Thursday, October 25, 2012

STUDI KASUS #4: Transformasi Menuju DATA

TRANSFORMASI MENUJU DATA

oleh : Hasnul Suhaimi

Perilaku masyarakat dalam berkomunikasi mengalami perubahan yang radikal dengan kehadiran generasi baru perangkat komunikasi yang mengedepankan layanan Data. Dampaknya pangsa pasar layanan voice dan SMS yang menjadi andalan operator telekomunikasi semakin menunjukkan tanda-tanda kejenuhan.

Dalam kecepatan yang hampir sama para operator telekomunikasi berlomba untuk menyediakan berbagai layanan baru yang berbasis Data guna melengkapi produk dan layanan telekomunikasi konvensional yang sudah ada. Tampaknya hal ini merupakan dampak dari perubahan dinamis yang dipicu oleh permintaan pelanggan terhadap Data yang terus tumbuh untuk mendukung gaya hidup mereka
Gambar 1. Perkembangan Kontribusi Pendapatan sebuah Operator Telekomunikasi Indonesia

Sebuah operator mencatatkan kontribusi pendapatan dari segmen Data yang meningkat tajam di tahun 2011 kemudian mengalokasikan belanja modal sebesar 60% pada tahun 2012 untuk Data atau jaringa 3G miliknya.

Sementara itu menurut sebuah laporan menyebutkan secara industri “the key engines for growth – mobile cellular telephony and emerging markets expansion - have begun to stall”.



Gambar 2. Pertumbuhan Pendapatan Negatif

Dan laporan tersebut juga menyebutkan “the cost of delivering data however is not matched by revenues as revenue and traffic volumes are decoupled in a data-dominant world”.

Gambar 3. Pertumbuhan Revenue tidak mengimbangi pertumbuhan Traffic dan Cost

Gambar 3 di atas menggambarkan situasi yang sangat serius.. Juga mengindikasikan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan para operator telekomunikasi untuk menurunkan biaya delivery dan meningkatkan pendapatan Data pada saat bersamaan. Pada saat ini operator telekomunikasi merasa wajib untuk tetap menyelenggarakan layanan Data di tengah kondisi yang tidak menguntungkan tersebut.

Latihan Bersama

Daftarkan pendapat jitu Anda tentang:
  1. Data apa saja yang diperlukan untuk keperluan analisis di studi kasus ini
  2. Penyebab tingginya cost of delivering data dan rendahnya revenues operator saat ini
  3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan operator telekomunikasi untuk menurun cost of delivering data dan meningkatkan revenues. Berilah sedikit penjelasan tentang hal itu.
  4. Hal yang Anda ketahui tentang metode analisis yang tepat digunakan dalam kasus ini.

Mari kita selesaikan bersama. Bersama kita bisa !!!

Artikel Terkait

48 comments:

  1. pendapat bahwa rendahnya revenue operator pada saat ini adalah salah satunya karena pasar sudah hampir jenuh, saya kira tidak begitu tepat..
    pasar tidak pernah jenuh,karena komunikasi adalah kebutuhan dasar manusia, hanya saja berganti model, seperti yang dipaparkan oleh pak Husni bahwa kedepan pasar akan diisi oleh generasi C (Gen C) yang memandang telekomunikasi dengan sudut pandang yang lebih luas.. jika saja operator jeli melihat ekspektasi yang diharapkan user maka bisnis model mungkin dituntut berubah,, menentukan bisnis model dan jenis layanan *experience* yang akan dijual pada user akan menjadi kunci keberlangsungan operator kedepan....
    delphi mothode untuk melakukan foresight teknologi dan trend user bisa digunakan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih tepatnya pasar layanan suara yang mendekati kejenuhan, coba sama-sama kita perhatikan traffic Minute of Usage Voice dan SMS terkirim 3 Operator besar tanah air berikut ini:

      [im]http://i581.photobucket.com/albums/ss252/jusjambu9a/10-27-201212-21-30PM.png[/im]

      sejak 2009 Minute of Usage Indosat dan XL cenderung stagnan, ada sedikit kenaikan dari pelanggan telkomsel, mungkin diakibatkan oleh promosi layanan suara yg dikenal TM on.

      coba perhatikan juga jumlah sms terkirim telkomsel yang juga stagnan,, apakah kita masih bisa optimis mengatakan bahwa pasar sedang dalam keadaan baik-baik saja?

      Delete
    2. @ibu Prasanti: Komentar yang menarik untuk diperhatikan. Isu tentang pergeseran kebutuhan customer. Sepertinya sejalan dengan komentar sdr. Andi Amrina....

      Boleh diberi penjelasan lebih jauh dong...

      Delete
  2. Ada yang tahu bisnis model yang digunakan operator untuk bisnis DATA saat ini? Kemudian informasi tentang estimasi tentang proporsi volume DATA dari retail dan corporate tentu juga akan sangat membantu. Apakah pendapatan DATA dari retail > corporate?

    ReplyDelete
    Replies
    1. yth Pak Fajar,

      Pada suara kita menghitung traffic dengan menggunakan Erlang.. dan menggunakan asumsi bahwa pelanggan tidak selamanya menduduki sebuah kanal.

      Saya rasa behaviour data berbeda 180 derajat dengan voice.
      Pelanggan menginginkan terhubung 24 jam! always.. Besaran traffic seharusnya diperkirakan bukan dengan berapa lama kanal diduduki, tapi dengan memperkirakan aplikasi apa yang diaktifkan oleh pelanggan selama waktu 24 jam tersebut.

      Bagaimana cara memprediksinya? apakah kita bisa memprediksi dari jenis perangkat pengguna? dan kemampuan perangkat tersebut untuk menjalankan aplikasi?

      Kita butuh data-data perangkat pelanggan.. apakah operator mampu mengidentifikasi jenis perangkat pelanggan dan aplikasi apa yang mereka aktifkan?

      Delete
    2. kalau mengetahui jenis perangkat yang dipergunakan pelanggan, setahu saya selama ini operator sudah bisa melihat dan ada datanya. Namun kalau aplikasi apa yang diaktifkan agak sulit, mau melakukan tapping di sisi mana kira-kira? SGSN atau GGSN atau CSG? apa nanti kerahasiaan pelanggan tidak terproteksi kalau begitu? kalau mau bisa dengan sampling ke cust

      Delete
    3. Pak Fadil dan pak Alief, makasih atas pencerahannya. Sepertinya menemukan new revenue streams lebih menarik daripada membahas isu-isu efiensi deh... Mereka yang tidak efisien cepat atau lambat akan didisiplinkan oleh mekanisme pasar.

      Dari penjelasan yang diberikan memang untuk bisnis DATA ini umumnya masih menjual "pipa" ya.... Dan kalau diperhatikan maka layanan para operator saat ini juga relatif sama. Tidak ada yang mampu membangun sebuah keunggulan kompetitif. Persaingan lebih kepada perang harga. Sekali perusahaan di sebuah industri terlibat perang harga maka sangat sulit untuk melepaskan diri. Kita tahu itu.

      Mari berfikir untuk membuka pasar yang sama sekali baru dan menciptakan layanan tidak mudah untuk dicopy untuk mendapatkan new revenue streams. Layanan tersebut harus bisa memberikan nilai tinggi yang bekelanjutan kepada target market. Membangun loyalitas yang riil. Tidak lagi terbelenggu dengan pemikiran dari sudut pandang operator.

      Sebenarnya ada banyak ide kreatif. Tetapi khabarnya para insan kreatif terlalu sering merasa dirugikan oleh pelanggaran etika bisnis. Betul begitu?

      Delete
    4. Kata kuncinya kita bisa ambil "New Revenue Streams"... Disinilah saya mencoba menyampaikan, bahwa pelanggan data bergerak sejalan dengan semangat internet yang mengharapkan always connected, dimana waktu layanan bukan lagi suatu issue penting pada layanan data.

      Pelanggan hanya akan memilih operator mana yang mampu menghubungkan pelanggan dengan internet sepanjang waktu dengan cost yang paling rendah. sehingga harapan untuk mendapatkan revenue dengan membatasi waktu, kapasitas, dan kecepatan, hanya merupakan solusi sementara saja. Kedepan pelanggan akan terus mencari solusi untuk dapat terus terhubung dengan internet tanpa batasan-batasan tersebut.

      Saya rasa New revenue streams bisa didapatkan dengan meningkatkan nilai bit-bit yang dikirim..

      Delete
    5. model bisnis retail mobile subs dengan corporate pasti berbeda, untuk yang corporate cenderung berjualan secara traditional dengan monthly recurring fee dan operator mengambil margin dari overbooking faktor. sedangkan mobile data subs harus bisa berinovasi lebih dalam rangka menjaring semua profile pelanggan, contihnya paket pro, unlimited, hemat, social, dll
      dari traffic pattern juga berbeda, corporate peak hour pada siang hari sedangkan mobile peak hour pada malam hari
      traffic retail pasti jauh lebih besar mengingat massivenya jumlah pengguna, sederhananya bisa dipakai 21kbps/sub untuk pelanggan broadband.

      untuk data bisa diambil dari network yang ada dan susah sangat komprehensive informasinya, tantangannya bagaimana menjoin data2 tersebut dan mempresentasikan sesuai dengan keinginan

      pelanggaran etika bisnis sering kali disebabkan oleh mekanisme audit dan rekonsiliasi yang tidak akurat, jika ini dibenahi niscaya hal tersebut bukan lagi menjadi kekhawatiran

      Delete
    6. Hanya ingin menambahkan, menurut saya "New Revenue Stream" perlu dibangun yang namanya "trust" dari masyarakat terlebih dahulu. Customer saat ini tidak hanya mencari yang murah, tetapi yang mampu untuk dipercaya menangani jaringan bisnisnya. Ketika "trust" itu sudah didapat, baik teknologi atau aplikasi apapun yang dibangun, masyarakat tidak akan keberatan selama harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas layanan yang ada.

      Sebagai contoh kasus mengenai "trust" adalah operator menjanjikan kecepatan 3G hingga 3.6 Mbps, kita tahu kecepatan tersebut belum dibagi dengan jumlah pengguna. Hal seperti itu jelas bisa mengecewakan customer karena midset yg ada di customer adalah kecepatan internet yg bisa dia gunakan adalah hingga 3.6 Mbps, sekali lagi ini adalah gambaran kasus yang sederhana.

      Mungkin "trust" bisa dibangun dengan komunikasi yang benar antara operator dengan masyarakat, sehingga kesalahan persepsi seperti contoh kasus tersebut dapat dihindari.

      Perkenalkan saya Rinto, mahasiswa Mantel angkatan 2012, salam kenal untuk para suhu di sini dan mohon bimbingannya.. :)

      Delete
    7. @pak Rinto Mantel 2012, makasih, selamat bergabung dan mari berbagi...
      Teori etika bisnis bisa dipakai untuk pertanyaan Anda.

      Delete
    8. Ya pak, etika bisnis dalam hal ini fokusnya mengenai "Individual Rights Approach". Selain di sisi teknologi dan aplikasi, kepuasan konsumen juga merupakan parameter yang menentukan dalam proses bisnis. Bahasa iklan yang cenderung "abu-abu" bisa mengakibatkan kepercayaan terhadap suatu produk menurun dan hampir semua operator selular melakukan hal tersebut. Transparansi produk namun dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan menurut saya perlu diberikan perhatian lebih agar konsumen tidak kecewa setelah membeli produk kita.

      Delete
    9. Kalau boleh sedikit menambahkan mengenai bisnis model yang seperti apa, berikut penjelasannya :

      1. SUBSCRIBER CENTRIC APPROACH
      Fokus kepada pelanggan berupa kompetitif diferensiasi dan loyalitas, model bisnis subscriber centric memungkinkan operator untuk mengoptimalkan pelanggan yang potensial, seperti :
      a.Memberikan kendali kepada pelanggan dan pemesanan layanan yang mudah dengan Subscriber Initiated Provisioning and self-care, hal ini dapat meminimalkan OpEx dari operator
      b.Target pelanggan yang lebih baik dengan diferensiasi penawaran melalui segmentasi pelanggan yang efektif, hal ini memungkinkan Operator untuk mengoptimalkan potensial market dan revenue
      c.Transparansi dan personalisasi melalui interaksi secara real time kepada pelanggan, hal ini memberikan opportunity kepada operator untuk menaikkan penjualan, meningkatkan kepercayaan dan loyalitas

      2. CHARGING MODELS INCORPORATING THIRD PARTIES

      Model pentarifan ini akan sangat membantu operator dalam menghadapi layanan provider OTT, sebenarnya operator dapat menghasilkan keuntungan dari layanan aplikasi third party tersebut dengan cara mengembangkan model bisnis yang menintegrasikan mereka, contohnya : Operator dapat me-monetize OTT dengan Service Passes : akses VoIP bulanan atau akses aplikasi yang lebih spesifik ke Facebook untuk 24 jam kedepan. Operator juga dapat mengintegrasikan penawaran partner dari layanan aplikasi ke dalam paket layanan operator dan penyedia layanan tersebut akan membayar kepada operator karena telah mempromosikan dan menjual layanannya kepada pelanggan

      3. Pengendalian Kebijakan dan Pengtarifan (Policy and Charging Controls),,terdiri dari 3 elemen : konteks, resources dan pricing

      Salam,
      Bangsawan.

      Delete
  3. Menurut saya, penyebab tingginya cost of delivering data bisa jadi karena biaya upgrading capacity dan develop new technology dan modernisasi jaringan.
    Sedangkan penyebab rendahnya revenue operator saat ini bisa jadi karena pergeseran pola penggunaan mobile communication dari voice menjadi mobile data dan SMS. Selain itu tarif layanan data yang dibuat semurah mungkin demi menjaringa pelanggan juga memicu rendahnya pendapatan.
    Beberapa upaya yang dapat dilakukan operator tentunya menurut saya adalah :
    a. Memperbesar kapasitas jaringan dengan menurunkan biaya infrastruktur -> antara lain yang bisa dilakukan adalah upgrade kapasitas, upgrade broadband technologi (LTE), menurunkan biaya operasional tower, managed service contract, infrastruktur sharing
    b. Memanfaatkan kapasitas jaringan secara maksimal -> dilakukan dengan memeberikan kapasitas maksimum secara sektoral ke area pelanggan yang benar-benar "haus" akan trafik data.
    c. menerapkan pola tarif yang 'Smart' -> memberlakukan tarif berdasarkan jam sibuk, content, kualitas dan lainya juga dengan mengarahkan agar pelanggan menggunakan trafik pada jam-jam non sibuk, dan memberikan harga yang lebih mahal pada saat pemakaian di jam-jam yang sibuk. Bisa juga dilakukan dengan membuat program yang memancing pelanggan yang tidak potensial untuk lebih potensial lagi dengan berbagai promo.
    d. Melakukan explorasi lagi untuk bisnis Mobile Data Services -> contohnya : hospitality, transportation area, wellness, micro finance/payment, mobile advertising, online shop, enterprise services.

    ReplyDelete
    Replies
    1. a. Upgrade teknologi ke LTE membutuhkan investasi, dari sisi investor, janji apa yg kira-kira bisa saya dapatkan dengan upgrading teknologi ini.. seberapa besar kepastiannya pendapatan akan bertambah..

      ingat bahwa harga jual data masih terus turun, kompetitor bisa saja nekat menurunkan harga lebih drastis lagi jika biaya infrastruktur mereka bisa murah (juga).

      b. ini bisa berarti pengembangan teknologi dilakukan di kota-kota besar saja.. usul yang baik untuk melakukan investasi tepat sasaran.

      C. Pada network data, busy hour bisa saja berubah.. karena saya bisa lakukan download sambil tidur... pelanggan menginginkan terkoneksi 24 jam.. saya bisa mengasumsikan, pada data,, traffic dapat loading (busy hour) sepanjang hari 24 jam jika dimungkinkan.. apakah pengaturan charging berdasarkan busy hour benar bisa di aplikasikan?

      d. M2M bisa menyebabkan Traffic bertambah/tumbuh, namun pertumbuhannya tidak inline dengan pendapatan.. jangan buru-buru meningkatkan traffic sebelum mendapatkan bisnis model yang tepat..

      Delete
    2. a. Operator mau tidak mau memang harus upgrade ke teknologi terbaru agar tidak ketinggalan dengan kompetitor. Selain memang untuk menambah kapasitas, hal ini juga mempengaruhi reputasi produk dihadapan publik/customer. Dalam hal ini pilihan tertuju pada LTE atau Wimax.
      b. Area yg haus akan data tentunya kota besar, namun bagaimana dengan nasib pedesaan, apakah akan diterlantarkan?
      c. Penerapan tarif yang smart sudah dilakukan oleh operator "si biru", bahkan tarifnya bisa berbeda untuk region atau POC yang berbeda. Tapi peraturan tarif yang terlalu banyak apa tidak justru membuat customer pusing?
      d. mungkin lebih eksplorasi ke arah VAS-nya ya. Kompetisi antar operator urutannya adalah perang harga, perang kualitas, kemudian perang konten (VAS). What next?... butuh foresight yang jitu untuk hal ini

      Delete
    3. Ulasan yang bagus. Untuk memperkuat atau membuktikan argumen Anda, coba cari operator dari negara lain yang mungkin memiliki tendensi yang anomali dari Gambar 1, 2, dan 3.

      Delete
  4. Yth Pak Hasnul.

    Ketika saya membuka portal berita online (sebagai contoh), saya hanya ingin membaca beberapa artikel yang menarik yang saya ingin ketahui saja. Namun kemudian halaman website menampilkan terlalu banyak informasi yang penting maupun tidak penting.

    Saya punya analogi: saya hanya memesan sebuah kursi kecil kepada sebuah toko, pesanan saya datang dengan sebuah truk besar membawa semua isi toko dan kemudian semua barang tersebut dihamparkan dihalaman rumah saya "kali-kali aja saya minat membeli".

    dari analogi tersebut: pembeli adalah saya, operator telco adalah penyedia jasa angkut (truck), dan toko adalah content provider.

    Pertanyaan saya, apakah saya sebagai pembeli harus menanggung biaya delivery pengiriman tersebut? saya pasti akan merasa kemahalan... Saya merasa adil jika hanya membayar biaya delivery kursi saya saja.

    lalu siapakah yang menanggung biayanya? ok jika pelanggan dibebankan informasi yang mereka perlukan, namun kondisi saat ini content provider dengan suka hati tidak mau mengambil beban pengiriman load yang tidak penting tersebut, padahal jelas merekalah yang punya kepentingan dari data-data tersebut.

    Jadi penyebab tingginya cost delivery dan rendahnya pendapatan operator adalah karena operator harus menanggung biaya cost delivery data yang terkirim diluar yang diinginkan pelanggan.. sedang pelanggan menginginkan mereka ditarifkan wajar terhadap informasi yang mereka butuhkan.

    Harus ada perubahan bisnis model dan metode charging, agar operator tidak menjadi object penderita.. namun kita juga tidak bisa melawan/merubah/membatasi behaviour yang ada di Internet.. inilah tantangannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kira-kira usulannya adalah efisiensi biaya ya pak.... Boleh kasi konkritnya seperti apa dong :)

      Delete
    2. Lebih tepatnya Cost Sharing ya.

      Saya melihat upaya ini sudah ada dan sudah dilakukan, walau dapat tentangan.

      Saya berharap ada jalan tengahnya.. apakah content provider benar-benar harus angkat tangan dalam masalah ini dan tidak peduli? padahal mereka punya kepentingan.

      Namun, mengingat sebenarnya content provider merupakan industri kreatif sebagai traffic generator. Agak sayang juga jika kita menakut-nakuti mereka dengan berbagai biaya.

      Jika cost sharing tidak dimungkinkan sebaiknya kita fokus bagaimana menurunkan biaya network..

      Apa ada yang punya pendapat? penting mana membiarkan biaya network mahal dan kemudian menanggungnya beramai-ramai, atau kita tekan biaya networknya sehingga biaya ini dapat di tanggung oleh operator saja atau pelanggan saja?

      Delete
    3. setuju dengan masukan mas fadil

      beban tersebut harus di sharing dengan OTT luar negeri, dan ini harus diundang2kan. pemerintah indonesia harus tegas dan berani menelurkan undang-undang tersebut. lihat saja china yang berani memproteksi warganya dari facebook dan google, karna mereka pintar dan tau bahwa mereka hanya akan menikmati remeh dari kue revenue yang besar

      kemudian harus dibangun kemandirian kontent yang digenerate secara lokal oleh bangsa indonesia

      permsalahan tersebut sudah ada samplenya, tinggal pemerintah mau jalan yang mana??

      Delete
    4. Saat ini ada wacana agar OTT player tidak saja menikmati revenue di atas jaringan yg dibangun operator, tetapi OTT juga diminta ikut membangun jaringannya di Indonesia..untuk lengkapnya silakan lihat link berikut: bit.ly/AjxbPG


      Mengenai wacana regulasi interkoneksi antara operator dengan OTT apa ada yang tau sudah sampai dimana perkembangannya?

      Delete
  5. Fenomena seperti yang digambarkan pada Gambar 3 merupakan fenomena yang jamak terjadi di berbagai negara di penjuru dunia, terutama negara berkembang. Salah satu hal yang menyebabkan tingginya cost of delivering data adalah biaya interkoneksi IP yang ditanggung operator. Berbeda dengan interkoneksi suara, pada interkoneksi IP (untuk layanan berbasis data) hanya terdapat 2 jenis interkoneksi : transit atau peering, dimana keduanya menggunakan mekanisme pasar. Biaya interkoneksi biasanya timbul ketika terjadi transaksi jenis transit, dimana ISP/NAP yang berada pada tier yang lebih rendah harus membayar biaya interkoneksi IP kepada tier yang lebih tinggi, biasanya terjadi pada interkoneksi internasional. Bagi ISP/NAP pada negara berkembang hal ini 'merugikan' karena para pelanggan cenderung menginginkan content-content yang mengharuskan terjadinya interkoneksi internasional dengan pemilik tier yang lebih tinggi sehingga biaya interkoneksi IP (jenis transit) membengkak. Biaya interkoneksi tersebut tentunya tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada user karena akan mengakibatkan tarif yang kurang kompetitif, sehingga selisih antara biaya yang harus ditanggung dan biaya yang dibayarkan user ditanggung oleh operator.

    Untuk meningkatkan revenue dari bisnis data, diperlukan sebuah 'disruptive innovation' yang menciptakan suatu pasar baru dengan value proposition yang sama sekali baru dan berbeda. Dengan mengubah bagaimana value chain bekerja saat ini, dapat mengubah behaviour system secara keseluruhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada banyak biaya yang dibebankan kepada pelanggan, dimana biaya itu tidak sebanding dengan layanan yang diterima oleh pelanggan, pelanggan menuntut keadilan dan keseimbangan pada data charging..
      Pembebanan kepada operator tentu bisa dilakukan selama operator tersebut sanggup menempatkannya sebagai biaya operasional..

      Jika masalah ini terjadi secara global, apakah mungkin kita mengubah value chain yang ada pada skala lokal? Mohon penjelasan bagaimana solusi ini bisa dimungkinkan.

      Delete
  6. Daftarkan pendapat jitu Anda tentang:

    Data apa saja yang diperlukan untuk keperluan analisis di studi kasus ini

    integrated data yang dijoin dari beberapa informasi GGSN GCDR (berisi profile data pelanggan dari network) + CDR dari traffic diameter (berisi profile charging dan paket pelanggan) + traffic pelanggan + CRM (berisi data prfile pelanggan)
    dari data end to end tersebut kita bisa membuat banyak sekali analisis dan kesimpulan untuk jawaban no.2/3/4

    Penyebab tingginya cost of delivering data dan rendahnya revenues operator saat ini

    cost untuk PS core relative jauh lebih kecil dibanding transmisi dan radio. dengan kapasitas platform yang besar dan interfaceyang besar dan beberapa inovasi serta
    initiative untuk reduce cost dan optimize ps core solution bisa banyak dilakukan, sehingga TCO relative kecil.
    Investasi yang sangat besar adalah disisi radio untuk menggelar LTE/HSDPS/HSPA. licensing scheme yang menjerat operator,
    biaya pembangunan infrastruktur fiber optik sampai ke nodeB/eNodeB, dan operasionalisasi di lapangan.
    rendanhnya revenue disebabkan oleh beberapa hal:
    - operator terjebak dengan peang pipa termurah, harusnya operator bisa memonetize setiap tipe traffic yang lewat, untuk ini diperlukan sistem charging dan perangkat DPI (deep packet inspection) yang handal\
    - volume orang berkomunikasi cenderung tetap tetapi medianya bermacam2, trend sekarang berpindah dari sms/voice ke messaging/email/facebook/twitter dll yang lebih kaya akan user experience, karena akses tersebut dibundling dalam satu pipa dan berharga sama, maka revenue akan terus tergerus
    - indonesia terkenal dengan tingkat fraud yang tinggi, orang indonesia sensitif terhadap harga, dan cenderung tidak loyal dan suka yang gratisan, jadinya banyak abuse dan fraud yang menyebabkan revenue turun traffic naik
    - jarang sekali inovasi paket yang melibatkan cross bundling antara sms, voice dan data, karena keterbatasan kemampuan billing system
    - kedepannya operator harus bisa bertransformasi sebagai OTT player dan head to head dengan OTT player yang lain seperti google dan apple

    Upaya-upaya yang dapat dilakukan operator telekomunikasi untuk menurun cost of delivering data dan meningkatkan revenues. Berilah sedikit penjelasan tentang hal itu.
    dua hal yang bisa dilakukan: increase revenue dan cost saving
    increase revenue:
    - menjadi OTT player: mobile ads, mobile money, mobile merchant, mobile payment, mobile apps, mobile...
    - build a human network: feel what customer feel, hear what customer hear and see what customer see, then act according to they need!
    - grab the new wave of customer: machine to machine!

    cost saving:
    - cegah data fraud! faktanya 22% traffic operator merupakan traffic fraud.
    - invest pada hal yang tepat: rich and robust data charging, diameter signalling, DPI, fiber optic, all ip network
    - optimize..optimize..optimize..becaue too many unsynchronized projects might kill operators

    ReplyDelete
    Replies
    1. Achieve targets and comprehensive answer.

      Delete
    2. Pak Hendra, makasih untuk penjelasannya. Dari sini persoalan rasanya bisa mulai terurai....

      Kalau boleh sedikit penjelasan tentang pengertian data fraud yang dimaksud dong.... sekali lagi makasih.

      Delete
    3. Pak Hendra mengarahkan operator menjadi OTT Player..
      Apakah ini akan menjadi blue ocean bagi operator ataukah ini akan menjadi pertempuran baru bagi operator? Bukankah pemainnya akan semakin banyak? dan tak hanya pemain-pemain di telekomunikasi, tapi jika kita bicara jasa keuangan, maka pilihan ini akan menghadapkan operator head to head dengan jasa perbankan yang jauh lebih berpengalaman dengan e-banking dan solusi pembayaran..

      Delete
    4. Yth, Pak Fajar. Fraud ini ada dua jenis, kalo di telco biasanya yang dioprek oleh fraudsters itu QoS dan chargingnya. QoS dioprek bagaimana caranya setalh di throttle speednya bisa kemabli maksimum walupun quota habis, charging gimana caranya mendapatakan akses gratis dengan kartu yang masa tenggang atau low balance. failure di QoS ini disebabkan oleh mekanisme dan implementasi signalling diameter yang tidak sempurna sedangkan yang akses gratis bisa dilakuakn dengan banyak cara, yang palings sering dilakukan adalah dengan membuat tunnel+url masking dengan website yabng diset free rating di GGSN.

      Delete
    5. Yth pak Fadil.
      kalau menurut saya menjadi OTT player kedepannya bagi operator adalah suatu keharusan, kalau engga akan tergerus oleh pemain2 lain, sekarang ini voice sudah menjadi komoditi dan pada suatu saat data juga akan menjadi komoditi, dan pada saat itu jika operator belum bertransformasi maka operator hanya akan gigit jari dan menunggu waktu untuk dimakamkan :)
      pemain memang banyak, yang menang yang paling kuat tahan nafas dan yang paling inovatif. intinya bagaimana mengikat pelanggan secara emotional sehingga mereka menjadi militan dengan produk operator.
      dunia It semakin ke telco dan telco semakin ke IT, operator lambat laun akan bertarung diring yang sama dengan google, facebook dan lain2.
      mobile banking dan jasa keunganan yang semakin mobile lainnya kedepannya akan menjadi kebutuhan, bank tidak mempunyai infrastructur untuk meraih pelanggan, sedangkan telco operator bisa, untuk pengalaman banking itu bisa didevelop dan bisa diusahakan..istilahnya ada cost experience yang harus dikeluarkan..demikian menurut teori inovasinya pak surya :)

      Delete
  7. Sebetulnya dengan melihat data grapik ARPU Indonesia yang terus turun dan Penetrasi pasar wireless yang penetrasinya pada tahun 2013 sudah diatas 100%(source:Global wireless 3Q11).
    Mengindikasikan:
    1. Operator Indonesia bersetrategi "cost leadership", artinya menawarkan layanan dengan harga murah, sehingga harga modal dan harga jual ke pelanggan makin tipis. sehingga untuk mendapatkan untung operator harus meningkatkan jumlah pelanggan. Akan tetapi di karenakan penetrasi sudah mendekati 100% maka operator akan sulit untuk mendapatkan pelanggan sangat baru(pelanggan tampa experient dari operator lain) sehingga yang sangata mungkin merebut pelanggan dari operator lain baik dengan terus melakukan promo harga dan meningkat layanan tambahan dengan salah satu contoh meningkatkan investasi infrastruksi data. Akibat dari strategi ini terjadinya penurunan keuntungan bersih. Salah satu contoh akibat dari ini, semua operator FWA mengalami kerugian, salah satu operator 3 besar mengalami kerugian di Q1.
    2. Solusi yang mungkin di lakukan untuk menanggulangi turunnya pendapatan, beban yang meningkat dan kebutuhan akan teknologi ialah:

    Step pertama: Sharing Infrastruktur secara keseluruhan, sehingga di satu area yang terdapat 5 operator selular cukup hanya ada 2-3 infrastruktur selular.

    Step Kedua: Integrasi Herizontal,shingga bisnis operator yang sharing infrastruktur tidak saling bersaing. (cth: operator A: Suara dan SMS, Operator B: Data dan Operator C: Sebagai pengelola Infrastruktur)

    Step Ketiga: Pembentukan MVNO(Mobile Virtual Network Operator) dan MNO (Mobile Network Operator), Setelah step ini maka pengembangan teknologi Generasi ke 4 seperti LTE akan lebih murah dan mudah, di karenakan Biaya Opex dan CAPEX telah tersharing dan juga kanal yang tersedia akan lebih besar dan efisien

    Ini Pendapat saya,
    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rasa untuk step pertama dan kedua sudah dilakukan, saat ini konsep tower bersama sudah ada dan perusahaan-perusahaan infrastruktur perkembangannya juga cukup baik, beberapa diantaranya sudah melakukan IPO untuk menjadi perusahaan public.

      Salah satu anak perusahaan BUMN dibidang infrastruktur telekomunikasi bahkan sudah bisa menargetkan pendapatan yang fantastis hingga 1 Triliun.

      Ketika integrasi horizontal dilakukan dengan membentuk spesialisasi usaha, a, b, atau c. pertanyaan saya apakah ada operator yang mau mengambil posisi sebagai operator A (suara dan SMS) dengan kondisi market yang sedang turun? Semuanya pasti inginkan posisi pada pasar yang menguntungkan dan sedang tumbuh.

      Delete
    2. Sebetulanya hanya ada ada satu operator yang menjalin wireless bersama dg operator A sedangkan dengan operator B melakukan bts bersama(dalam satu bts ada dua operator). sayangnya kerjasama.ini.tidak bisa berjalan dg bagus di kedua operator memperebutkan pasar yg sama. Dan juga wilayahnya sangat terbatas. yg di maksud dg step 1, ialah saling menggunakan infrastruktur bersama secara menyeluruh. dan sifatnya bukan antara penyewa dan yg di sewa. akan tetapi joint ventur.
      sedangkan step kedua belum ada, karena sifatnya menslaraskan strategi bisnis, agar antar operator yg melakukan sharing infrastruktur tidak saling bersaing.
      kalo masalah voice dan sms yg menurun sipa yg mau jualan!! itu salah... yg menurun ialah biaya percakapan bukan lama percakapan... maka dg sharing beban biaya percakapan akan menurun.
      Sebetulnya jika ingin melihat seperti apa operator seluler kedepan... maka lihat lah fwa... di awali kerugian operator kecil kemudian.diakhir 2011 semua opertor fwa merugi. makanya jika tidak ada perubahan strategi dari opertor seluler maka yg merugi bukan hanya opertor 2-3 operator...melainkan semuanya...

      Delete
    3. Saya kalau boleh tidak setuju dengan statement pak daniel yang mengatakan hanya biaya percakapan yang menurun, dan bukan lama percakapan..

      Datanya sudah saya sampaikan pada komen sebelumnya, mohon izin saya untuk memasukkan lagi grafik sebelumnya, sama-sama kita perhatikan jumlah traffic suara dalam 4 Tahun terakhir. saya remark khususnya (XL dan Indosat), dan juga Jumlah SMS Telkomsel yg terkirim.. (sumber: Laporan Tahunan Operator Seluler 2005-2011)

      [im]http://i581.photobucket.com/albums/ss252/jusjambu9a/10-27-201212-21-30PM.png[/im]

      Gambar diatas menunjukkan lama percakapan (dalam Menit), dengan grafik tersebut saya kalau boleh membela dan mempertahankan pendapat saya, "bahwa pelanggan suara telah memiliki alternatif komunikasi selain melakukan panggilan suara ataupun sms"

      Lain waktu kita coba fokuskan analisis pada pasar FWA, tapi dengan merujuk kepada data 3 operator besar yang ditunjukkan pada grafik diatas, kerugian operator FWA memiliki hubungan erat dengan jenuhnya demand layanan suara dan sms..

      Kebutuhan pasar sudah berubah! Biaya percakapan yang murah mungkin saja tak lebih hanya sebagai strategi bertahan agar trafik percakapan tidak terus turun..

      Delete
  8. Menanggapi tulisan Pak Hasnul:
    1. Data yang diperlukan:
    a. Berapa Mb/hari rata-rata per orang download dan upload data?
    b. Berapa kecepatan download dan upload yang wajar
    c. Domisili pelanggan dan tempat bekerjanya atau tempat yang sering dikunjungi (mall/café)
    d. Kapan dan dimana pelanggan lebih sering men-download dan meng-upload data?
    e. Dari data tsb, berapa yang didownload dan upload melalui mobile network dan berapa yang melalui WiFi di kantor atau di rumah?
    f. Berapa pelanggan yang menggunakan smartphone (dilengkapi WiFi)
    Dari data-data ini diharapkan kita mendapatkan berapa pasar, berapa kapasitas yang kita bangun, dimana kita membangunnya dan dengan sistem/teknologi apa kita melayaninya.

    2. Penyebab tingginya cost of delivery data dan rendahnya revenue operator saat ini antara lain adalah karena mahalnya biaya investasi perangkat node-B, biaya frekuensi, biaya operasi (seperti listrik dan sewa lahan/tempat, terutama di gedung perkantoran atau mall) dan tingginya biaya pemeliharaan ke vendor.

    3. Upaya operator untuk menurunkan cost of delivery data dan meningkatkan revenue antara lain adalah dengan melakukan WiFi off load. Operator seluler membangun hotspot dan metro-e atau bekerja sama dengan operator metro-e (penyelenggara layanan IP-MPLS melalui fiber optik). Ketika pelanggan dengan smartphone berada di area yang tercakup hotspot/WiFi dengan SSID operator langganannya, maka komunikasi data langsung berpindah menggunakan WiFi (router mengenali pelanggan dan secara otomatis login ke jaringan WiFi tsb). Dengan cara ini, operator tidak perlu membangun node-B/BTS khususnya di setiap gedung. Revenue didapat dengan cara membundling paket datanya dengan WiFi Offload ini. Dengan membayar paket seharga tertentu, selain gratis layanan data melalui jaringan seluler, akan mendapatkan fasilitas gratis menggunakan hotspot disetiap mall, gedung, hotel atau di jalanan (khususnya di tempat-tempat macet) serta komplek perumahan. Dengan cara seperti ini, diharapkan biaya pembangunan jaringan node-B/BTS dapat ditekan.

    Biaya investasi WiFi off load ini dibandingkan dengan investasi node-B/BTS tentu jauh lebih murah. Hal ini bisa dianalisa secara logika saja, bahwa fiber optik memang tetap dibutuhkan dengan atau tanpa node-B/BTS. Tetapi, kalau kita membangun Hotspot/WiFi, cukup fiber optik dan wireless LAN/router serta switch dan repeater, tidak perlu node-B. Harga peralatan WiFi/router dan switch tentu jauh lebih murah dari node-B/BTS. Dengan WiFi, operator tidak perlu dipusingkan dengan masalah keterbatasan frekuensi yang dimiliki, karena WiFi beroperasi di frekuensi license free. Belum lagi sewa tempat/space di gedung. Biasanya pihak building management, kalau mereka tahu space yang disewa untuk ditempatkan untuk BTS/node-B, maka mereka akan men-charge lebih mahal, setidaknya kalau dibandingkan dengan hanya menaruh WiFi router. WiFi router membutuhkan space lebih kecil ketimbang node-B/BTS. Satu hal lagi, operator tidak perlu pusing dengan biaya pemeliharaan atau maintenance contract (berikut spare partnya) ke vendor, karena WiFi ini murah dan relatif maintenance free. Dengan cara seperti ini, diharapkan cost dapat ditekan dan profitability menjadi naik.
    Data-data dari jawaban no. 1 bisa kita gunakan untuk profiling pelanggan dan dimana kita harus membangun hotspot (bukan node-B/BTS).
    Cara lain adalah, jika aplikasi sudah memungkinkan, operator bisa menyisipkan iklan ketika pelanggannya sedang browsing. Misalnya, ketika pelanggan membuka website google atau facebook, akan muncul iklan atau running text di atas atau di bawah website yang sedang dibuka. Iklan ini seolah-olah muncul di halaman google atau facebook, tapi tidak menimpa atau menutupi, hanya sedikit memperkecil tampilan google atau facebook. Pemasangan iklan ini tentu melalui operator, bukan ke OTT. Kalau ini terjadi, OTT akan rebutan pangsa iklan dengan operator
    4. Metode analisis yang tepat, mungkin analisa TCO (total cost ownership) antara membangun node-B/BTS dan WiFi/hotspot dan ROI (return on investment).

    Salam
    Azwani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon izin pak Azwani, sedikit mengomentari :
      1. Mohon penjelasan mengenai mahal nya biaya frekuensi (baca :BHP Frek Radio), parameter yg digunakan seperti apa dan bagaimana menganalisa nya bahwa nilai tersebut adalah murah/mahal/sedang-sedang saja
      2. Mengenai konsep WiFi, apakah ini bisa diimplementasikan di seluruh wilayah layanan yg potensial terhadap layanan data? Mengingat regulasi yg ada skrng di Indonesia utk class license terdapat batasan-batasan teknis seperti daya pancar yg kecil dan tidak saling mengganggu, mengingat prinsip pemakaian frekuensi ini sifatnya sharing, bagaimana bapak melakukan proteksi terhadap pelanggan jika ada gangguan dari luar (mis 2,4 dan 5,8 GHz), kita ketahui bersama pengguna class license ini sangat banyak pak, kira-kira bagaimana kedepannya jika operator menggunakan konsep ini.

      3. Sebagai konsumen yg memakai wifi salah satu operator, sy masih sangat minim menemukan peta penggunaan wifi ini, bagaimana caranya saya menemukan wifi yg sdh terinstall oleh operator yg bersangkutan,

      Thanks pak Azwani.

      Delete
  9. Menurut pendapat saya, penyebab tingginya cost of delivering data adalah karena biaya develop new technology .Tergerusnya pendapatan operator juga disebabkan beberapa faktor,antara lain geliat persaingan operator seluler yang ketat dan pertumbuhan pelanggan yang tak lagi melaju kencang. Karena itu, beberapa perusahaan jasa telekomunikasi mengubah strateginya. tentang pentarifan layanan data yang dibuat semurah mungkin demi menggaet pelanggan juga memicu rendahnya revenue perusahaan.Sedangkan penyebab rendahnya revenue operator saat ini bisa jadi karena pergeseran pola hidup masyarakat pengguna mobile communication dari voice menjadi mobile data dan SMS dimana seperti yang kita semua tahu orang lebih suka untuk sms atau bbm ketimbang menelfon.Pendapatan beberapa operator seluler di Indonesia tercatat terus menurun. Penyebabnya, tingkat penetrasi sudah tinggi, pasar menuju saturasi, penurunan revenue dari layanan suara lebih cepat daripada yang diperkirakan.Turunnya pendapatan juga terjadi pada konten berupa value added service atau layanan nilai tambah. Seperti diketahui, layanan tersebut dihentikan sejak 18 Oktober 2011 seiring meluasnya kasus penyedotan pulsa.Rendahnya permintaan konsumen terhadap layanan suara dan pesan singkat terlihat dari pendapatan para operator telekomunikasi. Disebutkan, pendapatan suara dan short message service (SMS) kalau digabungkan mengalami penurunan sebesar 5-10 persen. Sementara itu, layanan data menjadi tumpuan karena naik sangat tajam. Dari revenue, terlihat ada lonjakan hampir 50 persen kalau dibandingkan dengan tahun lalu.Rendahnya pertumbuhan omzet suara dan SMS tersebut juga disebabkan oleh turunnya daya beli konsumen yang dihitung berdasar ARPU (average revenue per user). Yakni, uang yang digunakan untuk membeli layanan dalam periode sebulan. Turunnya ARPU tersebut berdasar perhitungan jumlah pendapatan dibagi total pelanggan. Ada kecenderungan sedikit turun karena pelanggan baru memiliki daya beli rendah jika dibandingkan dengan pelanggan lama.

    ReplyDelete
  10. Lanjutan :
    Dengan demikian, akhir tahun ini industri telekomunikasi bisa membukukan jumlah pelanggan sekitar 240 juta. Sekarang penetrasi pelanggan berdasar SIM card yang terjual sudah seratus persen. Jadi, diperkirakan pada 2012, pertumbuhan pelanggan akan melambat,Secara keseluruhan peluang industri telekomunikasi pada 2012 masih terbuka luas. Terutama, pemakaian layanan data akan meningkat pesat. Saat ini tingkat penetrasi pelanggan data dan pemakaian masih rendah. Karena itu, persaingan masih tetap akan ketat, khususnya layanan data. ”Seiring dengan itu, operator akan menyiapkan investasi yang relatif besar. Karena untuk menunjang layanan data, harus ada infrastruktur pendukung berupa jaringan dengan kapasitas besar yang memerlukan biaya tinggi,Kendati demikian, tidak mudah untuk menambah infrastruktur. Untuk membangun infrastruktur layanan data, dibutuhkan dana yang tidak sedikit, salah satunya kebutuhan saluran serat optik yang ditanggung operator. Padahal, di beberapa negara lain, saluran serat optik merupakan sarana yang pengembangannya didukung oleh pemerintah. Selain itu, ketersediaan alokasi frekuensi yang terbatas sehingga penambahan kapasitas data suatu saat tidak dapat dilakukan lagi.Dengan tetap optimistis saya yakin pasar telekomunikasi tanah air masih menjanjikan. Terutama, populasi penduduk usia muda antara 15-44 tahun cukup tinggi dengan persentase mencapai 49 persen di antara total penduduk sebanyak 240 juta jiwa. Ditambah, pendapatan per kapita menembus USD 3 ribu, sebesar 56,5 persen penduduk mengeluarkan belanja USD 4-5 per hari. Usia-usia itulah yang akan banyak berbelanja untuk kebutuhan telekomunikasi.Sektor telekomunikasi punya peran vital untuk menyinergikan semua sektor bisnis sekaligus mengefisienkan gerak perekonomian, tambahnya. Diterangkan, telekomunikasi sebagai satu kesatuan dalam industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki peranan penting dalam pergerakan ekonomi. Setiap sepuluh persen pertumbuhan broadband bisa memicu 1,38 persen pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).Meski demikian,ada tiga tantangan besar dalam perusahaan telekomunikasi ke depan. Yang pertama adalah bagaimana meningkatkan ARPU dan revenue. Dalam hal ini, peran industri telekomunikasi harus berubah dari network provider ke platform provider. Dikatakan, dengan menjadi platform provider, perusahaan telekomunikasi berupaya berekspansi dengan menyediakan solusi terhadap para pelaku bisnis.Misalnya, menggandeng dunia bisnis broadcasting, finance, dan industri yang lainnya. Rantai value yang bisa ditawarkan, antara lain, konten, jaringan, dan terminal dalam satu platform. Sudah saatnya industri telekomunikasi mengimplementasikan sebuah multi-mode business model dan me-maintenance dominasi industri serta memperkuat distribution footprints-nya,Operator juga perlu melakukan optimalisasi cost dan operasional dengan melihat peluang konsolidasi indust

    ReplyDelete
  11. Assalamu'alaykum wr.wb.,

    Salam hormat Pak Hasnul,
    to the point saja Pak, apabila melihat ketiga gambar diatas, sepertinya apa yang dipasarkan oleh operator telekomunikasi pada saat ini tidak 'match' dengan kebutuhan pasar.
    Kalau boleh kami bertanya apakah mungkin ini merupakan kesalahan dari operator kita dalam membaca kebutuhan pasar yang sesungguhnya pada saat ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. @pak Andi Amrina, boleh lebih spesifik tentang produk yang dipasarkan operator dengan kebutuhan pasar yang dimaksud, agar dapat didiskusikan lebih jauh... Ini menarik.

      Delete
  12. Jangan lupa ada faktor eksternal lainnya yang turut andil dalam memperbesar trafik data, diantaranya
    1. Kemampuan hardware dan software smartphone yang meningkat sangat cepat, tidak sebanding dengan percepatan kecepatan transfer data pada kanal seluler. Sebagai pengguna, tentunya selalu ingin memaksimalkan kemampuan gadget-nya dan menuntut kecepatan koneksi data yang tinggi. Bahkan saya yakin LTE pun tak akan mampu mengikuti perkembangan kecepatan smartphone nanti.

    2. Semakin variatif-nya konten internet: Video/audio streaming dan membanjirnya iklan yang memang menjadi target pendapatan konten provider. Seperti pendapat Fadil, pengguna mungkin hanya memerlukan informasi tertentu saja, namun tak mampu menolak semua transfer data dari konten provider.

    Dua hal tersebut sudah sudah semestinya diantisipasi oleh operator, diantaranya:
    1. Memaksimalkan low cost & higher bandwidth wireless connection, seperti WiFi hotspot dengan autentifikasi/billing operator, namun harus tetap fair charge karena akses Wifi jauh lebih murah dibanding kanal GSM. (sepertinya perlu juga melihat regulasi WiFi peruntukan komersial)
    2. Melakukan filter iklan, atau bahkan bekerjasama dengan penyelenggara iklan sehingga dapat menumpangkan layanan iklan sendiri untuk memberikan tambahan pendapatan dari VAS iklan.

    Tren trafik data akan terus meningkat namun tetap tidak sebanding dengan peningkatan kemampuan pengguna (kesediaan membayar), perlu disiasati oleh operator dengan mengkombinasikan akses data seluler (premium cost) dan akses data WiFi (low cost) sehingga akan terjadi kesetimbangan baru.
    Dengan mengamati kondisi pengguna saat ini untuk layanan koneksi data, portabilitas masih jauh lebih penting jika dibanding dengan mobilitas.

    ReplyDelete
  13. Sedikit sharing tanggapan tentang pointer ketiga :

    Upaya-upaya yang dapat dilakukan operator telekomunikasi untuk menurun cost of delivering data dan meningkatkan revenues.

    Salah satu cara yang paling signifikan untuk keseluruhan operator adalah dengan adanya kesetaraan (perlakuan yang sama - pricing, QoS, Time of Delivery, ketersediaan jaringan) dalam fasilitas penyewaan backhaul dan / atau backbone layanan berbasis Data ke operator dominan.

    Hal ini akan berimplikasi besar pada efisiensi sehingga para operator konsentrasi terhadap pengembangan layanan dan pangsa pasar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @pak Herdian, apakah fenomena seperti gambar 3 juga terjadi di operator TV cable yang juga memberi layanan akses internet...

      Delete
  14. Semua layanan akan berbasis data di masa yang akan datang. Semua content pun akan dilewatkan data. Untuk itu infrastruktur operator haruslah yang hanya menunjang data.

    Salah satu mekanisme menurunkan cost adalah dengan berFOKUS pada teknologi yang berbasis data. Semua layanan di luar data harus di bawa ke layanan data (over data). Filosofinya seperti defini focus oleh steve jobs :"People think focus means saying yes to the thing you’ve got to focus on. But that’s not what it means at all. It means (also) saying no to the hundred other good ideas that there are. You have to pick carefully. I’m actually as proud of the things we haven’t done as the things we have done.”

    Untuk revenue, filosofinya seperti teori Chris Anderson "gratis" : jika harga sebuah barang/jasa mengalami penurunan berkelanjutan setiap tahun maka tidak terelakkan lagi barang/jasa tersebut untuk digratiskan. Jadi kedepannya untuk layanan sewa jaringan data sebaiknya diGRATISkan. Revenue di dorong lebih ke manfaat yang dirasakan oleh pelanggan. Manfaat yang dikorelasikan dengan content yang digunakan. Misalnya saat ini pelanggan menggunakan data untuk :
    mail, messenger, facebook, twitter, mobile banking dll. Maka pentarifannya tidak lagi biaya data per bulan tapi masing-masing aplikasi unlimited per bulannya seperti activated mail Rp A per bulan, activated messenger Rp B per bulan, activated facebook Rp C per bulan dan seterusnya. Seperti kutipan saya pada blog saya : “Saat biaya untuk mengakses internet menjadi sedemikian rendah orang tidak akan kesulitan memilih media apa yang akan mereka gunakan tapi mereka lebih memikirkan content apa yang akan memuaskan mereka.” http://duniatelekomunikasi.wordpress.com/2008/04/18/prospek-industri-content-sebagai-industri-masa-depan/

    Gambar 2 sangat menarik melihat penurunan trend revenue telcom global. Uang ibarat energi yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Hanya mengenal perubahan bentuk. Dalam satu ekosistem industri telekomunikasi uangnya tidak hilang, hanya saja bergeser dari industri telekomunikasi ke industri content (yang tentunya menggunakan telekomunikasi dalam melayani pelanggan). Dua hal dalam ekosistem yang sama tidak boleh dipisahkan. Jika dua grafik (dilengkapi dengan revenue content world wide) maka akan terlihat gambaran revenue sesungguhnya dari industri ini. Perkiraannya saya tetap meningkat setiap tahun. Jika revenue telekomunikasi turun, Anda sudah pasti tau kemana larinya uang-uang itu.

    Banyak data dan metode yang bisa digunakan, jika bertujuan seperti pertanyaan di atas maka filosofi GRATIS dan FOKUS lah yang harus menjadi jiwa dalam pengambilan arahan dan kebijakan.

    ReplyDelete
  15. Menurut saya grafik mulut buaya (decoupling antara cost/traffic dengan revenue) terjadi disebabkan permintaan layanan berbasis data/broadband yang semakin tinggi namun di sisi lain harga semakin turun karena persaingan/perang harga antar operator...Selain perang harga, semakin memasyarakatnya internet juga membuat harga layanan data menjadi semakin murah bahkan cenderung mendekati gratis. Hal ini sebenarnya sejalan dengan bisnis model yang sekarang mendominasi dan sukses di dunia internet seperti google,facebook, youtube dan berbagai OTT lainnya. Para OTT ini tidak membuat pelanggannya harus membayar namun tetap bisa mendapat revenue yang tinggi dari iklan dsb atau yang dikenal dengan istilah freemium..Melihat kecenderungan ini sepertinya operator telco harus mulai melakukan transformasi dalam bisnis modelnya..bahwa revenue utama tidak lagi didapatkan langsung dari end user namun dari kerjasama dengan third party lain seperti iklan dan new services..Seperti yang disebutkan oleh salah satu komen di atas bahwa telekomunikasi adalah kebutuhan dasar setiap orang sehingga sampai kapanpun bisnis ini akan tetap dibutuhkan..hanya saja bisnis telco harus terus bertransformasi agar bisa bertahan dan menguntungkan seiring dengan perubahan zaman :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Welcome Mantel 2012.
      Komentar yang menarik. Ini tentang transformasi bisnis model di industri telekomunikasi. Bisa sharing idea lebih jauh... untuk mendorong diskusi bersama tentang bisnis model telekomunikasi masa depan.

      Delete
  16. Dear All,

    Saya sangat sepakat bahwa trend penggunaan trafik data semakin besar kedepannya. Bahkan untuk bidang energi terutama divisi control system. Sekarang sedang berupaya menggunakan control system berbasis telemetri data. Secara ringkas bloknya sebagai berikut:

    Sensor > Interface (PLC/SCADA/ModBus) > Modem > Web.

    Untuk saat ini, kami sudah melakukan blok diagram diatas untuk memonitor beberapa system yang terpasang dilapangan berbasis web, seperti:
    1. Mengetahui berapa nilai flow air yang terpasang.
    2. Berapa nilai Conductivity.
    3. Berapa pompa yang running di lapangan.

    Tapi kedepannya kami berencana untuk melakukan control system via web.
    Masalahnya adalah kami belum menemukan adanya provider yang menyediakan fasilitas jaringan internet dengan kualitas sinyal yang bagus. Sehingga sangat riskan untuk melakukan control system berbasis web.

    Menurut saya jika telekomunikasi bisa memberikan kualitas sinyal yang bagus dengan harga yang wajar, saya rasa itu salah satu solusi untuk meningkatkan pendapatan telekomunikasi untuk trafik data.



    Bremin Sembiring

    ReplyDelete
  17. Menaggapi Komentar Pak Bangsawan atas komentar saya terhadap tulisan Pak Hasnul:
    Terima kasih atas komentarnya Pak Bangsawan..
    1. Tentang mahalnya frekuensi, memang relatif. Tapi sebagai ilustrasi, Tahun 2011, 2010 dan 2009 Indosat membayar biaya frekuensi masing-masing sejumlah Rp 1,8 triliun (US$ 195,6 juta),
    Rp 1,6 triliun dan Rp 1,3 triliun. Sumber: Laporan Tahunan 2011 PT Indosat Tbk.
    angka tersebut tetntu sangat tinggi dibanding laba bersih perusahaan yang akhir-akhir ini hanya dalam orde miliaran.
    Selain itu, Menkominfo sendiri pernah mengungkapkan biaya frekuensi terkait tender frekuensi 3G yang dikiritk karena kemurahan: "Kami tidak pernah menjual murah harga frekuensi 3G. Ini kan sumber daya alam terbatas, tidak mungkin main obral dengan harga murah,". Sumber: Repulika online: 13 Feb 2012.
    2. WiFi offload ini memang masih diterapkan di wilayah terbatas, seperti di mall, perkantoran, rumah sakit dan hotel. Tujuannya adalah pelengkap, untuk menghemat bandwidth data (3G/HSDPA). Beberapa cara untuk mengatasi masalah interferensi yang saya kutip dari community.arubanetwork.com adalah sbb:
     Deploy dual-band capable APs
     Enable band-steering to steer 5 GHz capable clients to the 5 GHz radios
     Use the non-overlapping 3-channel plan for 2.4 GHz deployment
     Disable 802.11b rates and lower 802.11 a/g OFDM rates if necessary pending validation testing with clients
     Minimize the number of SSIDs per radio
     Enable one or more of Hide SSID, Deny Broadcast Probes and Local Probe Request Threshold as appropriate (some may not be appropriate for all hotspot deployments)
     Leave Disable Probe Retry enabled to avoid probe retries
     Enable airtime fairness
     Use cell-size-reduction to control the receive sensitivity of APs if possible
     Enable hybrid spectrum mode for enhanced non-802.11 interference visibility and troubleshooting
     Adjust Non-Wi-Fi Interference Immunity if there is a significant network impact due to non-Wi-Fi interference

    3. Mengenai lokasi hotspot, untuk operator Indosat pak Bangsawan bisa lihat di website berikut http://www.indosat.com/Indosat_Internet/Indosat_Internet/Lokasi_Hot_Spot_Indosat_Super_Wifi.

    Demikian Pak Bangsawan Mudah-mudahan penjelasan ini menjawab pertanyaan Bapak.

    Salam
    Azwani

    ReplyDelete

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajementelekomunikasi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.

---

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger