksimal mungkin untuk mencari dana murah seperti tabungan, dan giro. Namun, seiring dengan perkembangan telekomunikasi bisnis bank bertambah. Bank saat ini berlomba-lomba untuk menjadi bank transaksional juga, dan membuat linkungan yang tertutup sehingga nasabahnya selalu menggunakan layanan bank tersebut untuk melakukan segala transaksi finansialnya. Lingkungan yang tertutup membuat dana nasabah tidak mengalir ke bank lain yang menyebabkan dana mengendap semakin besar. hal tersebut membuat bank lebih leluasa dalam menyalurkan kreditnya

      Delete
    2. Perbankan yang sehat adalah yang masih profit at the lower possible cost. Bank bekerja sbb:
      - Mencari selisih bunga antara debitur dan kreditur
      - Fee dari transaction yg dapat di charge
      - Biaya administrasi
      Hal inilah yang dikelola oleh perbankan untuk dapat terus meningkatkan profit dengan salah satunya menngunakan industry telko dan IT (ICT) dalam mempermudah transaction nya.

      Delete
  11. Bisnis perbankan kian hari makin memanfaatkan teknologi IT. Salah satu contoh adalah layanan terbaru mandiri e-cash yang memanfaatkan handphone sebagai sarana penyimpanan uang elektronik selengkapnya klik disini . Inovasi-inovasi perbankan saat ini pun diarahkan menuju branch less banking guna mengurangi biaya besar yang diperlukan untuk membuat satu unit kantor cabang.

    Operator juga saat ini mulai berlomba untuk menghadirkan layanan branchless banking dengan fitur-fiturnya seperti XL Tunai. Konsepnya pun mirip dengan fitur mandiri e-cash selengkapnya klik disini.

    hanya saja terdapat perbedaan penerimaan di masyarakat kita, perbankan Indonesia yang penetrasinya baru 30% populasi penduduk Indonesia sumber dari tempo.co.id justru terlihat lebih mudah memasarkan produk-produk branchless bankingnya ke masyarakat dibandingkan dengan operator seluler yang penetrasi hampir 100% sumber dari detik.com justru kurang mendapat respon yang positif dari masyarakat. Hal tersebut terlihat dari jumlah pemakaian produk, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia lebih banyak yang menggunakan produk branchless banking dari perbankan dibandingkan dari operator seluler. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab akan hal tersebut? Padahal produk-produk branchless banking milik operator seluler kebanyakan lebih dulu di launching dari pada produk branchless banking milik perbankan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kuncinya adalah pesaingan, ekosistem, dan channel.

      E-cash yang dikembangkan industri telco mendapat tekanan yang berat untuk berkembang karena bersaing dengan mobile banking produk perbankan yang sudah terintegrasi dengan rekening pengguna. Misalya, untuk transaksi jual beli online, pengguna memiliki keleluasaan untuk memilih antara transaksi dengan e-cash operator atau dengan transfer dengan mobile banking atau internet banking produk perbankan.

      Ekosistem e-cash perbankan lebih berkembang karena didukung dengan reader yang dipasang di sejumlah besar pusat perbelanjaan besar dan sarana transportasi massa sehingga sangat populer. Pengisian ulang e-cash pun lebih praktis karena sudah teritegrasi dengan rekening pengguna dan channel melalui ATM yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, terutama di tempat-tempat dimana e-cash dipergunakan. Berbeda dengan e-cash yang berbentuk kartu fisik, produk e-cash operator telekomunikasi yang populer baru terbatas pada aplikasi jual beli online. Untuk isi ulang e-money harus melalui pulsa, yang mana nature masyarakat kita tidak menggunakan pulsa sebagai tempat untuk menyimpan uang (uang disimpan di rekening bank).

      Delete
  12. Pada dasarnya semua revenue streams seperti transaction fees, interest income dan administration fees dari bisnis perbankan dapat dihasilkan dari applikasi perbankan yang dapat dikembangkan secara khusus untuk menggantikan/mengurangi key resources yang ada sekarang seperti people, capital dan infrastruktur IT.
    Jika kita membandingkan transaksi keuangan yang ada di perbankan dan layanan top up (recharging pengisian pulsa) di operator telco terdapat kesamaan yaitu menyimpan/menyetor uang (savings) uang ke bank / operator telco dan menggunakan teknologi infrastruktur IT, database dan datacenter dengan perbedaan sebagai berikut :
    1. Penyimpanan Uang (Savings) : Nasabah mendapatkan bunga, sedangkan Pelanggan tidak mendapatkan bunga.
    2. Penyimpanan Uang (Savings) : Nasabah dapat mengambil kembali uangnya, sedangkan Pelanggan tidak mendapatkan kembali uangnya, tapi mendapatkan jasa telco sesuai tariff.
    3. Akses Penyetoran uang pada bank melalui teller, ATM, transfer data via internet dan SMS . Sedangkan pada operator Telco melalui voucher fisik dan elektronik (reseller), ATM
    4. Waktu penyimpanan pada bank tidak ada batasan selama masih ada saldo pada nomor rekening, sedangkan pada operator Telco, uang (pulsa) dan nomor akan hangus jika sudah expired date.

    Dengan applikasi online yang dikembangkan tersebut semua value proposition seperti insurance, credit card, safe deposit box, e-commerce, rate of interest, payment, dan lain-lain dapat dilakukan kecuali hanya untuk mengambil uang cash yang dapat dilakukan di ATM. Sistem ini dapat mengurangi cost struktur seperti people, CAPEX dan OPEX.
    Metode ini juga sangat mendukung implementasi CASH LESS sehingga selain mengurangi cost BI dalam mencetak uang fisik juga mengurangi terjadinya peredaran uang palsu.
    Key partner selain regulator dapat berkembang ke operator telco dan application development. Yang penting adalah faktor security (keamanan data dan akses) tetap dijaga dari kemungkinan loss akibat sistem yang dapat ditembus dari luar.
    Hanya kendala yang ada sekarang adalah faktor regulasi dari BI. Contoh kasus T-Cash (e-money) dari Telkomsel yang awalnya memiliki konsep pulsa sama dengan dana uang (savings) ternyata ditolak oleh BI, sehingga pulsa dan savings dibedakan account-nya, itupun savings hanya dibatasi maksimum Rp 1,000,000. Akibatnya walaupun lebih dahulu launching tapi tidak berkembang pesat dibanding misalnya Flash dari BCA.
    Walaupu demikian sebenarnya aplikasi perbankan system tersebut tetap dapat dikembangkan dengan tetap mengikuti regulasi BI mengenai konsep savings yang mampu mendeliver value proposition untuk mengurangi cost dan menghasilkan revenue streams yang sama dengan tingkat transaksi yang lebih tinggi, sehingga dapat menghasilkan profit yang lebih banyak. Itulah sebabnya diperlukan bisnis model baru untuk perbankan dalam mendukung sistem tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. menurut saya operator telekomunikasi belum serius menggarap produk-produk e-money. mereka masih memperlakukan produk e-money sebagai layanan tambahan untuk menambah sedikit pemasukan mereka. hal ini berbeda dengan perbankan yang serius mengembangkan produk e-moneynya dikarenakan dengan pengembangan produk-produk e-money mereka dapat mendapatkan lebih banyak dana murah serta membuat sistem branch less banking mereka semakin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. semakin tingginya pemanfaatan produk-produk untuk mendukung branch less banking semakin sedikit cost yang bank keluarkan untuk operasional cabang konvensional.

      keseriusan tersebut terlihat dari penetrasi jumlah merchant yang berkerjasama dengan bank. mengenai aturan BI sebenarnya bisa disiasati oleh Operator seluler dengan cara memisahkan saldo e-money dengan pulsa pelanggan. Namun, operator seluler kurang gencar menambah kerjasama dengan merchant-merchant sehingga produk e-money mereka bisa dipakai di mana saja. Dengan sedikitnya merchant yang diajak kerjasama otomatis tidak akan membuat pelanggan mau menggunakan layanan tersebut.

      Delete
    2. Setuju dengan Pak April. Operator telekomunikasi masih sibuk dengan core business-nya. Dibandingkan perbankan, operator seluler kurang gencar dalam perluasan jaringan e-money juga masih kurang gencar dalam promosi dan pemasaran produk.

      Delete
  13. Bulan agustus 2014, BI mengeluarkan peraturan tentang e-money dengan nomer 16/8/2014. dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pihak yang berwenang mengeluarkan e-money dibagi menjadi tiga : bank umum, bank pembangunan daerah, lembaga selain bank. dalam peraturan tersebut juga disebutkan larangan penyelenggara e-money melakukan kerja sama eksklusif dan dilarang memberlakukan minimum transaksi. (sumber : disini. )

    diharapkan dengan adanya peraturan tersebut, perusahaan telekomunikasi dan perbankan bisa saling kolaborasi membangun ekosistem less-cash society yang selama ini berjalan sendiri-sendiri. jika ekosistem less-cash society terbentuk maka bisa dikatakan telah muncul model bisnis baru baik dari sektor perbankan dan telekomunikasi.

    ReplyDelete

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajementelekomunikasi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.

---

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger