Sunday, October 6, 2013

06. Capital FINANCING and ALLOCATION

Seri Ekonomi Teknik (Engineering Economy )

oleh: Kelompok 9
Adam Rahmadan / ME, Benny Elian / MT, Lessy Sutiyono Aji / MT, 
Mohammad Airul Mutaqin / MT, Muhamad Syamsudin / ME


Sebuah perusahaan harus mendapatkan pendanaan modal dari investor dan/atau pemberi pinjaman (capital financing) lalu kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam perlengkapan, peralatan, dan sumber daya lain (capital allocation) untuk memproduksi barang dan/atau jasa untuk dijual. Pendapatan dari rekayasa (engineering) dan proyek modal lainnya yang terlibat harus memperoleh pengembalian yang memadai atas dana yang telah diinvestasikan dalam bentuk keuntungan (kekayaan tambahan) jika perusahaan ingin mencapai pertumbuhan ekonomi dan menjadi kompetitif di masa depan. 


Pengertian

Dengan demikian, keputusan oleh perusahaan untuk melaksanakan sebuah proyek engineering melibatkan pengeluaran dana modal saat ini untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan, atau untuk memenuhi keselamatan, peraturan, atau persyaratan operasional lainnya. 

Dalam sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik, implementasi keputusan biasanya dibuat sebagai bagian dari proses penganggaran modal, dimana pembiayaan modal dan fungsi alokasi merupakan komponen utama dari proses ini.

Fokus 

Capital Financing berkaitan dengan pembiayaan modal bagaimana perusahaan mendapatkan uang untuk terus tumbuh dan berkembang, termasuk pula biaya untuk mendapatkan modal ini.

Perlakuan capital allocation di antara peluang investasi dilakukan berdasarkan pada dua pengamatan penting. 
Pertama, perhatian utama dalam kegiatan belanja modal adalah untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dengan cara menerapkan ide-ide yang bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham di masa depan.  
Kedua, analisis ekonomi teknik memainkan peran penting dalam menentukan proyek mana yang direkomendasikan untuk persetujuan pendanaan dan akan dimasukkan dalam portofolio investasi modal perusahaan secara keseluruhan.

Sumber Pendanaan 

Sumber pendanaan modal investasi dapat diperoleh diantaranya melalui:
  1. Debt Capital 
  2. Equity Capital 

Weighted Average Cost of Capital

Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan hasil dari fraksi total modal dari masing-masing sumber pendanaan beserta cost of capital dari sumber itu, dijumlahkan dari semua sumber tersebut.

Postmortem Review

Penerapan sistem postmortem review secara berkala terhadap kinerja proyek konsekuensial yang telah dilaksanakan merupakan aspek penting dari sebuah sistem penganggaran modal. 

Artinya, penghasilan atau biaya sebenarnya yang direalisasikan pada setiap proyek tersebut harus dibandingkan dengan jumlah kuantitas produksi yang diperkirakan pada saat awal komitmen investasi proyek.

Pertanyaan:

  1. Apa perbedaan antara Debt Capital dengan Equity Capital beserta dampaknya dalam investasi? 
  2. Selain Debt Capital dan Equity Capital apa lagi sumber pendanaan yang biasa digunakan? 
  3. Apakah kegunaan aplikasi dari WACC? 
  4. Apakah harapan maupun tujuan dari dilakukannya periodic postmortem review

Sumber: 
Engineering Economy, 13th edition, William G. Sullivan et.al., Pearson International Edition, 2006

Artikel Terkait

83 comments:

  1. 1. Apa perbedaan antara Debt Capital dengan Equity Capital beserta dampaknya dalam investasi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Debt Capital merupakan pendanaan modal investasi yang diperoleh melalui pihak ketiga (Misalkan: bank, agensi pemerintah,lembaga pembiayaan). Debt Capital lebih beresiko jika dibandingkan dengan Equity Capital. Dengan menggunakan pendanaan berupa utang (debt), kreditur akan mengharapkan bunga dan pokok pinjaman terbayar seperti yang sudah dijanjikan dan disepakati sebelumnya. Sehingga pilihan debt capital ini sangat baik jika hasil yang diperoleh dari pinjaman tersebut sebanding atau bahkan lebih. Tapi jika hasil yang diperoleh perusahaan tersebut tidak menimbulkan keuntungan, maka akan berdampak pada “financial distress”. Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan harus mengambil keputusan secara legal kepada kreditur untuk dapat menanggung hutang pokok dan bunga pinjamannya. Ini bisa terjadi jika perusahaan hanya mengandalkan hutang (debt financing) sebagai sumber dana utamanya.

      Sedangkan Equity Capital merupakan penambahan dana perusahaan dengan melakukan pembiayaan sendiri, bisa dari penyetoran modal pemilik ataupun dari investor lain diluar perusahaan.
      Equity Capital ini akan kelihatan lebih praktis karena tidak ada kewajiban legal yang memaksa untuk membayar kembali dana tersebut kepada investor sebagai kompensasi pendanaannya.
      Walaupun perusahaan diuntungkan dari segi penambahan dana, namun pihak investor bisa ikut campur dalam urusan pengambilan keputusan. Equity Financing kebanyakan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang baru berkembang, karena masih baru dan belum memiliki ketersediaan dana yang cukup sehingga akan mengkhawatirkan juka harus memiliki kewajiban pembayaran bunga atau kompensasi investasi pada pikah ketiga.

      Dari dua perbedaan model pendanaan tersebut, maka akan berdampak terhadap investasinya dimana :

      Debt Capital : lebih bertujuan untuk mendapatkan bunga dari investasi yang diberikan, kebanyakan dalam jangka waktu pendek dan menengah, investasi ini memilik jaminan tertentu, pengendalian investor terhadap perusahaan adalah berdasarkan perjanjian atau kontrak tertentu, Hasil yang diharapkan lebih rendah karena ada kewajiban membayarkan bunga kepada investor.

      Equity Capital : lebih bertujuan untuk meningkatkan capital gain, kebanyakan dalam jangka waktu panjang, investasi ini tidak memilik jaminan tertentu, pengendalian investor adalah berdasarkan keterlibatan dalam perusahaan ( investor bisa ikut campur dalam pengambilan keputusan perusahaan), sehingga ini dalam perusahaan dengan pemodalan berupa equity capital, investor juga memiliki kekuatan bukan hanya dalam kontrol keuangan , namun juga dalam kebijaksanaan strategis perusahaan.

      Delete
    2. lebih dari cukup penjelasan dari teh mia..

      Yang perlu di perhatikan untuk jangka kedapannya dimana terdapat aspek Debt-to-Equity Ratio (DER), perbandingan utang (debt) terhadap asset (equity ini bisa dikatakan dengan modal bersama). ratio tersebut menggambarkan dari kondisi keuangan suatu perusahaan, jangan sampai nilai DER tersebut bernilai besar, karena semakin banyak utangnya daripada asset yang dimiliki.

      orang yang akan berinvestasi pun akan melihat dan menjadikan bahan pertimbangan ratio tersebut untuk menentukan apakah akan menaruh uang ke perusahaan tersebut atau tidak..

      Delete
    3. Saya ingin menambahkan sedikit dari penjelasan mas azzinar. Rasio DER yang lebih dari satu (kurang dari 100%) atau utang lebih besar dari modal akan memperbesar resiko gagal bayar dari suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan jika sewaktu-waktu perusahaan tersebut bangkrut maka hutang-hutangnya tidak dapat terbayar dengan modal yang dimiliki.

      Didalam sistem perbankan rasio nilai DER yang sehat berada di bawah 1 atau kurang dari 100%. Rasio nilai DER yang mendekati 100% menunjukan kemampuan perbankan untuk menyalurkan modal (dana nasabah) menjadi kredit mendekati 100%. Perbankan yang memiliki DER diatas 100% sangat rawan untuk mengalami kebangkrutan jika kredit yang disalurkan banyak yang macet sehingga tidak dapat menjadi equity bagi bank. Dalam kasus perbankan rasio DER juga diatur oleh BI. BI mengatur rasio DER perbankan tidak boleh kurang dari 70% dan lebih dari 100%

      Delete
    4. Tambahan:
      Debt Capital: akan menjadi utang selamanya yang harus dibayarkan walaupun si pengguna mengalami kebangkrutan.
      Eqity Capital: jika project mengalami kegagalan/kebangkrutan, maka modal investasi pun akan turut hilang/lost.

      Delete
    5. Debt capital adalah modal suatu usaha yang berasal dari pinjaman pihak lain. Pada debt capital, si kreditur tidak akan ikut campur dalam mengelola suatu usaha tetapi dijamin untuk mendapat pengembalian berupa pokok pinjaman dan bunga

      Equity capital adalah modal usaha yang diperoleh dari dana milik sendiri maupun dari investor. Pada equity capital, investor menjadi bagian dari pemilik suatu usaha sehingga dapat ikut serta dalam mengelola dan membuat keputusan suatu usaha. Investor akan mendapatkan keuntungan berdasarkan prosentase dari keuntungan usaha yang diinvestasikannya.

      Pada usaha kecil, debt capital selalu dihindari karena ada keraguan dari pemilik usaha untuk dapat membayar pinjaman dan bunga sehingga usaha kecil lebih mengandalkan equity capital untuk menjalankan usahanya. Sedangkan pada usaha besar, debt capital diperlukan selain adanya keterbatasan dana dari equity, juga si pemilik usaha tidak ingin ada banyak campur tangan investor dalam mengelola usahanya.

      Semakin besar debt capital, risiko usaha menjadi semakin besar karena bisa jadi sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar hutang dibandingkan untuk mengembangkan usahanya.

      BR//Anton, MT’13

      Delete
    6. Selain dari penjelasan di atas, perlu diketahui bahwa :
      1. DER (Total Debt to Equity Ratio) adalah Ratio yang digunakan untuk mengukur bagian modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :

      DER = (Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri

      2. LTDER (Long Term Debt to Equity Ratio) adalah Ratio yang digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
      LTDER = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri

      Delete
    7. Menyambung penjelasan Pak Enov, jika ada istilah DER dan LTDER, apakah ada istilah sejenis untuk mengukur rasio antara Hutang Lancar / Modal Sendiri?

      Delete
    8. HUTANG LANCAR adalah kewajiban atau hutang perusahaan kepada pihak lain yang harus segera dibayar. Jangka waktu hutang lancar adalah maksimal dari satu tahun. Oleh karena itu, hutang lancar juga disebut juga hutang jangka pendek. Komponen hutang lancar antara lain terdiri dari hutang dagang, hutang bank, maksimal satu tahun, hutang wesel, hutang gaji, dan hutang jangka pendek lainnya.

      MODAL SENDIRI adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya.

      Delete
    9. Menurut saya, perbedaan debt capital dan equity capital sesua referensi yang saya baca.
      Pembiayaan utang mengacu pada uang yang diperoleh melalui semacam pinjaman, biasanya untuk satu tujuan selama jangka waktu tertentu, dan biasanya dijamin dengan semacam jaminan. Pembiayaan ekuitas dapat diinvestasikan dalam bisnis atau uang tunai dari investor, perusahaan modal ventura, atau sebuah komunitas lembaga-semua pengembangan yang didukung pemerintah dalam pertukaran untuk porsi kepemilikan, dan berbagi keuntungan apapun. Ekuitas biasanya menjadi sumber jangka panjang, dana umum digunakan. Pangsa aset keras, seperti properti dan peralatan, memiliki jumlah bebas dan jelas juga sebagai ekuitas.

      artikel

      Delete
  2. 2. Selain Debt Capital dan Equity Capital apa lagi sumber pendanaan yang biasa digunakan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sumber pendanaan lain yang biasa digunakan dalam proyek negara adalah BOT (Build Operate Transfer). Model ini berbentuk semacam konsorsium yang terdiri atas beberapa perusahaan yang bertindak sebagai sponsor proyek. Konsorsium mengusahakan dana, mengimplementasikan proyek dan mengoperasikan hasil proyek. Pengoperasiaan proyek diatur dalam perjanjian hingga waktu tertentu sesuai dengan tingkat pengembalian yang diinginkan.

      Delete
    2. Sharing pendapat: yang bisa digunakan untuk mendanai suatu project selain kedua istilah diatas adalah project to project. Dimana dana/keuntungan dari project yang satu digunakan kembali untuk membiayai project berikutnya/project yang lainnya.

      Delete
    3. Dari beberapa artikel yang saya baca, tidak ada 'jenis' capital lain selain dept capital and equity capital, hanya dapat disimpulkan bahwa apapun jenis sistem pendanaan yang digunakan, yang terpenting adalah sistem tersebut memiliki beberapa unsur objektifitas di bawah ini;
      1. Sistem pendanaan yang dapat meminimalkan equity commitment yang akan disertakan di dalam proyek.
      2. Memiliki pengaturan risk-sharing dapat di-organize sesuai dengan proyek yang sedang dikembangkan, dan proyek tersebut tidak berlangsung lama sehingga menimbulkan keterlambatan.

      Delete
    4. Pasar modal sebagai salah satu jalur untuk permodalan perusahaan dalam membiayai proyek dan assetnya, sehingga dapat pula menjadi indikasi awal dalam pertumbuhan perekonomian. Pasar Modal dapat dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan salah satu fungsi perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk menyalurkan dana dari investor kepada perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Dari sisi investor mengharapkan akan memperoleh return dari dana yang ditempatkan, berupa capital gain, maupun dividen dan juga keuntungan dari produk derivative, sedangkan dari sisi perusahaan yang memperoleh dana dapat digunakan untuk mengelola assetnya, yang pada akhirnya dapat menghasilkan keuntungan untuk masing-masing pihak.

      Delete
    5. Ada satu bentuk pendanaan yang marak dilakukan vendor penyedia perangkat asal negeri tirai bambu yaitu "vendor financing". Apakah ini masuk dalam lingkup Debt Capital, Equity Capital, ataukah BOT seperti yang Pak Sidik jelaskan di atas? Teman di operator atau vendor lain mungkin bisa bantu?

      Delete
    6. dari yang saya cari2 melalui google untuk mencari sumber pendanaan, saya mendapat ada Growth capital.
      menurut pengertian nya growth capital adalah jenis investasi ekuitas swasta, paling sering investasi minoritas, di perusahaan-perusahaan yang relatif matang yang mencari modal untuk memperluas atau restrukturisasi usaha, memasuki pasar baru atau membiayai akuisisi signifikan tanpa perubahan alih bisnis.

      apakah ini termasuk ya untuk sumber pendanaan ?
      mohon info nya teman2.
      terima kasih.

      Delete
    7. Debt dan equity capital merupakan klasifikasi pendanaan yang bersifat global. karena jika diliat dari sifatnya sesuai penjelesaan mbak mia pada jawaban point satu, semua pendanaan pasti termasuk dalam salah satu jenis dari dua pendanaan tersebut.

      Pendanaan yang didapat, entah apapun namanya (pasar modal, project-to-project, BOT dsb) jika pihak yang memberikan dana tersebut meminta dalam bentuk uangnya utuh (plus bunga) maka akan disebut debt financial, tapi jika sang pemberi dana meminta dalam bentuk sharing profit atau / bagi hasil / bagi rugi maka disebut equity financial.

      jadi menurut saya, tidak ada jenis pendanaan selain dua dari jenis diatas..

      Delete
  3. Replies
    1. Dalam berinvestasi atau menjalankan operasionalnya, perusahaan harus menghitung cost capital (biaya modal). Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, maupun equity. Biaya modal dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang diperoleh dari investasi tersebut dan merupakan biaya dari seluruh jenis modal yang digunakan. Karena biaya modal dari masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal secara keseluruhan adalah dengan menghitung biaya modal WACC (Weighted average cost of capital).

      Delete
    2. WACC dapat digunakan/dihitung untuk mengetahui seberapa besar total biaya/investasi/cost yang diperlukan untuk operational suatu project/aktifitas.

      Delete
    3. WACC dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian minimum rata-rata yang harus didapat oleh suatu perusahaan dari modal yang digunakan. Nilai WACC nantinya digunakan sebagai basis untuk menghitung layak atau tidaknya suatu investasi.

      Jika IRR suatu investasi lebih besar dari WACC, maka investasi tersebut layak untuk diambil, tetapi jika IRR suatu investasi lebih kecil dari WACC, investai tersebut tidak layak untuk diambil.

      BR//Anton, MT’13

      Delete
    4. Pada dasarnya, WACC digunakan untuk menentukan berapa MARR yang diinginkan pada sebuah proyek dengan tingkat resiko tertentu. Jika dilakukan simulasi, nilai WACC ini akan lebih besar jika pendanaan 100% bersumber modal sendiri, dibandingkan jika pendanaan melibatkan fasilitas perbankan (hutang)

      Delete
    5. WACC adalah rata-rata biaya dari seluruh komponen modal. Kegunaan dari WACC adalah untuk menghitung biaya modal yang kita gunakan dalam suatu proyek. Biaya modal tersebut bisa dari biaya modal yang didapatkan dari hutang maupun biaya modal yang didapatkan dari modal sendiri. Jadi dengan mengetahui WACC kita dapat mengukur tingkat minimal pengembalian yang diharapkan dari keuntungan suatu usaha atau proyek untuk menutupi biaya-biaya untuk mendapatkan modal tersebut.

      Delete
    6. saya ingin share dari artikel yang saya lihat dari internet,

      kegunaan wacc dalam project.

      Dalam situasi di mana projek dinilai tidak agresif, mungkin tepat untuk menggunakan tingkat discount rate yang lebih tinggi daripada jika project yang dianggap lebih masuk akal. Sementara memilih tingkat discount rate adalah masalah penilaian dalam hal ini dapat menggunakan biaya rata-rata tertimbang (WACC) sebagai titik awal.

      wacc

      Delete
    7. Menurut saya WACC digunakan untuk menentukan investasi layak atau tidak dengan memperhitungkan biaya modal/investasi rata-rata tertimbang. Investasi dianggap layak jika PV > 0 dan IRR >/= WACC.

      Delete
    8. Capital (modal) bisa bersumber dari Debt (seperti bank) dan Equity (seperti investor). Jika sumber berasal hanya dari Bank dan Bank menetapkan interest rate sebesar 5% maka dapat dikatakan cost of capital adalah sebesar 5%. Jika sumber berasal hanya dari Equity dan Equity (investor) menginginkan return of investor sebesar 10% maka dapat dikatakan cost of capital sebesar 10%. Nah, jika sumber modal berasal dari keduanya yaitu Bank dan Equity maka berapa sekarang cost of capital-nya? Jawabannya adalah kita menggunakan WACC (weighted average cost of capital) untuk menghitungnya.

      Delete
    9. Menurut pendapat saya, WACC ini adalah perhitungan yang kita lakukan agar dapat menghitung seberapa besar modal yang sudah kita keluarkan, agar kita dapat membuat sebuah indikator untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang kita peroleh dalam pelaksanaan proyek tersebut. Agar kita dapat menyusun suatu strategi untuk menunjang kelancaran proyek yang akan kita laksanakan. Seperti pemberian bonus dan lain-lain yang dapat memotivasi para rekan-rekan yang mensupport kelancaran proyek yang kita kerjakan.

      Delete
  4. 4. Apakah harapan maupun tujuan dari dilakukannya periodic postmortem review?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tujuan dilakukannya postmortem review adalah untuk meningkatkan penganggaran modal (capital budgeting), karena dengan melakukan postmortem review (postaudits) ini akan :
      - Membantu menentukan apakah tujuan yang direncanakan proyek dapat tercapai.
      - Menentukan apakah tindakan perbaikan (corrective action ) perlu dilakukan.
      - Meningkatkan estimasi dan perencanaan di masa depan.
      - Dapat Ini memberikan penilaian objektif tentang hasil proyek dibandingkan dengan hasil yang diusulkan.

      Namun Postaudits ini tidaklah lengkap, sehingga butuh kehati-hatian jika mengambil keputusan berdasarkan hasil ini.

      Delete
    2. Sharing pendapat: Postmortem review lebih mengarah ke monitoring progress suatu project. Dimana jika terjadi penyimpangan dari plan awal, maka dapat dilakukan antisipasi sehingga tidak terlalu menyimpan dari plan awal. Juga dapat dilakukan perubahan Scope, Time dan Cost dengan adanya change request, jika ada perubahan selama project berlangsung.

      Delete
    3. Secara umum, postmortem review dilakukan untuk tujuan "evaluasi" atas implementasi penggunaan dana proyek dalam merealisasikan proyek yang telah direncanakan dan melihat pencapaiannya dibandingkan dengan target pelaksanaan. Dan apabila hasil evaluasi menunjukkan adanya ketidaksesuaian, maka postmortem review dapat menjadi acuan perlu tidaknya dilakukan perbaikan beserta estimasi dana yang dibutuhkannya

      Delete
    4. post mortem review pada capital budgeting system dilakukan dengan membandingkan pendapatan atau biaya aktual dari suatu proyek dengan jumlah yang di estimasi pada saat investasi proyek dimulai dengan tujuan mengetahui apakah progres sudah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.

      Delete
    5. Postmortem Review adalah suatu proses peninjauan kembali atau evaluasi atas progress suatu proyek, apakah sudah sesuai dengan perencanaan awal. Jadi harapan dan tujuan dilakukannya postmortem review adalah :
      - Untuk memastikan bahwa proyek tersebut sudah sesuai dengan target dan rencana awal (still on the track).
      - Untuk menganalisa kekurangan yang perlu diperbaiki dalam suatu proyek apakah dari segi waktu sesuai dengan time plan ataupun penggunaan budget/anggaran atau penggunaan resource yang lain sehingga dapat berjalan dengan efektive.

      Delete
    6. Sekedar menambahkan pendapat yang sudah ada. Tujuan dari dilakukanya periodic postmortem review adalah untuk membreakdown aspek-aspek yang terkait dalam proyek dan mengevaluasinya dengan tujuan untuk mengetahui kesuksesan proyek secara keseluruhan. Tercapainya target waktu, biaya dan kualitas suatu proyek bukan berarti bahwa seluruh stakeholders akan merasa puas dengan hasil proyek tersebut. Juga, proyek yang sukses tidak bisa dijabarkan sebagai suatu proyek dimana semua persyaratan terpenuhi. Kompleksitas suatu proyek dan sering terjadinya perubahan iklim lingkungan proyek membuat pentingnya mempunyai ketentuan faktor-faktor kritis seperti tujuan, milestone, objektif dll, sebagai penentu suatu kesuksesan proyek dapat diukur. Review secara terus menerus dan evaluasi menjadi penting untuk melakukan proses perbaikan yang berkesinambungan bagi sebuah organisasi atau bagi manajer proyek itu sendiri.

      Delete
  5. 5. Apa rumus yang digunakan untuk menentukan WACC?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rumusan yang digunakan untuk menentukan WACC :
      WACC =  (1-t)ib + (1-) ea

      Dimana :
       = fraction dari debt capital
      (1-) = fraction dari equity capital
      t = effective income tax rate
      ib = cost dari debt financing
      ea = cost dari equity financing

      Delete
    2. saya mau menambahkan mbak Mia....untuk mencari ea (cost of equity) adalah :
      ea = Rs = Rf + βs(Rm-Rf), dimana:
      Rs = return of equity
      βs = level of market risk
      Rm = The market return
      Rf = The risk-free rate

      Delete
    3. WACC = Biaya Hutang (setelah pajak) + Biaya Modal Sendiri
      WACC = WACC = Biaya Hutang (setelah pajak) + Biaya Modal Sendiri
      WACC = lamda (1 - t) ib + (1 - lamda) ea
      Dimana
      lamda = fraksi dari jumlah modal yang diperoleh dari hutang.
      (1 - lamda) = fraksi dari jumlah modal yang diperoleh dari modal.
      t = tarif pajak penghasilan efektif dalam decimal.
      ib = biaya pembiayaan hutang, yang diukur dari harga obligasi yang sesuai.
      ea = biaya pembiayaan modal, yang diukur dari histori performance CAPM.

      Delete
  6. Replies
    1. WACC tdk sama dengan MARR
      WACC: Total cost suatu project
      MARR: Tingkat suku bunga tahunan

      Delete
    2. Berbeda.

      WACC dapat digunakan untuk mendiskon cash flow proyek dengan pertimbangan memasukkan struktur permodalan yaitu perbandingan utang dan equity dalam penentuan discount rate. Tetapi, nilai cost of debt dan cost of equity harus sudah diketahui sebelumnya untuk bisa menghitung WACC.
      Sebagai flashback, WACC ( Weighted Average Cost of Capital) adalah perhitungan biaya modal (cost of capital) perusahaan dengan memberi bobot masing-masing kategori modal (modal pemegang saham, pinjaman bank, obligasi dan lain sebagainya). WACC merupakan rata-rata tingkat hasil yang diharapkan atas investasi suatu perusahaan.

      Sementara MARR yaitu pengembalian bebas resiko (the risk free rate of return), jika sejumlah modal diinvestasikan dalam suatu proyek, investor berharap keuntungan (profit) minimal sama dengan jumlah uang yang diperoleh jika investasi tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak beresiko (misalnya deposito bank). MARR (Minimum Attractive Rate of Return) adalah tingkat pengembalian minimum modal yang digunakan untuk menilai apakah suatu usulan investasi dapat dikatakan menguntungkan ketika dijalankan.

      Kembali dari studi kasus pada beberapa artikel yang saya baca, kenyataannya banyak perusahaan menggunakan WACC sebagai MARR. Padahal sudah jelas bahwa fungsi dari keduanya berbeda.

      Delete
    3. WACC berbeda dengan MARR.

      WACC merupakan bentuk "kalkulasi" resiko dengan mengkombinasikan modal sendiri beserta fasilitas perbankan (hutang) jika ada. WACC ini menjadi floor parameter dalam penentuan MARR. Decision Maker tentunya menerapkan adanya tambahan margin (MARR = WACC + margin) sebagai "fleksibilitas" dalam menentukan MARR untuk berjaga-jaga dalam hal adanya kekeliruan dalam melakukan assessment resiko yang berkaitan dengan pasar. Sehingga dengan demikian MARR >= WACC.

      Selanjutnya, ketika dihadapkan pada alternatif (lihat artikel tentang Comparing Alternatives), setiap alternatif memiliki penawaran IRR. Dan sebagaimana pakem yang berlaku umum, IRR yang ditawarkan sebuah alternatif minimal harus sama dengan MARR yang diinginkan. Sehingga hubungan antara ketiganya dapat dilihat sebagai IRR >= MARR >= WACC

      Delete
    4. WACC tidaklah sama pengertiannya dengan MARR, tetapi ada relevansinya karena WACC adalah menghitung jumlah rata-rata biaya untuk mendapatkan modal sehingga kita dapat menghitung dan menentukan tingkat pengembalian minimal yang diharapkan supaya dapat menutupi biaya-biaya modal tersebut. Sedangkan MARR adalah tingkat minimum pengembalian yang diharapkan untuk mendapatkan keuntungan (profit).

      Delete
    5. WACC (Weighted Average Cost Of Capital) tidak sama dengan Minimum Attractive Rate of Return (MARR). WACC adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal sedangkan MARR adalah suatu tingkat bunga yang digunakan untuk acuan dalampengambilan keputusan pada suatu proyek. Pengambilan keputusan bisa dilakukandengan pembandingan atau pengevaluasian profitabilitas proyek terhadap MARR.

      Delete
    6. Berbeda MARR = Minimum Attractive Rate of Return, MARR adalah seberapa baliknya modal, sebagai contohnya adalah bila Budi ingin berbisnis cafe kemudian Budi meminjam uang pada bank dengan suku bunga sebesar 10 % maka revenue yang didapat budi dari usaha cafe seharusnya minimal sebesar 11%.

      Sedangkan WACC = Weighing Average Cost of Capital, adalah rata-rata biaya dari sumber finansial yang masing-masing diberikan beban-beban tertentu berdasarkan pada situasi tertentu. Contohnya, saat Budi akan membuka cafe, dia meminjam lagi untuk modal kepada temannya Anto dengan interest 5% pertahun nya, sehingga ada 2 sumber finansial disini, sehingga diperlukan perhitungan WACC.

      Delete
    7. WACC dan MARR dapat digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek. Namun demikian MARR lebih menitik beratkan kepada kelayakan proyek berdasarkan tingkat suku bunga pengebalian minimum yang menarik , di mana tingkat suku bunga tersebut akan dijadikan dasar atau indikator keputusan manajemen sehubunga dengan pemilihan alternatif-alternatif biaya, manfaat atau kelayakan suatu investasi. Sedangkan WACC lebih menitik beratkan kepada perhitungan biaya modal tertimbang dengan asumsi bahwa permodalan dapat berupa modal sendiri, pinjaman atau gabungan modal sendiri dan pinjaman.

      Delete
  7. Menurut saya WACC tidak sama dengan MARR. WACC hanya menghitung nilai rata-rata dari biaya modal yang dikeluarkan dalam sebuah proyek sementara MARR sendiri merupakan nilai minimum dari pengembalian suatu proyek, sehingga penekanan pada WACC dan MARR itu sendiri berbeda.

    WACC --> menekankan pada nilai rata-rata biaya modal
    MARR --> menekankan pada nilai minimum pengembalian suatu proyek atau investasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. WACC dapat dikatakan sebagai basis dari MARR, jika tidak ada risiko lain yang perlu diperhitungkan, maka nilai WACC = MAR dan WACC digunakan sebagai basis pembanding dengan IRR investasi atau proyek. Tetapi jika ada risiko-risiko lain yang terlibat dalam suatu investasi atau proyek di luar modal, maka risiko-risiko tadi (dalam bentuk prosentase) harus ikut ditambahkan dengan nilai WACC untuk mendapatkan nilai MARR sehingga MARR > WACC, dimana nantinya nilai MARR yang dihasilkan sebagai basis pembanding dengan IRR investasi atau proyek

      BR//Anton, MT'13

      Delete
    2. Menurut saya WACC berbeda dengan MARR tetapi masih berkaitan, dimana pada saat resiko suatu proyek kurang lebih normal dan tidak ada keterbatasan modal yang signifikan maka WACC sama dengan "hurdle rate" yaitu MARR, tetapi jika proyek tersebut mempunyai resiko yang lebih tinggi dibanding bisnis saat ini maka perlu dilakukan penyesuaian keatas terhadap MARR yaitu dengan menggunakan perhitungan WACC.
      untuk menciptakan suatu nilai bagi investor, dengan menggunakan WACC harus didapatkan PW > 0, atau IRR >/= WACC.

      Delete
  8. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

    Apakah metode CAR tersebut juga dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam memperhitungkan sumber pendanaan modal investasi ?

    Terima Kasih.
    Andrianto AW
    MT 2014

    ReplyDelete
    Replies
    1. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal (Achmad dan Kusuno, 2003). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (PBI, 2008)

      Delete
    2. CAR(Capital Adequacy Ratio) berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
      Nilai CAR berbanding lurus dengan kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
      menurut saya CAR akan sangat membantu utk sebagai bahan pertimbangan penanaman modal investasi

      Delete
  9. Capital Adequacy Ratio menurut Lukman Dendawijaya (2000:122) adalah ” Rasio yang
    memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit,
    penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko. Dengan konsep seperti ini, maka metode CAR juga dapat digunakan untuk perusahaan sehingga perusahaan bisa merencanakan investasi dengan lebih baik.

    ReplyDelete
  10. KELOMPOK 4

    1. Apakah ada hubungan antara rate of return dari masing-masing jenis sumber pendanaan terhadap komposisi modal dan alokasinya?

    2. Kapan dan bagaimana postmortem review atas proyek dilakukan dan mengapa hal tersebut jarang dilakukan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjawab pertanyaan yang kedua.
      Postmortem review umumnya dilakukan pada akhir seluruh proyek, akan tetapi dapat juga dilakukan pada akhir tiap fase dari proyek multi fase.
      Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam melakukan postmortem review, yaitu dari buku yang ditulis oleh Neil Whitten (Managing Software Development Projects: Formula for Success) dan buku yang ditulis oleh Collisen & Parcell (Learning to Fly: Practical Lessons from one of
      the World’s Leading Knowledge Companies). Langkah-langkah tersebut antara lain :

      1. Langkah-langkah menurut Neil Whitten :
      - Declare intent
      - Select Participants
      - Prepare for workshop
      - Conduct workshop
      - Present results
      - Adopt recommendations

      2. Langkah-langkah menurut Collison dan Parcell :
      - Call the meeting
      - Invite the right people
      - Appoint a faciliator
      - Revisit the objectives and deliverables of the project
      - Revisit the project plan or process
      - Ask "What went well"
      - Find out why these aspects went well, and express the
      learning as advice for the future
      - Ask “what could have gone better”?
      - Find out what the difficulties were
      - Ensure that the participants leave the meeting with
      their feelings acknowledged
      - ‘What next’
      - Recording the meeting

      Menurut pendapat saya, kenapa postmortem review jarang dilakukan karena kebanyakan dalam mengerjakan suatu proyek terlalu mengedepankan hasil, tidak memikirkan dari proses menuju hasil tersebut apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak. Dengan kita melakukan postmortem review kita dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proyek berlangsung. Meskipun kesalahan-kesalahan yang ada tidak memerlukan perbaikan dan tidak berpengaruh pada hasil, akan tetapi dapat kita jadikan bahan pembelajaran dalam melakukan proyek yang sama dimasa mendatang.

      Delete
    2. Menjawab soal no. 2 mengenai Postmortem Review.
      Menurut saya, postmortem review adalah salah satu hal penting dalam sistem capital budgeting. Postmortem review disebut juga project retrospective, yaitu suatu proses yang dilakukan untuk mengevaluasi berhasil atau tidaknya suatu proyek dalam mencapai tujuan bisnis terutama secara biaya, performa dan waktu. Salah satu tujuannya adalah untuk membandingkan pendapatan/pengeluaran pada akhir proyek dengan perkiraan pada awal investasi, untuk menentukan perlu tidaknya tindakan korektif dan untuk identifikasi hal-hal yang dapat di improve di proyek-proyek selanjutnya (lesson learned). Post-mortem review biasanya dilakukan pada akhir proyek, atau pada akhir salah satu tahap dalam proyek. Review ini biasanya dilakukan oleh semua divisi yang terlibat dalam proyek, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
      - Pernyataan ulang lingkup pekerjaan dari proyek
      - Pembahasan apa yg berhasil dan yang tidak berhasil, terutama dari sisi cost management dan kualitas
      Postmortem review cukup penting namun sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan, untuk menghindari kecenderungan over konservatif dalam perkiraan pembiayaan selanjutnya.

      Delete
    3. Mencoba menjawab pertanyaan no.1
      Secara umum IRR adalah tingkat bunga pengembalian atas sebuah proyek yang diterima perusahaan. Sedangkan Cost of Capital merupakan tingkat bunga yang disepakati dibayarkan perusahaan kepada investor sebagai return kepada mereka atas investasi mereka dalam proyek tersebut. dimana capital tersebut merupakan sumber pendanaan yang dapat berupa saham (ekuitas) maupun pinjaman (obligasi). dimana hubungan dari Rate of Return terhadap Cost of Capital adalah Apabila proyek tersebut menghasilkan tingkat pengembalian kepada perusahaan (IRR) lebih besar daripada tingkat biaya atas modal yang dikeluarkan perusahaan kepada investor (Cost of Capital), maka hal ini menunjukkan kondisi proyek yang baik, sehingga kita seharusnya menerima proyek tersebut. sebaliknya Apabila proyek tersebut memiliki tingkat return kepada perusahaan (IRR) lebih kecil dari tingkat harga yang dibayarkan perusahaan kepada investor (Cost of Capital), maka kita seharusnya menolak proyek tersebut.

      Lolo Ardy B (1506776452)
      MT 2015

      Delete
    4. Menjawab pertanyaan nomor 2 tentang postmortem review, postmortem review adalah proses yang biasa dilakukan setelah berakhirnya proyek, namun dapat juga dilakukan pada akhir suatu tahapan proyek. Postmortem review dilaksanakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang berhasil dan tidak berhasil selama proyek, serta hal-hal apa yang sebaiknya dilakukan dengan cara berbeda di masa depan dari segi biaya, mutu dan waktu. Postmortem review dilaksanakan dengan melibatkan semua bagian yang terlibat dalam proyek, dengan hasil yang diharapkan adalah lessons learned yang dapat digunakan untuk perbaikan proyek di masa depan.

      Terkait kenapa postmortem review jarang digunakan, saya setuju dengan pendapat sdr Gilang, dimana kebanyakan proyek yang ada saat ini di Indonesia lebih mengedepankan hasil dibandingkan proyek. Ketika suatu proyek sudah selesai dilaksanakan, review hanya dilakukan terhadap hasil yang didapat, dan bukan terhadap bagaimana proses untuk mendapatkan hasil tersebut dijalankan. Hal ini patut disayangkan mengingat dengan melakukan perbaikan proses tentunya akan mendapatkan hasil yang lebih efektif dan efisien.

      Salam,
      Dimas A Prasetyo
      MT 2015

      Delete
    5. 1.Apakah ada hubungan antara rate of return dari masing-masing jenis sumber pendanaan terhadap komposisi modal dan alokasinya?
      Ada hubungannya, karena Metode untuk mengambil keputusan dalam penganggaran modal memakai 4 metode dimana salah satunya adalah Internal Rate of Return (IRR) selain itu ada Payback Period, Net Present Value (NPV) dan Profitability Index, sedangkan untuk alokasi modalnya pun berkaitan karena alokasi modal sendiri adalah pengalokasian porsi modal sesuai dengan investasinya. Hal tersebut dengan tujuan dan batasan investasi investor, serta dengan mempertimbangkan resiko. Pada saat alokasi pendanaan inilah dilakukan portfolio untuk menjaga tujuan jangka panjang alokasi dana tersebut. Dan portfolio dibentuk berdasarkan expected rate return (imbalan hasilnya). Sehingga semua nya saling terkait. Untuk summary IRR, jika IRR >>dari tingkat biaya atas modal maka proyek itu layak, jika tidak maka tidak layak.
      BR//
      Osphanie Mentari P
      1506696804

      Delete
    6. Menjawab pertanyaan no.1

      Rate of Return tentunya memiliki hubungan dengan komposisi modal dan alokasinya, karena jika kita menggunakan Capital Equity tentunya Rate of Return yang kita harapkan tidak terlalu besar karena modalnya milik kita jadi penentuan Rate of Returnnya boleh sesuai dengan keinginan kita sendiri, tetapi jika kita menggunakan Debt Equity maka Rate of Return yang kita harapkan harus melebihi nilai MARR, karena kita harus memperhatikan bunga yang harus kita bayarkan dari modal yang kita pinjam.

      Andrianus Radipta
      MT-2015

      Delete
    7. @pak Adrianus Radipta,

      apakah maksudnya jika kita menggunakan 100% Capital Equity maka Rate of Return bisa lebih rendah dari MARR... mohon pencerahan.

      Delete
    8. 1. Secara umum terdapat dua jenis sumber dana yang biasanya dijadikan modal suatu usaha atau proyek yaitu dalam bentuk pinjaman (hutang kepada pihak bank, penerbitan obligasi, hipotek dan sejenisnya) dan ekuitas (penjualan saham, modal ventura, dsb). Para pelaku bisnis biasanya memilih untuk mixing (menggabungkan) keduanya sebagai sumber permodalan. Keduanya umumnya digabungkan untuk dapat saling mengkompensasi kekurangan yang satu dengan yang lain. Kombinasi sumber permodalan inilah yang nantinya menjadi input untuk perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC).
      Sebagai acuan pengalokasian modal terkait dengan Rate Of Return (ROR), dapat digunakan kategorisasi MARR berdasarkan resiko proyek, sebagai contoh High Risk:new product, new business, acquisition, joint venture (MARR=25%), Moderate Risk:capacity increase to meet forecasted sales (MARR=18%) dan Low Risk:cost improvement,capacity increase to meet existing orders (MARR=10%) dimana nilai ROR harus lebih besar atau paling tidak sama dengan MARR yang sudah ditentukan dan nilai MARR harus lebih besar dari WACC. Sehingga proyek yang dapat diterima secara ekonomi adalah apabila memenuhi kriteria ROR >= MARR > WACC (Engineering Economy, 7th Edition, Leland Blank, Anthony Tarquin, McGraw-Hill, 2012).
      2. Postmortem review dapat dilakukan setelah selesainya suatu event atau milestone penting dalam proyek atau dilakukan di akhir suatu proyek.
      Secara umum proses post mortem analysis dapat dilakukan melalui tahapan berikut:
      1. Plan a project review. Suatu review proyek direncanakan untuk mengidentifikasi metode dan tools yang paling cocok untuk digunakan pada tahapan-tahapan berikutnya.
      2. Gather Project data. Data yang obyektif maupun subyektif dikumpulkan dari seluruh anggota proyek untuk mendapatkan informasi yang berguna.
      3. Workshop/review. Adalah tahapan yang paling penting karena menggabungkan analisa dari project event dengan data proyek actual pada suatu milestone tertentu atau ketika proyek sudah selesai.
      4. Analyze the finding and synthesize lesson learned. Temuan-temuan hasil review dianalisa, dibuat prioritasnya dan dijadikan sebagai suatu lesson learned.
      5. Publish the result. Kesimpulan dari temuan-temuan tersebut dipublikasikan untuk kepentingan perbaikan pada proyek-proyek selanjutnya.
      Umumnya postmortem review jarang dilakukan karena proses tender atau proyek berikutnya sudah menunggu dan mendesak untuk dikerjakan sehingga waktu yang ada tidak mencukupi untuk melakukan review. Namun lebih khusus lagi hal ini disebabkan karena tidak tersedianya cara yang terstruktur untuk melakukan analisa proyek dimana organisasi dapat belajar untuk proyek-proyek yang akan datang (The Use of Project Mortems, Williams, T.M., Project Management Institute, 2001).

      Delete
    9. Mencoba menjawab pertanyaan no.2

      Secara umum postmortem merupakan tahapan/proses akhir dari suatu proyek. Tujuannya tidak lain adalah mengevaluasi dari setiap tahapan yang sudah dilalui, dengan menampilkan progress aktivitas aktual dengan plan yang sudah ditetapkan diawal proyek. Tak terkecuali dalam hal penganggaran modal. Artinya biaya aktual yang sudah dikeluarkan dalam proyek harus sesuai dan optimal terhadap hasil yang sudah direncanakan diawal proyek.

      Namun tidak ada salahnya jika postmortem ini tidak hanya dilakukan di akhir proyek, tapi bisa juga dilakukan di akhir sesi/part dari suatu aktivitas, jika dalam proyek tersebut terdiri dari beberapa sesi/part. Tujuannya lebih kearah monitoring progress dalam suatu proyek. Sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk segera memperbaiki (back to on track and do correction action) jika ditemui penyimpangan-penyimpangan dalam suatu sesi/part tersebut, sehingga proyek tersebut dapat tercapai secara tepat baik dari segi waktu, biaya, maupun kualitas.

      Mengenai postmortem yang jarang digunakan, karena tidak sedikit proyek-proyek yang ada di negara kita ini lebih mengesampingkan yang namanya tahapan/proses selama durasi proyek. Pada umumnya, selama proyek tersebut masih untung di akhir periode dan bahkan bisa diselesaikan tepat waktu, biasanya tanpa pikir panjang mereka langsung closing project, tanpa melakukan evaluasi lagi terhadap tahapan/proses selama proyek berlangsung, terlebih lagi dalam hal anggaran/biaya/pendanaan yang terjadi. Padahal dengan postmortem ini sangat membantu kita agar berbagai aktivitas termasuk budgeting yang ada didalamnya bisa sesuai (still on track) dengan plan diawal sehingga tujuan proyek bisa tercapai optimal.

      Terima kasih
      Achmad Rasjidi Imran
      MT 2015

      Delete
    10. 2.Kapan dan bagaimana postmortem review atas proyek dilakukan dan mengapa hal tersebut jarang dilakukan?

      Postmortem Review adalah proses untuk menentukan dan menganalisis unsur-unsur proyek yang sukses atau gagal sehingga tidak mengulangi kegagalan pada proyek selanjutnya. Pada PMBOK proses ini dinamakan proses lessons learned. Proses ini dilakukan pada akhir proyek atau fase closing project dengan tujuan utamanya adalah :
      1.Menentukan apakah tujuan yang direncanakan telah diperoleh.
      2.Menentukan apakah tindakan perbaikan yang diperlukan.
      3.Meningkatkan perkiraan dan perencanaan masa depan.

      Dua langkah dalam melaksanakan Postmortem Review antara lain sebagai berikut :
      1.Persiapkan dan edarkan sekelompok pertanyaan spesifik tentang proyek dan berikan waktu kepada anggota tim proyek untuk berpikir tentang mereka dan persiapkan tanggapan mereka secara individu.
      2.Lakukan pertemuan untuk mendiskusikan respon tim terhadap pertanyaan. Hasil diskusi ini sering disebut daftar "Lesson Learned" atau biasa disebut dokumen Postmortem Review.

      Referensi :
      •Sullivan, William G., Elin M. Wicks & James T. Luxhoj. 2006. Engineering Economy, Thirteenth Edition. Upper Saddle River, New Jersey : Pearson Prentice Hall.
      •A guide to the Project Management Body of Knowledge, Fifth Edition. 2013. Newton Square, PennsyIvania : Project Management Institute, Inc.
      •Greer, Michael. 2010. The Project Management Minimalist: Just Enough to Rock Your Projects!. http://michaelgreer.biz/?page_id=636
      •Postmortem Documentation. 29 Desember 2015. https://en.wikipedia.org/wiki/Postmortem_documentation

      Bagus Riyowiyoso – 1506696432 – MT 2015

      Delete
    11. 2. Kapan dan bagaimana postmortem review atas proyek dilakukan dan mengapa hal tersebut jarang dilakukan?

      Postmortem review merupakan sebuah proses yang biasanya dilakukan pada akhir proyek atau suatu tahapan tertentu pada suatu proyek, untuk menganalisa dan menentukan elemen apa saja yang sukses atau tidak sukses. Posmortem review digunakan untuk proses perbaikan pada tahapan selanjutnya yang dapat meminimalisir resiko yang akan datang.

      Semakin sering suatu proyek atau tahapan suatu proyek direview makan akan semakin detail hasil analisa postmortem review nya. Sebaiknya postmortem review dilakukan tidak secara berlebihan ataupun sebaliknya malah jarang dilakukan. Namun dilakukan pada tahapan milestone milestone proyek yang kita jalankan, sehingga proyek yang kita jalankan semakin baik dan baik lagi kedepannya.

      Salam,
      Rizky Damiri Putra (1506776566)
      Manajemen Telekomunikasi 2015

      Delete
    12. Sependapat dengan pandangan yang telah disampaikan oleh rekan-rekan tentang postmortem review yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan proyek.

      Mengenai pertanyaan mengapa hal tersebut (Postmortem Review) jarang dilakukan?
      Berikut pandangan saya mengenai hal tersebut:
      1. Sejak awal tahap pelaksanaan proyek hal tersebut (postmorterm review) tidak pernah disampaikan kepada tim dan user dalam timeline pelaksanaan proyek. Sebahagian kita menganggap ketika suatu barang/jasa telah ter-deliverable kepada customer maka semua tahapan proyek telah selesai.

      2. Memiliki pandangan bahwa postmortem review hanya cocok diimplementasikan kepada proyek yang berkelanjutan dan berulang-ulang. Hal ini tidak benar. Ketika sebuah instansi/project manager melaksanakan proyek yang tidak berulang, beberapa proses atau tahapan dalam pelaksanaan proyek akan berulang meskipun jenis proyek yang dilakukan berbeda-beda. Hal ini menunjukkan ketidakpedulian dalam melakukan review terhadap apa yang telah dilakukan dan bagaimana upaya yang harus dilakukan demi mencapai efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi dalam pelaksanaan proyek selanjutnya.

      Jaka S Permana - 1506776414
      Mantel 2015

      Delete
    13. Postmortem review adalah proses untuk mengevaluasi kesuksesan (atau kegagalan) sebuah proyek dalam memenuhi tujuannya, umumnya dilakukan pada akhir sebuah proyek, akan tetapi dapat juga dilakukan pada akhir setiap fase dari proyek.

      Meskipun saya tidak setuju dengan pertanyaan, bahwa postmortem review jarang dilakukan, setidaknya di setiap proyek yang saya jalankan, kami diwajibkan untuk melakukan postmortem review, menuliskannya dalam sebuah laporan, pelajaran apa yang bisa diambil dari proyek yang baru diselesaikan, dan perbaikan apa yang bisa dilakukan untuk proyek berikutnya.
      Jika dalam proyek tidak melakukan postmortem review, bisa jadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
      - Stakeholder lebih menilai keberhasilan proyek dari hasil, dan bukan proses
      - Postmortem review tidak dimasukkan dalam detail rencana kerja, sehingga proyek dianggap berakhir setelah tujuan tercapai
      - Utilisasi Project member sangat ketat, setelah selesai suatu proyek sudah ditunggu untuk melaksanakan proyek berikutnya, akibatnya tidak ada alokasi waktu untuk melakukan postmortem review
      - Kegagalan suatu proyek (failure) yang dicari adalah "WHO" dan bukan "HOW" atau "WHY". Akibatnya jika proyek dianggap gagal, segera dicari pengganti Project Manager atau team members, bukan diperbaiki prosesnya dan tidak menjadi pembelajaran untuk proses di proyek berikutnya.

      Sebenarnya dari postmortem review ini banyak sekali pembelajaran yang bisa diambil untuk perbaikan di proyek berikutnya.
      Pertanyaan umum yang muncul dalam postmortem review:
      - What worked well for the team? Apa saja yang mendukung team sehingga bisa bekerja dengan baik: lokasi kerja yang memadai, situasi kerja yang kondusif, rekan kerja yang kooperatif, gaji/penghasilan yang setimpal, proses dan target kerja yang jelas, dll...
      - What did not work well for the team? Apa saja yang menjadi hambatan bagi team: sarana kerja yang tidak memadai, target kerja yang tidak realistis, lingkungan kerja yang tidak mendukung, dll...
      - What are the lessons learned? Apa saja pelajaran yang bisa diambil, baik dari komposisi team, proses, anggaran, sarana kerja, dll...

      Wahyu Raditya
      MT 2015 - NIM 1506776591

      Delete
    14. Sebelumnya mohon maaf Pak Fajar baru bisa balas, jadi untuk yang 100% Capital Equity, Rate of Return-nya boleh lebih kecil dibandingkan Rate of Return jika kita menggunakan Debt Equity, artinya untuk yang 100% Capital Equity kita bisa menentukan sendiri besarannya sesuai dengan keinginan kita, asalkan Rate of Returnnya positif, tanpa harus memperhatikan besaran pinjaman seperti pada Debt Equity. Sekian dari saya, barangkali ada masukan lain dari Pak Fajar atau rekan2.

      Tks,
      BR//Andrianus Radipta

      Delete
  11. Mencoba menjawab pertanyaan nomor 2: Post-mortem review pada suatu proyek merupakan langkah penting dalam mengevaluasi dan juga sebagai sarana pembelajaran dari suatu proyek yang dijalankan. Post-mortem review ini biasanya dilaksanakan setelah proyek berakhir, tetapi ada pula yang melakukannya pada setiap akhir tahapan proyek. Manfaat jangka pendek yang dapat diperoleh dengan dilakukannya post-mortem review ini adalah dapat diperoleh gambaran pada pemberi perusahaan maupun tim pelaksana proyek secara persis terkait hal apa sajakah yang telah dapat dicapai maupun tidak dapat dicapai dalam proyek dilihat dari segi biaya, waktu, dan kualitasnya. Sedangkan untuk jangka panjang post-mortem review bermanfaat untuk memberikan pembelajaran baik bagi perorangan maupun organisasi yang terlibat dalam proyek, yang memungkinkan perusahaan mengembangkan best practice manajemen proyek yang disesuaikan dengan kebutuhan dan meningkatkan skill bagi proyek manager untuk melaksanakan proyek-proyek berikutnya.
    Terdapat 3 tahapan yang dapat dilaksanakan dalam menyusun post-mortem review yang efisien, yaitu:
    1. Mendapatkan informasi feedback dari individu yang terlibat dalam proyek melalui kuisioner.
     3 pertanyaan yang dapat digunakan sebagai kerangka kuesioner yaitu:
    a. Hal apa sajakah yang telah berjalan benar/sesuai?
    b. Hal apa sajakah yang berjalan salah/tidak sesuai?
    c. Hal apa sajakah yang perlu dilakukan secara berbeda di kesempatan yang lain?
     Pertanyaan-pertanyaan diaplikasikan di setiap bagian pada manajemen proyek, seperti dari perencanaan hingga delivery, dari teamwork dan komunikasi hingga risiko dan perubahan manajemen, dari masukan stakeholder hingga efisiensi staf pendukung.
    2. Melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan hasil feedback untuk membuat action plan berupa rekomendasi yang berisi bagaimana cara melanjutkan hal-hal yang telah berjalan dengan baik dan sesuai dan bagaimana cara memperbaiki hal-hal yang tidak berjalan sesuai. Perlu diingat bahwa ide utamanya adalah untuk pembelajaran baik dari kesuksesan maupun kegagalan yang didapatkan dari suatu proyek.
    3. Merangkum feedback yang diperoleh dalam bentuk dokumen tertulis dan dapat diakses oleh pihak-pihak terkait dalam proyek.

    Lucia Ika
    MT-2015

    ReplyDelete
    Replies
    1. 2) mencoba Menambahakan jawaban dari Mbak Lucia Ika,
      Post mortem review, berasal dari bahasa latin yang berarti “after death”, istilah ini di gunakan para dokter untuk mengindentifikasi penyebab kematian seseorang dengan memeriksa jasadnya. Oleh karena itu, Jika di aplikasikan dalam project, hal ini berati post mortem review bertujuan untuk mengindentifikasi:
      1) Apakah dalam project yang kita lakukan sudah benar?
      2) mengidentifikasi hal yang seharusnya kita lakukan berdeda, untuk menghasilkan hasil yang lebih baik
      3) mengidentifikasi hal salah yang kita lakukan, untuk selanjutnya mencari jalan alternatif, dan memitigasi risiko ketika menemui masalah yang sama.

      Post mortem review tidak hanya bisa di lakukan pada akhir project, post mortem review dapat kita laksanan di setiap bagian tahapan-tahapan tertentu dalam project (untuk project yang sifatnya multi-phase project). Post mortem review merupakan proses brainstorming, hal ini harus dilakukan oleh manajer proyek dan anggota team agar menjadi pembelajaran sehingga proyek-proyek selanjutnya dapat diselesaikan dengan lebih baik lagi. Selain itu, semua pengalaman dari anggota proyek perlu didokumentasikan sebagai pengetahuan untuk anggota team lainnya dalam melaksanakan proyek nantinya.

      Terkadang mencari kesalahan seseorang dalam proyek itu mengerikan, tiap perusahaan mempunyai cara nya masing masing dalam melakukan proses post mortem review ini, beberapa menyesuaikan dengan budaya dan misi yang di bawa perusahaan. Yang terpenting adalah, post-morten yang baik menjelaskan permasalahannya secara jelas, dan memberikan peluang untuk melakukan perubahan yang lebih baik kedepannya, dan semua itu dilakukan tanpa menyalahkan seseorang dalam proyek. Dalam setiap perusahaan, sudah sangat umum, jika hasil suatu postmortem review di publikasikan secara bebas, sehingga banyak orang yang bisa belajar darinya.

      Delete
  12. Mencoba menjawab pertanyaan point pertama

    Setiap komposisi modal yang dipilih untuk membiayai kegiatan operasi atau investasi (pengalokasian Modal) pasti memiliki biaya modal dimana biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut guna mendapatkan modal tersebut. Semakin tinggi biaya modal yang harus dibayar oleh sebuah perusahaan maka akan semakin berkurang pula tingkat profitabillitas yang mungkin dicapai oleh perusahaan tersebut, begitupun sebaliknya.

    Perusahaan yang cenderung menggunakan hutang sebagai sumber modalnya akan memiliki tingkat bunga yang harus dibayar lebih tinggi sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat pajak yang harus dibayarkan. Semakin tinggi tingkat bunga yang harus dibayar maka semakin rendah tingkat pajak yang harus dibayar dan nantinya akan berpengaruh pada tingkat laba yang diperoleh

    Kebanyakan perusahaan atau orang lebih menyukai modal sendiri karena tidak akan memiliki tingkat bunga yang harus dibayar tinggi tetapi hal ini berpengaruh kepada tingkat pajak yang harus dibayar menjadi lebih tinggi. selain itu perusahaan harus membagikan keuntungan dividennya kepada para pemegang saham menjadi lebih besar.

    Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Seperti dikemukakan oleh Sartono (2001:122) yang mendefinisikan profitabitas sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh dari penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir, 2010:196).

    Ratio profitabilitas yang dapat digunakan diantaranya adalah Return on Equity (ROE) dan Return of Asset (ROA). ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi (Mardiyanto, 2009:196). Semakin tinggi ROA suatu perusahaan, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut. sedangkan ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pemegang saham (kecenderungan modal sendiri). Kedua rasio profitabilitas ini dalam rumus perhitungannya sama – sama melibatkan pajak yang yang harus dibayarkan, baik sumber dana yang berasal dari hutang atau modal sendiri.

    Terimakasih
    Dewi Yanti
    MT 2015

    ReplyDelete
  13. menjawab pertanyaan nomor 1. hubungan antara rate of return dari masing-masing jenis sumber pendanaan terhadap komposisi modal dan alokasinya
    Rate of return adalah tingkat pengembalian atau tingkat bunga yang diterima investor atas investasi yang tidak diamortisasikan.
    Dari sisi pihak investor, tinggi rendahnya tingkat laba yang disyaratkan merupakan pencerminan oleh tingkat resiko aktiva yang dimiliki dan struktur modal serta faktor lain seperti manajemen. Sedangkan dari sisi pihak perusahaan, tingkat laba yang diminta. Merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal dari pemegang saham secara umum bahwa resiko perusahaan yang tinggi berakibat bahwa tingkat keuntungan yang diminta oleh investor juga tinggi dan biaya modal / juga tinggi.

    Jhony Mangiring
    MT-2015

    ReplyDelete
  14. Menjawab pertanyaan no 1 & 2:
    1. Jika korelasi modal - saham, RoR merupakan tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Investor yang ingin menanamkan modal pada suatu perusahaan akan membutuhkan informasi yang menggambarkan kesehatan suatu perusahaan. Salah satunya melihat dari Laporan Keuangan. Pada laporan keuangan terdapt financial statement yg terdiri atas laporan laba/rugi, arus kas, dan laporan tahunan. RoR merupakan salah satu aspek penilaian dalam financial statement ini, dimana jika ratio nya dinilai baik, akan menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi terhadap suatu perusahaan tersebut (modal)


    2. Project Post-Mortem Review merupakan proses evaluasi terhadap progress suatu proyek. Evaluasi yang dilakukan terhadap perencanaan yang telah dibuat baik dari segi biaya, waktu, dan kualitas. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah pengerjaan suatu proyek sudah sesuai dengan target dan rencana awal. Jika terdapat kekurangan, dapat sebagai upaya untuk mengambil langkah perbaikan. Tentunya di sesuaikan dengan kekurangannya.

    Pos-Mortem Review merupakan metode, dimana banyak metode yang serupa dapat dilakukan. Sebagai contoh: dengan menggunakan ms project (ganttchart-resources), milestone, dll. Jika dinilai jarang dilakukan, ada 2 kemungkinan, pertama pimpinan proyek sudah menerapkan bentuk pengendalian lain yang serupa, atau tidak sama sekali melakukan upaya pengendalian. Post-Mortem Review dapat dilakukan kapan saja (fleksibel), tergantung sejauh apa control yang ingin dilakukan. Biasanya dilakukan pada saat selesai melakukan sub-kegiatan atau dilakukan secara umum diakhir selesainya proyek (sebagai upaya perbaikan untuk proyek yang sama tahun berikutnya)

    Mandala A.F
    MMT 2015
    1506696716

    ReplyDelete
  15. 2 Post-mortem review biasanya dilakukan pada akhir sebuah proyek/fase untuk menentukan dan menganalisis kesuksesan sebuah proyek serta menginformasikan mengenai proses perbaikan guna mengurangi resiko di proyek selanjutnya. Cakupan data yang dianalisis dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif misalnya variansi perkiraan waktu proyek dan waktu aktual serta biaya manajemen, sedangkan data kualitatif misalnya kepuasan user. Karena post-mortem ini hanya dilakukan di akhir proyek/fase, maka hanya me-review hasil, bukan proses. Menurut pengalaman saya mengerjakan proyek, kesalahan pada proses justru mendominasi temuan kesalahan.

    Dina Estining Tyas L - 1506696533 - Mantel 2015

    ReplyDelete
  16. Menambahkan jawaban dari pertanyaan 1. Apakah ada hubungan antara rate of return dari masing-masing jenis sumber pendanaan terhadap komposisi modal dan alokasinya?

    Dengan pendanaan debt capital, mengingat sumber dana adalah pinjaman dan biasanya berupa investasi jangka pendek maka rate of return yang dibutuhkan harus tinggi supaya lebih menarik investor.

    Dengan sumber pendanaan equity capital, biasanya digunakan pada proyek yang bertujuan untuk meningkatkan modal dan berupa investasi jangka panjang sehingga memiliki rate of return yang cenderung lebih rendah.

    Terima kasih.
    Fery Andriyanto
    MT 2015

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh cantumkan referensi yang digunakan untuk melengkapai jawaban ini ya...

      Delete
    2. http://articles.elitemanda.com/Financing_Options_For_Mid_Market_Companies.htm
      Demikian saya simpulkan dari halaman tersebut, mohon koreksi jika saya kurang tepat.

      Terima kasih.
      Fery A.

      Delete
  17. Mencoba menjawab pertanyaan nomor 2

    Post mortem review adalah suatu proses reviu yang biasanya dilakukan setelah berakhirnya proyek, tetapi ada juga yang melakukannya pada setiap akhir tahapan dalam proyek. Post mortem review dimaksudkan untuk menilai keberhasilan proyek dan menjadi proses pembelajaran untuk perbaikan proses di masa yang akan datang.

    Post mortem review dimaksudkan untuk perbaikan (improvement) proses dalam proyek dimana akan memitigasi risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan menghasilkan best practice dalam mejalankan proyek sejenis yang akan datang. Setuju dengan pendapat rekan2 di atas, post mortem review jarang dilakukan karena biasanya penilaian keberhasilan proyek hanya berdasarkan hasil yang di dapat, padahal proses untuk mendapatkan hasil tersebut merupakan hal yang penting juga.

    Adhitya Widyatama
    Mantel 2015 (1506696325)

    ReplyDelete
  18. Mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Post mortem review adalah umpan balik (feedback) dari keseluruhan proyek. Biasanya dilakukan ketika proyek sudah berakhir dengan tujuan untuk mengevaluasi target yang telah ditetapkan dan mengetahui hal-hal yang perlu dihindari dan inovasi untuk pelaksanaan proyek sejenis kedepannya. Selain dilakukan di akhir proyek, post mortem review juga dapat dilakukan selama proyek berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui posisi proyek dan antisipasi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan di sisa waktu proyek.
    Diah Kusuma_1506696514_MT 2015

    ReplyDelete
  19. Menjawab pertanyaan no 2

    Post mortem review biasanya dilakukan pada akhir keseluruhan proyek, akan tetapi hal ini juga berguna jika dilakukan di akhir masing-masing phase pada proyek multi phase, merupakan proses evaluasi dan pembelajaran bagi organisasi. Bagaimana hal ini dilakukan? Berikut adalah langkah-langkah untuk menyelenggarakan post mortem yang baik:
    1.Pastikan project post mortem dimasukkan dalam task pada project plan. Apabila dilakukan review rencana proyek di awal proyek, jelaskan konsepnya hingga semua anggota tim tahu apa yang diharapkan di akhir proyek
    2.Pikirkan outcomes dari post mortem
    3.Kembangkan beberapa pertanyaan sebagai guideline. Bacakan pertanyaan tersebut untuk memberikan partisipan sebuah struktur untuk membantu mereka memikirkan isu-isu yang mereka ingin ungkapkan sehingga tidak ada project area yang terlupakan.
    4.Gunakan fasilitator (jika memungkinkan, khususnya untuk proyek besar) sebagai pihak netral, sehingga semua orang mempunyai peran yang sama sebagai partisipan.
    5.Undang partisipan dari semua level dan ingatkan mereka tujuan post mortem ini. Kirimkan pertanyaan terlebih dahulu agar partisipan merasa nyaman dan tau apa yang diharapkan
    6.Nyatakan aturan mainnya bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk perbaikan proyek dimasa depan.
    7.Setelah post mortem diselenggarakan, buat kompilasi laporan dimana tim mendiskusikan proses, mengemukakan major finding dari proyek dan pelajaran apa yang dapat diterapkan oleh tim pada proyek berikutnya. Pastikan semua partisipan menerima draft report ini untuk memastikan apa yang mereka ungkapkan telah menjadi catatan. Laporan final harus mudah diakses oleh semua tim.
    8.Bagikan ‘lessons learned” tersebut dengan organisasi untuk membantu tim proyek kedepan dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan belajar dari kesuksesan dan menghindari kesalahan yang telah dilakukan.

    Mengapa post mortem review jarang dilakukan, karena kebanyakan pimpinan proyek menilai keberhasilan proyek hanya dari sisi hasil yang dicapai dan melupakan satu tahapan penting lainnya yaitu penilaian bagaimana proyek berlangsung dan merupakan tool yang berharga untuk perbaikan yang berkelanjutan.

    Insania Khoiriah (MT 2015)

    ReplyDelete
  20. Mencoba menjawab pertanyaan nomor 2: "Kapan dan bagaimana postmortem review atas proyek dilakukan dan mengapa hal tersebut jarang dilakukan?"

    Dalam suatu proyek terdapat prosedur sebagai berikut:
    - Start On The Right Foot
    - Maintain Momentum
    - Track Progress
    - Make Smart Decision
    - Conduct a postmortem analysis

    Tahapan terakhir manajerial proyek adalah melakukan evaluasi kesuksesan proyek. Final project review atau disebut “postmortem” dilakukan oleh PM dan anggota tim agar menjadi pembelajaran sehingga proyek-proyek selanjutnya dapat diselesaikan dengan lebih baik lagi. Selain itu, semua pengalaman dari anggota proyek perlu didokumentasikan sebagai pengetahuan untuk anggota tim lainnya dalam melaksanakan proyek nantinya.

    Hal ini jarang dilakukan karena terlalu detail. Evaluasi lain yang umum digunakan adalah
    - Performance review. Dalam tipe ini, review dilakukan terhadap kinerja dari organisasi dan kelebihan dari prosedur serta kebijakan yang sudah dijalankan. Hal ini menjadi penting, karena semua itu akan menjadi feedback bagi anggota proyek untuk pembelajaran. Biasanya dalam feedback bersifat lebih jujur dan terbuka.
    - Answer and following questions. Tipe ini biasanya berisi evaluasi tentang kemungkinan proyek untuk mencapai sasarannya, ksesuaian antara perkiraan dengan kenyataan terkait anggaran, ruang lingkup, jadual, dan kualitas. Selain itu, juga mengevaluasi bagaimana tanggapan (kepuasan) client atau sponsor proyek terhadap hasil pekerjaan dari proyek.
    - Manfaat proyek terhadap organisasi. Tipe ini mengevaluasi apakah proyek yang dikerjakan tersebut memberi manfaat kepada organisasi.

    Salah satu artikel bagus terkait postmortem dengan judul “A Defined Process for Project Postmortem Review” dapat dilihat disini.

    Salam,
    Anna Christina Situmorang
    Mantel 2015

    ReplyDelete
  21. 2. Kapan dan bagaimana postmortem review atas proyek dilakukan dan mengapa hal tersebut jarang dilakukan ?

    postmortem review (post audits) merupakan proses review atau audit kinerja suatu proyek sebagaimana sistem budgeting modal adalah aspek yang penting, dan dilakukan secepat mungkin setelah proyek selesai.

    postmortem review (post audits) dapat mengetahui dan menganalisa pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan pada proyek dibandingkan dengan jumlah yang telah diperkirakan pada saat investasi proyek.

    Adapun 3 (tiga) tujuan utama postmortem review (post audits) :
    1. Menentukan apakah rencana tujuan sudah tercapai.
    (apakah proyek berhasil atau tidak ?)
    2. Menentukan apakah diperlukan tindakan perbaikan.
    3. Meningkatkan perkiraan biaya dan perencaaan di waktu yang
    akan datang.

    3 (tiga) langkah efektif melakukan postmortem review (post
    audits) yakni :
    1. Lihat feedback individu melalui daftar pertanyaan
    (questionnaire).
    2. Adakan meeting untuk berbagi feedback.
    3. Buat risalah rapat feedback.

    Langkah ini membuat semua orang terkait berbagi feedback tentang pemahaman proyek dan menjadi pelajaran penting untuk proyek selanjutnya.

    Ade Munandar
    MT 2015

    ReplyDelete

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajementelekomunikasi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.

---

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger