Seri Konsep Manajemen Strategis
Ada
tiga asumsi pokok yang digunakan dalam pembahasan ini. Pertama, bisnis yang
dimaksudkan disini adalah bisnis yang berhasil dan berkelanjutan (sustainable)
dan bukan yang mengejar keuntungan sesaat. Kedua, bisnis berlangsung dalam
pasar bebas, bukan monopolistik. Ketiga, keuntungan menjadi tujuan bisnis tanpa
kontradiksi dengan etika [3].
Ada
2 teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan situasi tersebut. Pertama, etika
deontologi yang berarti kewajiban dimana menurut teori ini suatu tindakan tidak
dinilai dari tujuan atau akibat perbuatan tersebut melainkan dari perbuatan itu
sendiri. Berbohong itu tindakan yang tidak terpuji. Kedua, etika teleologi yang
menilai tindakan berdasarkan tujuan atau akibat yang ditimbulkannya. Jika
tujuannya baik atau akibat yang ditimbulkannya baik maka tindakan itu dinilai
etis.
Etika bisnis dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip
dalam organisasi yang menjadi pedoman dalam pengmbilan keputusan dan perilaku. Para penyusun strategi adalah individu yang paling
bertanggungjawab untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip etika yang baik telah dipertimbangkan
dan dipraktekkan di dalam organisasi yang dipimpinnya [1].
Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang
moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk
yang selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia termasuk kegiatan
ekonomi [2]. Sementara motif bisnis adalah memperoleh keuntungan untuk
memaksimalkan value dari pemilik modal.
Hingga disini timbullah mitos yang menyebutkan bahwa bisnis
dan etika tidak berjalan seiring dan sejalan. Tetapi, benarkah pendapat ini?
Etika itu mengikat tetapi memang tidak memaksa.Apakah dengan
mempelajari etika bisnis membuat sesorang berperilaku etis? Jawabannya: tidak
juga.
Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari hasil studi etika
bisnis? Pertama, menanamkan atau meningkatkan kesadaran (awareness) akan
pentingnya etika bisnis. Kedua, mempersiapkan argumentasi moral yang tepat
khususnya di bidang ekonomi dn bisnis. Ketiga, membantu pebisnis profesional
untuk menentukan sikap moral tepat. Selain itu studi dan pengajaran tentang
etika bisnis boleh diharapkan mempunyai dampak terhadap perilaku seseorang [2].
Lalu bagaimana kita menilai suatu perilaku etis. Apakah dinilai dari sisi tindakan atau perilakunya atau dari hasil atau tujuan yang dicapai? Untuk konkritnya, apakah berbohong itu suatu tindakan yang dapat dibenarkan atau tidak? Dan bagaimana jika berbohong itu dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan orang banyak?
Etika teleologi lebih situasioal karena tujuan dan akibat dari suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi tertentu [3].Persoalan yang kemudian mengemuka adalah baik untuk siapa? Untuk menjawab hal tersebut, etika teleologi memiliki dua aliran yaitu egoisme etis dan utilitarianisme [3].
Persoalan dengan etika teleologi muncul saat menilai tujuan atau akibat baik dari suatu tindakan. Baik untuk siapa? Untuk pribadi, pengambil keputusan, pelaksana keputusan, atau semua orang? Bagaimana jika, dalam kasus terntu, keputusan itu menimbulkan kerugian pada sedikit orang (kaum minoritas) tetapi memberi manfaat bagi banyak orang (kaum mayoritas)?
Egoisme [3]
Pandangan egoism adalah bahwa suatu tindakan bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi (antara lain adalah hak-hak hidup, keamanan) dan kemajuan dirinya sendiri (atau kelompoknya juga).
Sejauh itu, hal tersebut masih dibenarkan secara moral. Persoalan serius timbul ketika dengannya seseorang menjadi hedonis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
Utilitarianisme [3]
Kriteria yang diterapkan adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat yang merugikan yang sekecil mungkin bagi sesedikit orang.
Pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832) dengan persoalan utamanya adalah bagaimana menilai baik buruknya sebuah kebijakan publik, yaitu kebijakan yang memiliki dampak kepada banyak orang secara moral. Apa yang layak digunakan sebagai kriteria dan dasar objektif.
Menurut Bentham dasar yang paling objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijaksanaan atau tindakan tertentu membawa manfaat atau hasil yang berguna, atau sebaliknya, kerugian bagi orang-orang yang terkait.
Dengan ini pengikut aliran utilitarianisme tidak mengikatkan penilaian berdasarkan norma moral tertentu melainkan pada akibat, konsekuensi, atau tujuan yang ingin dicapai oleh kebijaksanaan atau tindakan tertentu itu.[Sony]Hal Positif Etika Utilitarianisme
- Nilai positif pertama adalah rasionalitas.
Bahwa itu bukan karena ajaran tertentu melainkan karena ada kriteria yang dapat diterima dan dibenarkan oleh siapa saja. - Nilai postif kedua adalah menghargai kebebasan setiap pelaku moral sesuai kriteria objektif.
- Nilai positf ketiga adalah bersifat universal .
Kelemahan Etika Utilitarianisme
- Kelemahan pertama adalah tentang konsep manfaat dan bagaimana mengukurnya. Apakah ketenangan hidup atau kemajuan ekonomi yang disebut manfaat? Lalu siapa yang memutuskan manfaat kemudian apa yang merasakan orang lain itu sama?
- Kelemahan kedua adalah tentang konsep yang menilai akibat suatu tindakan tetapi bukan tindakan itu sendiri. Sangat mungkin terjadi bahwa suatu tindakan itu pada dasarnya tidak baik tetapi mendatangkan keuntungan (the objectives justify the means).
- Kelemahan ketiga adalah tidak menilai kemauan atau motivasi baik yang dilakukan seseorang. Tidak semua perbuatan baik mendatangkan kebaikan dan jika hal itu terjadi maka perbuatan tersebut dinilai tidak etis.
- Kelemahan keempat adalah pada penentuan variabel yang digunakan untuk pengukuran.
- Kelemahan kelima adalah kesulitan seandainya kriteria utilitarianisme itu saling bertentangan. Misalnya manfaat keputusan A adalah 40 tetapi dinikmati oleh 60 orang sedangkan manfaat keputusan B adalah 70 dan dinikmati oleh 50 orang.
- Kelemahan keenam adalah pembenaran hak kelompok minoritas dikorbankan demi kepentingan orang banyak.
Beberapa prinsip umum etika bisnis adalah sebagai berikut.
Pertama, prinsip otonomi yang berarti sikap atau kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang hal
yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Kedua, prinsip kejujuran. Ketiga,
prinsip keadilan. Keempat, prinsip saling menguntungkan. Kelima, prinsip
integritas moral [3].
Selain pengetahuan tentang etika bisnis, ada tiga norma umum
yang perlu diketahui. Pertama, norma sopan santun atau juga disebut sebagai
norma etiket yang menyangkut sikap dan perilaku sehari-hari seperti etiket
berbicara dengan orang yang lebih tua. Kedua, norma hukum yang keberlakuannya
dituntut secara tegas untuk dilaksanakan demi keselamatan dan kesejahteraan
bersama. Ketiga, norma moral yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Norma ini menyangkut aturan baik buruknya, adil tidaknya,
wajar tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia
[3]
Manusia adalah makhluk yang rasional. Jika ia mengerti suatu
hal dengan sungguh-sungguh maka ia akan menyesuaikan perilakunya dengan
pengertian itu [2].
Isu seputar etika bisnis yang mengemuka diantaranya adalah:
Isu seputar etika bisnis yang mengemuka diantaranya adalah:
- Bribery (penyuapan)
- Coercion (pemaksaan)
- Deception (penipuan)
- Theft (pencurian)
- Unfair Discrimination (perlakuan tidak fair atau diskriminasi)
Barangkali, suatu saat etika bisnis akan menjadi battle
field yang populer bagi bisnis di masa depan.
Sumber:
- David Fred R., Konsep Manajemen Strategis, Penerbit Salemba Empat, 2009
- Bertens K., Pengantar Etika Bisnis, Penerbit Kanisius, 2000
- Keraf A. Sonny, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Penerbit Kanisius, 1998
Etika bisnis dan strategi bisnis merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, etika tanpa strategi maupun strategi tanpa etika masing-masing mempunyai resiko sendiri.
ReplyDeleteAda tiga pertanyaan mendasar jika kita belajar mengenai strategi apa yang akan dilakukan perusahaan :
1. What will we do and for whom will we do it? (purpose and mission : “what is our business,what will it be, and what should it be)
2. What objectives do we want to achieve?
3. How are we going to manage the organization’s activities so as to achieve the chosen objectives?
Pertama, apa yang akan kita lakukan dan untuk siapa kita melakukan strategi tersebut. Tiap perusahaan mempunyai sasarannya sendiri dengan melakukan proses bisnis tertentu. Entah itu untuk dirinya sendiri, sekelompok orang, atau untuk kepentingan yang lebih luas lagi. Peran etika di sini memberi pertanyaan : Sudah tepat dan pantaskah apa yang kita lakukan?
Kedua, mengenai tujuan yang dicapai. Hal ini terkait erat dengan visi dan misi perusahaan. Memang tujuan semua perusahaan adalah meningkatkan revenue. Namun jika memang itu tujuan akhirnya, untuk apa dibutuhkan visi dan misi? Di sini etika yang membentuk visi dan misi. Cara pandang perusahaan pada dunia dan apa saja tujuan perusahaan itu didirikan. Jika menjadi yang terbaik dan terdepan adalah suatu tujuan, maka etika yang akan memberikan jalan mana saja yang boleh dan mana yang tidak.
Ketiga, bagaimana memanage aktivitas perusahaan / organisasi. Di sini fungsi kontrol dibutuhkan dalam mengawasi dan memantau segala aktivitas yang akan maupun yang sudah dilakukan. Nilai-nilai etika menjadi pertimbangan dalam melakukan fungsi kontrol. Memberikan parameter-parameter yang membatasi aktivitas perusahaan.
Dari tiga pertanyaan dasar tersebut, walaupun tidak ada aturan khusus tentang etika bisnis, kinerja perusahaan sangat ditentukan seberapa kuat etika yang dijalankan. Perusahaan / organisasi boleh memiliki seribu satu alasan dan pembenaran untuk tidak menjalankan etika bisnis, namun dunia tidak perlu alasan untuk menjatuhkan perusahaan / organisasi yang tidak beretika dalam menjalankan bisnisnya.
Menarik. Akan tetapi nilai-nilai baik dan buruk di satu negara berbeda dengan negara lain. Walau demikian pasti ada nilai-nilai dasar yang sama di seluruh negeri. Dapatkah kita membantu menemukannya?
DeleteSaya tertarik untuk mengkomentari terkait dengan pernyataan "Etika itu mengikat tetapi memang tidak memaksa".
ReplyDeleteEtika dalam berbisnis bisa menjadi nilai utama atau value dalam sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Etika sangat identik dengan value (nilai-nilai) yang dijalankan dalam sebuah perusahaan . Sebagai contoh sebuah perusahaan menerapkan value integrity artinya perusahaan tersebut mengharapkan seleuruh stake holder dalam perusahaan tersebut pada saat menjalankan usahanya dengan menganut value integritas,mugkin integritas yang dimaksud adalah seorang yang terikat dengan perusahaan tersebut mempunyai integritas yang tinggi.
Dalam hal ini saya menyimpulkan bahwa sang pebisnis atau owner dari sebuah perusahaan bisa saja memaksakan sebuah etika dalam menjalankan bisnisnya , dengan cara memasukan dalam value perusahaan tersebut.
Tinggal bagaimana caranya untuk menginternalisasikan value tersebut kepada seluruh stake holder di perusahaan tersebut.
saya coba share dari sebuah sumber http://sofskiletikabisnis.blogspot.com/2011/10/pengertian-etika-bisnis.html yg menjelaskan tentang peranan etika dalam membangun good corporate governance , sebagai berikut :
(1). Nilai Etika Perusahaan ( Company Ethics Value)
Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan dan para pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai pemegang saham. Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerja sama. Sebagai contoh yang sering kita ketahui yaitu kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan bentuan kepentingan.
(2). Code of Corporate and Business Conduct
Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (code of corporate and business conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan prakter-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dialakukan atas nama peusahaan. Dengan tujuan agar prinsip etika bisnis menjadi budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan dan para pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran hokum.
Jelas dari 2 penjelasan tersebut , etika sebenarnya bisa juga dipaksanakan untuk dijalankan oleh seluruh stake holder dalam sebuah perusahaan .
mohon tanggapanya ...
wasalam
Mustain / MANTEL - 1206181534
saya juga sempat berpikiran yang sama dengan mas Mustain, jika kita sebagai staff ditanamkan nilai-nilai etika dan diawasi langsung oleh atasan, maka perlu dilakukan pengawasan juga agar para stake-holders dapat menjaga etika dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan agar tidak ada pihak yang dirugikan.
DeletePengawasan itu bisa dilakukan oleh undang-undang yang mengikat namun menurut saya undang-undang saja tidaklah cukup, butuh elemen yang mampu melakukan pengawasan secara langsung.
Dear Pak Rinto,
DeleteSeperti kita ketahui bahwa nantinya dalam kajian manajemen strategis akan ada sistem audit internal dan eksternal.
Tepat sekali hukum tidaklah cukup. Maka perlunya kita merumuskan visi-misi yang tepat pada awal strategi. Yang nanti kita dapat menilai faktor internal perusahaan kita, dapat kita buatkan "Matrix Internal Factor Evaluation (IFE)".
Pada hakikat manajemen strategis, kita akan mengetahui pentingnya faktor eksternal dalam mengontrol perusahaan kita.
Siapakah faktor eksternal yang sangat berperan besar pada kekuatan bisnis kita? Konsumen, pemasok,pesaing, pemerintah, lembaga keuangan, dan lain-lain.
Sejauh mana kita menerapkan etika, setiap perusahaan pasti memiliki toleransi berbeda. Oleh sebab itu, perumusannya ada diawal, tetap dengan implementasi dan evaluasi nantinya.
Salam tulus.
RENNI EKAPUTRI (MATEL - TEKNIK ELEKTRO)
Berlaku etis adalah pilihan masing-masing. Katanya dampaknya tidak langsung baik bagi yang mengabaikan maupun yang melaksanakan. Kira-kira apa ya..... Bisa bantu mencarikan jawabannya?
DeleteTerima kasih Pak Fajar atas pertanyaannya,
DeleteManfaat etika bagi yang menerapkannya adalah :
Meningkatkan kredibilitas; Bagi yang telah go public, akan meningkatkan kepercayan investor; Competitive advantage bagi perusahaan; Corporate image yang positif; Pengendalian self-concept sebuah perusahaan akan tetap berada dalam "rel" visi-misi (9 kunci pokok visi-mis menurut Peter Drucker); Pengembangan CSR yang lebih luas. Mempertahankan dari ketidakpastian perkembangan informasi, teknologi, bahkan persaingan global; Etika bermanfaat bagi persaingan sehat; Pembangunan berkelanjutan agar perusahaan tetap sustainable for step ahead in the future; Menghindari karakter yang merusak tatanan moral perusahaan; Pelaksanaan etika akan memperkuat kepercayaan antara yang lemah dan kuat; Keinginan kuat menjalankan etika bisnis meneguhkan perusahaan akan peraturan-peraturan yang telah disepakati; Menumbuhkan rasa kepemilikan yang positif.
Keseluruhan hal tersebut akan meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan, melindungi kebebasan berniaga, serta meningkatkan keunggulan dalam bersaing. Hal ini adalah dampak jangka panjang dari penerapan etika bisnis yang semestinya.
Sedangkan dampak bagi yang menyimpangkan etika dalam pelaksanaan bisnis, adalah:
Memberikan dampak negatif bagi stakeholder; Memperburuk profesionalisme bisnis dan etos kerja yang tinggi; Mengerogoti ketahanan bisnis; Pilar-pilar perekonomian perusahaan (yang mungkin berdampak besar bagi negara) akan rapuh; Memperburuk citra perusahaan.
Demikian Pak Fajar.
Wassalamu`alaykum
RENNI EKAPUTRI (MANTEL)
Etika yang bagus adalah bisnis yang bagus, etika yang buruk juga dapat digunakan sebagai suatu strategi perusahaan.
ReplyDeleteEtika bisnis melingkupi tiga aspek utama dalam Strategi bisnis perusahaan:
1. Memformulasikan suatu strategi
2. Penerapan strategi
3. Evaluasi strategi
Pemimpin perusahaan atau penentu strategi perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mengemban resiko moral perusahaan
tentang strategi yang diambil. Walaupun dalam kenyataannya setiap karyawan juga memiliki tanggung jawab individu untuk mengemban resiko moral dari keputusan yang mereka buat.
Akan tetapi, pemimpin perusahaan juga berperan sebagai sebagai role model, untuk menerapkan strategi bisnis sesuai moral dan etika
bisnis yang diterapkan di perusahaan. Jika pemimpin memiliki etika bisnis dan moral yang baik, maka akan berpengaruh terhadap etika bisnis karyawan dibawahnya.
Terkadang target dan permintaan suatu perusahaan banyak mengaburkan pandangan seorang manager atau pemimpin perusahaan dalam
unruk menentukan mana yang benar dan salah, untuk itu diperlukan etika dan moral dalam menjalankan suatu strategi bisnis perusahaan.
Bung Adi sepengetahuan saya dari referensi yang saya baca, Strategi merupakan suatu kegiatan komprehensif/menyeluruh yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya merupakan suatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi organisasi diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan bauran kekuaran dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di lingkungannya.
DeleteProses perencanaan strategis merupakan proses pengarahan usaha perencanaan strategis dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin suksesnya organisasi dalam jangka panjang.
Oleh karena itu sedari awal memang perlu ditanamkan etika bisnis yang bermoral baik agar perusahaan dapat sukses dan berkarakter dalam proses perjalanannya dalam pencapaian dari perencenaan strategis dan itu juga dapat dilihat nantinya dari personelnya (sebagai seorang pimpinan/manajer ataupun karyawan) maupun secara organisasi yang tetap kompetitif dalam jangka waktu lama.
Menarik. Jelas ini bukan pilihan yang mudah. Apalagi jika lingkungan (environment) tidak mendukung. Berlaku etis adalah pilihan bukan paksaan dan ada konsekuensinya.
DeleteYTH Pak Fajardhani
ReplyDeletePendapat saya tentang etika bisnis adalah, etika dan bisnis tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lain. Etika dalam berbisnis menunjukkan kualitas dari sebuah perusahaan. Kepercayaan konsumen ataupun relasi terhadap suatu perusahaan dibangun dari etika bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.
Saya ingin mengangkat tentang mitos yang bapak sebutkan di atas, "Bisnis dan etika tidak berjalan seiring dan sejalan". Menurut saya etika dan bisnis haruslah berjalan seiring dan sejalan, dan tidak dapat berjalan berseberangan. Etika adalah pemikiran tentang moralitas, dan keputusan yang etis merupakan keputusan yang memiliki moral yang baik. Ketika menjalankan suatu bisnis memang terkadang suatu keputusan tidak dapat selalu menguntungkan semua pihak. Tapi ketika suatu keputusan tadi diambil dengan etika yang baik maka keputusan tersebut akan mendatangkan keuntungan di kemudian hari. Memang tidak memakan waktu yang cepat, bahkan terkadang tantangan yang dihadapi akan menjadi sangat berat. Tapi ketika tantangan yang ada dapat dihadapi dengan sabar maka hal postif akan didapat dari keputusan etis tadi.
Saya mengambil contoh kasus yang Bapak berikan di kelas minggu lalu, ketika seorang manager baru dihadapkan keputusan akan mempertahankan ide-idenya tapi akan mengorbankan bonus serta jabatannya, atau mengikuti kemauan atasannya. Bila dilihat dari tantangan yang ada maka dengan mudah kita akan memilih opsi mengikuti kata-kata atasannya. Tapi ketika memilih opsi tersebut, maka hasil yang berat akan terjadi pada perusahaannya. Perusahaannya menjadi tidak waspada dengan masalah yang ada di dalamnya, para pimpinan perusahaan terlena dengan laporan-laporan baik tersebut dan di satu titik, perusahaannya akan jatuh dan bangkrut. Ditarik kembali kepada manager tersebut, dampak yang diterimanya adalah, manager tersebut diberhentikan dan dia akan susah dalam mencari pekerjaan baru karena ikut jatuh bersama perusahaannya. Berbeda apabila manager tadi tetap mempertahankan ideologinya, dan memberikan laporan yang etis dan tidak berbohong. Dampak yang pasti dia terima adalah, dia dicopot dari jabatannya dan dimutasikan, sebagian pegawai tidak suka dengannya karena tahun itu tidak ada bonus. Kita lihat dampak yang terjadi di pihak atasan, para pimpinan perusahaan akan mulai waspada karena laporan tersebut, dan berusaha mengambil keputusan yang dapat membuat perusahaan terhindar dari kerugian yang lebih besar. Dan setelah beberapa waktu perusahaan bangkit kembali, keuntungan meningkat, dan bonus yang diberikan menjadi lebih besar, dan mantan manager tadi kemungkinan diberikan posisi setingkat manager atau lebih tinggi lagi dikarenakan ketelitian dan kejujurannya.
Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang pemimpin di suatu perusahaan haruslah memiliki etika yang baik, sehingga dapat menjalankan etika bisnis yang baik dan menghasilkan keputusan-keputusan yang etis.
Regards
Berwanman Wendhy Gideon Munthe
Manajemen Telekomunikasi
1206180645
Mas Wendhy,
DeleteSekedar mau sharing nih mas, terutama untuk menanggapi statement Mas
Wendhy yang mengatakan "Perusahaannya menjadi tidak waspada dengan
masalah yang ada di dalamnya, para pimpinan perusahaan terlena dengan
laporan-laporan baik" Sepengetahuan saya dalam membuat laporan tidak
bisa seenaknya atasan "memoles" laporan untuk mendapatkan hasil yang
dia/perusahaan inginkan. Tentunya butuh alasan - alasan yang kuat dan
justifikasi khusus jika ada laporan yang perlu "disesuaikan".
Sebagai gambaran kasus misalkan performansi voice di area Sulawesi
berada dibawah treshold yang sudah ditentukan, hal ini jika diteliti lagi
disebabkan karena ada 1 daerah di area Sulawesi yang menyumbangkan
performansi yang sangat buruk, hal ini diakibatkan karena di daerah tersebut
masih menggunakan transmisi Vsat yang kita ketahui tidak stabil. Hal
tersebut kemudian mempengaruhi secara total performansi area Sulawesi
secara persentasi. Karena issue komersil dan financial maka transmisi di
daerah tersebut tidak serta merta bisa diganti dengan yang lebih baik lagi,
Intinya, sebagai atasan tidak serta merta dia berhak memoles suatu laporan
tanpa ada justifikasi khusus dan atasan yang baik tidak akan terlena dengan
laporan yang baik saja. Seharusnya atasan memiliki kepekaan terhadap
permasalahan di area tanggung jawabnya. Saya pribadi juga tidak setuju jika
harus diperintahkan untuk "manipulasi" data, tapi lain halnya jika ada
justifikasi dan kedua data tersebut biasanya dilampirkan bersamaan. Artinya
tetap ada transparansi data dan semua pihak "well aware" terhadap
permasalahan yang dihadapi.
Demikian kira - kira sharingnya mas Wendhy, mohon maaf jika terkesan
curhat sedikit mas
Terima Kasih
BR,
Ayu Nova Era Jayanti
MANTEL - 1206180600
Menarik ....
DeleteMenanggapi Istilah 'memoles' report yang dikemukakan Mbak Nova dan Mas Wendhy, menurut saya ada 2 tipenya, merugikan dan tidak merugikan.
Delete1. Kalau 'memoles' report -nya dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil yang bagus, sehingga perusahaan/departement terlihat memiliki performance yang bagus, padahal aktualnya jauh di bawah angka yang di report-kan, itu bisa dikatergorikan sebagai 'manipulasi' report yang merugikan seperti yang Mbak Nova katakan.
2. Kalau 'memoles' report-nya dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan kondisi tiap term-nya tp hasil akhirnya tetap, apakah bisa dikatakan manipulasi yang merugikan juga? Misal, suatu project memiliki target untuk mempunyai Margin (selisih dari revenue yang diperoleh terhadap Cost yang dikeluarkan) sebesar 15% diakhir tahun. Saat memberikan report bulanannya si PM melakukan 'modifikasi' terhadap report-nya seperti misal: pada bulan Januari seharusnya Marginnya 35%, dia buat 15%, dengan alasan/asumsi untuk membantu Margin di Bulan maret dan Juni misalnya yang kondisinya anjlok. Tapi, pada end of year, angka yang akumulasi dari setahun Margin project tersebut direportkan sesuai actual dan Achieve target. Menurut saya ini merupakan type 'memoles' data yang tidak merugikan perusahaan, cuma mungkin sudah melanggar etika bisnis yang berlaku.
Just sharing... Thanks.
Vince Nova - 1206312486
Sekilas kita sulit untuk melihat adanya titik temu antara etika dan bisnis, apalagi jika bisnis dilihat hanya dalam konteks mengejar keuntungan besar terlebih lagi dalam waktu singkat. Kedua term ini tampak seakan bertolak belakang dan tidak akan pernah bertemu. Bagaimana mungkin aspek baik-buruk dan pedoman-pedoman moral ini bisa secara efektif membantu memaksimalkan keuntungan. Bukankah aspek-aspek moral ini hanya akan menjadi faktor penghambat ketika upaya mengejar keuntungan lebih sering ditempuh dengan menghalalkan segala cara.
ReplyDeleteNamun ketika kita berbicara tentang “bisnis yang berkelanjutan”, tampaklah bahwa faktor etika ini tidak bisa dikesampingkan. Etika menjadi pasangan wajib untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan. Ada baiknya kita simak sejarah perusahaan-perusahaan di Eropa Utara yang terkadang bisnisnya tidak besar-besar amat namun mereka sanggup bertahan ratusan tahun. Salah satu penyebabnya adalah keberhasilan dalam melakukan internalisasi dari etika bisnis yang dicanangkan para pendirinya, terutama dalam hal merawat konsumen. Internalisasi yang mereka lakukan menjadi nilai yang hidup, bukan hanya slogan klise sebagai hasil proyek konsultan etika.
Tanggung jawab terbesar untuk memastikan perilaku etis berada di pundak para pemimpin perusahaan terutama para manajer dan penyusun strategi. Kepemimpinan yang beretika dan cara-cara pengambilan keputusan yang beretika haruslah didemonstrasikan terus menerus.
Tindakan tidak etis yang dilakukan berlama-lama hanya akan membawa kehancuran perusahaan. Kehancuran tersebut akan dimulai dari sumber daya paling bernilai yaitu manusia-manusia penggerak perusahaan tersebut. Ketika seorang pemimpin tidak memiliki karakter dan integritas yang ditempa melalui internalisasi etika ia akan berpotensi menghancurkan semangat para karyawan dan pada akhirnya kinerja keseluruhan dari perusahaan tersebut. Tindakan-tindakan tidak etis yang dilakukan pimpinan akan memunculkan ketidakadilan internal yang cepat atau lambat akan menggerogoti perusahaan tersebut dari dalam. Sedangkan dampak keluar dari tindakan tidak etis itu akan menurunkan kredibilitas perusahaan.
Oleh karenanya dalam rangka mewujudkan bisnis yang berkelanjutan, internalisasi etika amatlah penting, beberapa caranya antara lain:
1. Mensosialisasikan kesadaran akan etika dan membuat panduan yang jelas tentang etika bisnis, baik yang berlaku umum maupun yang khas perusahaan tersebut. Caranya bisa dengan lokakarya, permainan dan lain lain.
2. Menegaskan pentingnya kode etik perusahaan dengan memberikan hukuman untuk pelanggaran kode etik, serta penghargaan untuk setiap pelaksanaannya
3. Memberikan sanksi untuk setiap kelalaian dalam melaporkan tindakan yang tidak etis yang dilakukan orang lain, sehingga berpotensi merusak kredibilitas perusahaan.
Beberapa etika sederhana yang layak untuk diinternalisasi diantaranya adalah : jujur dalam berbicara dan bertindak, adil dalam memperlakukan pihak lain dan dapat dipercaya dalam mengemban amanat / menjalankan tugas.
Zulfadli - 1206312523
Menarik. Sebuah temuan pak Zulfadli yang rasanya patut kita catat: keuntungan besar dalam waktu singkat mendorong orang tidak berlaku etis.
DeleteBerlaku etis adalah pilihan bukan paksaan. Dampaknya terlihat dalam jangka panjang.
Yts.Bapak Ir.Fajardhani,MBA & Teman-Teman Tercinta,
ReplyDeleteSeperti kita ketahui Enron Corporation (perusahaan energi USA)yang telah menyembunyikan hutangnya, Lehman Brothers (perusahaan sekuritas di USA)memberdayakan dana investor untuk sektor perumahan yang sebaguan besar subprime mortgage. Kedua hal tersebut sangat terkenal di dunia. Enrol pun menyebabkan indeks pasar modal USA jatuh hingga 25%.
Contoh lain, sehubungan dengan kasus etika dalam berbisnis adalah, ketika Volkswagen (Jerman) mencuri rahasia dagang General Electric.
Darimana munculnya etika, untuk apa, bagaimana prosesnya, telah dijelaskan secara umum dalam meta-etika, etika normatif, maupun etika terapan. Pengertian "etika" pun telah mengalami evolusi, hingga di tahun 1990-an telah menjadi isu global.
Etika merupakan bagian dari self-concept dan public image, yang merupakan integrasi bisnis dan tanggungjawab sosial (CSR).
Secara islam-pun Ibnu Taymiyyah telah mengatur etika berbisnis dalam kitab Al-Hisbah. Al-Ghozali, serta Al-Qur'an telah mengaturnya.
Memang tidak ada aturan "pakem" dalam menjalankan bisnis yang beretika. Sehingga sering kali kaidah ini memiliki "range" layaknya daerah fresnel dalam perambatan gelombang.
Range inilah yang membuat masing-masing perusahaan berbeda dalam pola penerapannya. Penerapan etika dalam berbisnis, mestinya selaras dengan misi sebuah perusahaan ketika awal perumusannya.
Menurut Bapak Manajemen Modern, Peter Drucker, sebuah perusahaan mestinya merumuskan misi yang didalamnya terdapat : konsumen, produk/jasa, teknologi, citra publik , pasar, fokus pada lingkungan hidup,filosofi,konsep diri, dan karyawan.
Ketika kita "membelot" dari jalur etika, kemana visi dan misi kita tujukan ?
Sekian.
Wassalamu`alaykum wr.wb.
RENNI EKAPUTRI (MATEL-TEKNIK ELEKTRO)
Menarik. Apakah etika itu sama dengan akhlaq?
DeleteTerima kasih Pak Fajar,
DeleteMenurut Kwik Kian Gie, 2003, etika merupakan bagian dari Code of Conduct dari suatu entitas bisnis.
Sedangkan bagi filosof H.De Vos, etika merupakan bagian dari filsafat.
Etika merupakan bagian dari perspektif filsafat yang membahas moralitas. Dapat berupa kebiasaan, anggapan baik dan buruk, tindakan boleh atau tidak. Keseluruhannya itu sering muncul dalam etika normatif, yaitu menyangkut tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban.
Sehingga etika merupakan ilmu moral yang didalamnya berisi ajaran baik, buruk. Karena etika bersumber dari pemikiran mendalam dan renungan filosofis (Socrates), dan sangat bergantung kepada aliran-aliran orang yang menganutnya.
Sedangkan "akhlak" lebih mengacu kepada tingkah laku manusia, yang nilai dan ajarannya berasal dari norma hukum negara/agama/maupun qolb (kolbu) seseorang yang sesungguhnya mengetahui secara pasti mana yang baik/buruk.
Demikian Pak.
Wassalamu`alaykum
Berikut pengertian dari Etika, moral dan Akhlak dikutip dari http://nurhayati-catatanpenting.blogspot.com/2012/05/pengertian-etika-moral-dan-akhlak.html
DeleteEtika
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi tentang sifat dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980)
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Moral
Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin Mores, bentuk plural dari Mos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dari W.J.S Poerwodarminto dijelaskan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk dari perbuatan.
Moral secara terminologis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar –salah, baik-buruk (Nata 2002)
Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi
Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Ibn Maskawaih menyatakan akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan.
Abdullah Dirroz dalam Tatapangarsa (1984) menegaskan“ Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam hal akhlak baik ) atau pihak yang jahat ( dalam hal akhlak yang tidak baik ).
Hubungan antara etika, moral dan akhlak adalah : Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku dimasyarakat.
YTH Bapak Fajardhani dan Teman2 yang luar biasa,
ReplyDeleteSangat menarik sekali membahas masalah etika bisnis ini. Memang sering kita temukan kasus dimana terjadi penyimpangan seperti yang sudah dipaparkan mba renni diatas. Saya pernah mendengar ungkapan yang kurang lebih seperti ini "Hal yang baik dilakukan belum tentu benar, namun hal yang benar dilakukan sudah pasti baik" mungkin bisa kita lihat pada contoh sederhana yang sering terjadi di lingkungan kita. Jika teman2 mungkin pernah jalan2 ke pasar dan sering kita temui kondisi tawar menawar antara pembeli dan penjual, dan komentar yang saya sering dengar dari pedagang kurang lebih bernada seperti ini "Maaf mba tidak bisa ditawar lagi, ini sudah murah, belinya saja saya tidak dapat mba, bisa rugi saya nanti" komentar itu sering kita dengar dan sudah menjadi rahasia umum komentar seperti itu terselip "sedikit" kebohongan didalamnya. Apakah berbohong hal yang dibenarkan? tentu setiap agama pun akan melarang, tapi apakah hal tersebut baik? menurut saya hal tersebut perlu dilakukan dimaksudkan agar si pedagang mendapatkan keuntungan bukan?? dan dalam berbisin mendapatkan keuntungan adalah hal basis dalam perencanaannya.
Tapi menurut saya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan lah yang tidak sepatutnya diterapkan dalam bisnis. Etika dalam berbisnis perlu memperhatikan integritas, norma - norma masyarakat, legalitas,dsb. Namun sekali lagi tidak ada batasan jelas antara mana yang tidak etis dan mana yang etis. Dan perlu kita ingat bahwa bisnis merupakan kegiatan yang dibangun antar manusia, dan etika bisnis dibangun diatas etika pribadi. Etika dalam pengertian harafiahnya berasal dari kata Yunani kuno "ethikos" yang artinya 'timbul dari kebiasaan' sedangkan akhlaq sejauh yang saya tahu adalah budi pekerti, watak, atau tabiat dan karakter dasar seseorang. Keduanya tidak bisa dibilang sama namun keduanya seiring sejalan.
Mungkin teman - teman bisa menambahkan lagi...
Terima Kasih
BR,
Ayu Nova Era Jayanti
MANTEL - 1206180600
Halo Mba Ayu & rekan2 ManTel 2012 serta Pak Fajar ysh,
DeleteMohon ijinnya untuk memberikan pendapat menyambung dari komentar Mba Ayu sblmnya. :)
Transparansi, atau bisa dikatakan melakukan bisnis dengan sejujur-jujurnya, adalah menjadi sulit dan butuh pertimbangan yang cukup lama ketika kita berbicara mengenai bisnis dan profit, atau bahkan menjadi pelaku bisnis itu sendiri.
Banyak perusahaan di Indonesia kini semakin kreatif dalam mempublikasikan produk mereka dengan menggunakan bahasa marketing yang 'unik dan terselubung', sehingga menciptakan 'first impression' yang baik kepada pelanggan / pengguna jasa mereka. Hal ini dari sisi etika bisnis perusahaan merupakan hal yang etis dan legal. Kenyataannya, layanan atau jasa mereka tidak jarang menjadi 'olokan' atau boomerang dari pelanggan masing-masing dikala mengetahui banyaknya syarat dan ketentuan yang berlaku di dalam penggunaannya.
Pertanyaannya, jika suatu saat pelanggan merasa 'ditipu', apakah perusahaan yang akan disalahkan? (Kondisinya adalah perusahaan sudah mempublikasikan secara rinci mengenai produknya, dan pelanggan ternyata memiliki pemahaman yang berbeda ketika sudah membaca syarat dan ketentuan).
Menurut saya, perusahaan yang menjalankan etika bisnis yang baik akan mendapatkan kepercayaan market sehingga mereka dapat menjalankan bisnis secara berkelanjutan (sustainable) dan bukan bisnis sesaat saja. Menjalankan etika bisnis yang baik tidak selamanya harus terbuka dalam aspek-aspek tertentu, walaupun harus transparan dalam mengedukasi product atau jasa yang ditawarkan, sehingga konsumen tidak kecewa karena merasa dikelabui. Karena tujuan suatu bisnis tidak hanya mencari untung sesaat, tapi yang lebih penting adalah menjaga kepuasan (satisfaction) dan kepercayaan (trust) pelanggan.
DeleteDear Kakak Ayu dan rekan Mantel yang saya hormati.
DeleteMemang jika kita melihat dari sudut pandang etika dalam bisnis, menurut saya hampir semua bisnis, terutama dalam pekerjaan proyek telekomunikasi itu mempunyai "jurus" tersendiri untuk dapat meng"goal"kan suatu proyek.
Jika kita melihat dari sudut pandang orang awam, "jurus" tersebut mengandung unsur-unsur yang tidak beretika. Namun, jika kita melihat dari sudut pandang perusahaan, dalam hal ini adalah Manajer Proyek, "jurus" itu sah-sah saja asalkan tidak ada yang dirugikan dan masih dalam batasan wajar. Tetapi, sampai mana batas wajarnya? Tergantung dari kepribadian sang PM.
Jadi, jika saya dapat simpulkan, semua tindak tanduk dalam bisnis itu tergantung pada sang Pimpro.
Muhammad Wildan
Mantel 2013
etika bisnis biasanya dijalankan oleh sebuah perusahaan dijalani oleh para petinggi perusahaan. namun ini tidak menutup kemungkinan yang membuat para anak buah melakukan tindakan yang merugikan dari sisi perusahaan namun menguntungkan kepada beberapa oknum perusahaan. kadang memang para petinggi tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh anak buah nya karena alasan banyak urusan yang mesti dihadapi. hal ini membuat etika bisnis yang tadinya dijalankan oleh perusahaan menjadi berubah dan menyimpang dari tujuan awal. adanya supervisi yang baik dari para petinggi dibutuhkan agar perusahaan tetap berjalan pada jalur yang sudah ditetapkan sebelumnya
DeleteBudaya etis memang seharusnya merasuk ke segenap organisasi dan dan seharusnya dapat tercermin dari budaya perusahaan, apabila dikaitkan dengan asumsi bahwa bisnis tersebut berkelanjutan menjaga etika hukumnya adalah "wajib" untuk melindungi reputasi perusahaan, sebab reputasi perusahaan tidak dibentuk dalam waktu singkat butuh proses untuk membangun kepercayaan antara perusahaan dan masyarakat.
ReplyDeleteMengapa dalam prakteknya ketika perusahaan sudah memasukan etika bisnis dalam rencana strategisnya dan menerapkan punishment and rewards dalam pelaksanaanya masih ada praktek tidak beretika dalam bisnis yang dilakukan individu, mungkin ini dapat dikaitkan dengan persamaan bisnis dan strategi militer, strategi bisnis dirumuskan , diterapkan, dan dinilai berdasarkan asumsi kompetisi sedangkan strategi militer diasarkan asumsi konflik. Konflik mililter dan persaingan bisnis sangat mirip. Mengutip dari seni perang Sun Tzu "Strategy without tactics is the slowest way to victory, tactics without strategy is noise before defeat", jadi ada dua komponen yang tidak terpisahkan untuk mempunyai keunggulan kompetitif (memenangkan perang) yaitu strategi dan taktik. Strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang organisasi, ini dikembangkan pada level puncak sedangkan taktik adalah cara pencapaian strategi yang sudah dibuat dalam tingkat operasional pelaksanaan, taktik dikembangkan pada tingkat manajemen yang kebih rendah. Ada kemungkinan ketika seorang petinggi menekan seorang manajer untuk berbuat lebih baik, lebih cepat, atau lebih murah karena penerapan taktik si manajer tersebut belum memenuhi target perusahaan atau petinggi tersebut meminta lebih dari target perusahaan. Disini letak benturan antara norma (etika) dengan bagaimana merumuskan taktik untuk perusahaan agar menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya, pada titik ini yang lebih berperan adalah ranah afektif yaitu sikap dalam mengahadapi persoalan yang didukung oleh karakter personal yang siap dipecat misalnya daripada melakukan hal yang tidak terpuji dan daripada beralasan dipaksa oleh keadaan.
kesimpulannya diperlukan seorang pemimpin yang memiliki karakter dan integritas, seseorang yang sudah pada level pengambilan keputusan bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan cara pengambilan keputusan yang etis, karena pada posisi ini memungkinkan untuk mempengaruhi dan dicontoh banyak orang.
Bloko Budi Rijadi
1206180683
Menjawab pertanyaan Ir.Fajardhani,MBA : Berlaku etis adalah pilihan masing-masing. Katanya dampaknya tidak langsung baik bagi yang mengabaikan maupun yang melaksanakan. Kira-kira apa ya..... Bisa bantu mencarikan jawabannya?
ReplyDelete*
Manfaat etika bagi yang menerapkannya adalah :
Meningkatkan kredibilitas; Bagi yang telah go public, akan meningkatkan kepercayan investor; Competitive advantage bagi perusahaan; Corporate image yang positif; Pengendalian self-concept sebuah perusahaan akan tetap berada dalam "rel" visi-misi (9 kunci pokok visi-mis menurut Peter Drucker); Pengembangan CSR yang lebih luas. Mempertahankan dari ketidakpastian perkembangan informasi, teknologi, bahkan persaingan global; Etika bermanfaat bagi persaingan sehat; Pembangunan berkelanjutan agar perusahaan tetap sustainable for step ahead in the future; Menghindari karakter yang merusak tatanan moral perusahaan; Pelaksanaan etika akan memperkuat kepercayaan antara yang lemah dan kuat; Keinginan kuat menjalankan etika bisnis meneguhkan perusahaan akan peraturan-peraturan yang telah disepakati; Menumbuhkan rasa kepemilikan yang positif.
Keseluruhan hal tersebut akan meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan, melindungi kebebasan berniaga, serta meningkatkan keunggulan dalam bersaing. Hal ini adalah dampak jangka panjang dari penerapan etika bisnis yang semestinya.
Sedangkan dampak bagi yang menyimpangkan etika dalam pelaksanaan bisnis, adalah:
Memberikan dampak negatif bagi stakeholder; Memperburuk profesionalisme bisnis dan etos kerja yang tinggi; Mengerogoti ketahanan bisnis; Pilar-pilar perekonomian perusahaan (yang mungkin berdampak besar bagi negara) akan rapuh; Memperburuk citra perusahaan.
Demikian.
Wassalamu`alaykum
RENNI EKAPUTRI (MATEL - TEKNIK ELEKTRO)
Terima kasih Bapak Ir.Fajardhani,MBA atas pertanyaannya.
ReplyDeleteFajardhani Fajardhani19 Februari 2013 08.48
Menarik. Apakah etika itu sama dengan akhlaq?
*
Menurut Kwik Kian Gie, 2003, etika merupakan bagian dari Code of Conduct dari suatu entitas bisnis.
Sedangkan bagi filosof H.De Vos, etika merupakan bagian dari filsafat.
Etika merupakan bagian dari perspektif filsafat yang membahas moralitas. Dapat berupa kebiasaan, anggapan baik dan buruk, tindakan boleh atau tidak. Keseluruhannya itu sering muncul dalam etika normatif, yaitu menyangkut tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban.
Sehingga etika merupakan ilmu moral yang didalamnya berisi ajaran baik, buruk. Karena etika bersumber dari pemikiran mendalam dan renungan filosofis (Socrates), dan sangat bergantung kepada aliran-aliran orang yang menganutnya.
Sedangkan "akhlak" lebih mengacu kepada tingkah laku manusia, yang nilai dan ajarannya berasal dari norma hukum negara/agama/maupun qolb (kolbu) seseorang yang sesungguhnya mengetahui secara pasti mana yang baik/buruk.
Demikian Pak.
Wassalamu`alaykum
RENNI EKAPUTRI (MATEL - TEKNIK ELEKTRO)
Saya tertarik dengan statement bahwa "Etika itu mengikat tetapi tidak memaksa". Mungkin secara general bisa dikatakan begitu, tapi bisa juga dibuat mengikat jika perusahaan itu menginginkan. Contohnya adalah dengan memasukkan etika sebagai peraturan bagi setiap karyawannya. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk Code of Conduct (CoC) dan pernyataan penerimaan budaya perusahaan serta standar perilakau seperti yang dilakukan di perusahaan tempat saya bekerja, atau dengan cara-cara yang lainnya.
ReplyDeleteDengan membuat etika sebagai bagian dari peraturan, maka etika tersebut akan bersifat mengikat dan akan ada konsekuensinya bagi siapa saja yang melanggar. Hal ini menurut saya penting karena seperti yang telah kita pelajari pekan lalu bahwa terdapat contoh perusahaan-perusahaan besar yang secara finansial terlihat baik tapi bisa secara tiba-tiba kolaps yang ditengarai disebabkan etika yang kurang ditegakkan dalam menjalankan bisnis perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa etika merupakan hal yang penting dalam bisnis terutama dalam mewujudkan keberlangsungan (sustainability) suatu perusahaan.
Selain itu, disamping menjadikan etika sebagai bagian dari peraturan perusahaan perlu diberlakukan mekanisme reward dan punishment dan juga pelaporan atas pelanggaran etika perusahaan seperti adanya jalur whistleblower. Dengan menerapkan beberapa cara tersebut diharapkan etika dalam bisnis perusahaan benar-benar dapat dijalankan dengan baik sehingga mendukung keberlanjutan bisnis perusahaan :)
Dewi Asri
1206312220
Mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan? Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri Oleh karena itu kewajiban perusahaan adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat
ReplyDeleteDua pandangan tanggung jawab sosial :
1. Pandangan klasik : tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan laba (profit oriented)
Pada pandangan ini manajer mempunyai kewajiban menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar pemilik saham karena kepentingan pemilik saham adalah tujuan utama perusahaan.
2. Pandangan sosial ekonomi : bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial
Pada pandangan ini berpendapat bahwa perusahaan bukan intitas independent yang bertanggung jawab hanya terhadap pemegang saham, tetapi juga terhadap masyarakat.
Putu Eka Suarjaya (MT)
1206181673
Kalo sebagai pejabat atau mungkin ketum parpol (yang lagi ramai), etika bisnis mungkin kadang sulit ya dijalankan dan berat rintangannya. contohnya ketika 'korupsi', bisa saja mereka terang-terangan niat korupsi, atau hanya tidak sengaja 'korupsi'. cara paling gampang mungkin misal bawa topik yang lagi hangat, kasus hambalang.
ReplyDelete"konon katanya AU diberikan mobil dari NZ karena melicinkan proyek hambalang, nah mobil tersebut dianggap ucapan terimakasih"
karena beliau seorang pejabat negara / ketum parpol, hal tersebut bisa dianggap korupsi (gratifikasi/suap).
kalo ditolak banyak hal bisa terjadi, bisa diancam, dijauhin, difitnah dll
jadi mungkin bisa 'wajar' kalo banyak pejabat yang 'korupsi' baik sengaja maupun tidak sengaja, karena dalam dunia mereka, menjalankan etika bisnis yang baik malah bisa berbahaya.
Lain halnya kalau kita pribadi (rakyat biasa) yang memang ada project tertentu, diberikan fee tambahan karena hasil yang memuaskan sebagai ucapan terimakasih. nah ini bisa malah jadi award.
Apakah ada perbedaan pengertian etika, moral, dan norma?
ReplyDeleteAda. Baik atau buruknya suatu norma yang berlaku pada suatu kelompok tertentu biasanya dinilai berdasarkan kebiasaan yang biasa terjadi. Sementara moral, jelas mendefinisikan baik atau buruknya suatu perilaku secara individual maupun kelompok. Imho, moral sifatnya lebih objektif dibandingkan dengan norma.
DeleteEtika tidak dapat 'disejajarkan' pengertiannya dengan keduanya. Etika hanya akan menjadi nilai ukur baik atau buruknya suatu moral.
Etika merupakan alat untuk menilai perilaku, adat, kebiasaan dalam pergaulan antara sesama manusia. Etika berperan dalam menegaskan perbedaan mana yang benar dan mana yang buruk.
DeleteMoral merupakan nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap individu, yang berhubungan dengan kepribadian manusia itu sendiri dalam mengatur perilakunya.
Norma merupakan aturan, tradisi yang berlaku yang dalam bermasyarakat atau komunitas masyarakat tertentu.
Ada perbedaan pengertian antara etika, norma dan moral. Etika lebih mengacu pada bidang keilmuan. Norma lebih mengacu pada aturan,ukuran dani kaidah. Sedangkan, moral lebih pada yang ditanggapi oleh orang lain terhadap suatu sikap atau perbuatan.
DeletePerbedaan pengertian ini jika didasarkan pada pengertian ketiga hal tersebut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI; http://kbbi.web.id/), yaitu sebagai berikut:
etika /eti•ka/ /étika/ n ilmu tt apa yg baik dan apa yg buruk dan tt hak dan kewajiban moral (akhlak)
norma /nor•ma/ n 1 aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dl masyarakat, dipakai sbg panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan berterima: setiap warga masyarakat harus menaati -- yg berlaku; 2 aturan, ukuran, atau kaidah yg dipakai sbg tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu;
-- agama aturan yg menata tindakan manusia dl pergaulan dng sesamanya yg bersumber pd ajaran agamanya;
-- sosial aturan yg menata tindakan manusia dl pergaulan dng sesamanya;
-- susila aturan yg menata tindakan manusia dl pergaulan sosial sehari-hari, spt pergaulan antara pria dan wanita
moral /mo•ral/ n 1 (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila: --mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan; 2 kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yg tinggi; 3 ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita;
bermoral /ber•mo•ral/ v 1 mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik: mana ada penjahat yg -; 2 sesuai dng moral (adat sopan santun dsb): ia melakukan perbuatan yg tidak –
Oleh karena banyaknya sumber yang berbicara tentang tiga hal ini, saya hanya coba membatasi pengertian etika, norma dan moral pada satu sumber saja (yaitu KBBI) agar dapat dibandingkan berdasarkan sumber yang sama (dan menghindari pembahasan yang terlalu melebar sebab etika, norma dan moral mempunyai cakupan yang sangat luas).
Marcellinus 1306360605
Hasil yang saya peroleh dari penjelasan di kelas sbb:
Delete- Norma adalah suatu kebiasaan dan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Contoh: minum minuman beralkohol adalah tdk melanggar norma jika di daerah barat, padahal di wilayah Jakarta dianggap melanggar norna
- Moral adalah sebagai nilai ukur baik dan buruknya seseorang. Contoh: seorang pembunuh mempunyai sifat Moral yang buruk.
- Etika adalah aturan yang mengikat dan mengatur keduanya baik Norma maupun Moral akan tetapi sifatnya tidak memaksa.
Menurut beberapa sumber, moral berarti hal-hal mengenai tingkah laku seseorang maupun kelompok yang dapat dibedakan baik buruknya sesuai dengan lingkungan yang membentuk suatu individu atau kelompok tersebut sedangkan etika adalah ilmu yang mengkaji tentang moral dengan menentukan apakah suatu moral itu baik atau buruk berdasarkan nilai yang dianut oleh suatu golongan masyarakat.
DeleteJadi, moral adalah bahan kajian yang dipelajari didalam etika. Etika akan menentukan beberapa prinsip atau asas apakah apakah suatu tingkah laku baik atau buruk, apakah tingkah laku tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak yang berkaitan dengan kemanusiaan. Etika dapat berupa peraturan dan ketetapan secara lisan maupun tertulis mengenai bagaimana menusia bertindak agar menjadi manusia yang baik.
Norma sendiri secara sederhana adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat dimana didalamnya terkandung nilai benar atau salah. Yang membedakan norma dengan moral atau etika adalah terdapat sanksi bagi yang melanggar suatu norma.
Thanks & regards,
Anton, MT'13
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis, yang baik atau buruknya dapat berdampak pada kompetitor atau konsumen.
DeleteMoral adalah suatu aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela dari suatu perilaku manusia.
Sedangkan norma adalah aturan yang berlaku di dalam masyarakat yang dinilai baik atau buruk. Nilai norma di suatu daerah sangat relatif dan tergantung dari kebiasaan di suatu daerah atau komunitas. Contohnya : minuman keras mungkin dianggap hal yang biasa di suatu daerah, tapi di daerah lain mungkin dianggap melanggar norma sehingga dilarang.
Kata atau istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.
DeleteMenurut para ahli etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Bila kita bandingkan arti kata ‘etika’ dan ‘moral , maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ yaitu kebiasaan,adat.
Sedangkan norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.
Jadi bisa dikatakan kalau seseorang dikatakan ber moral baik atau ber etika baik maka dalam perilaku dan pergaulannya sesuai dengan norma yang berlaku ditempat orang itu berada.
dalam berbisnis, diperlukan sikap yang dapat mengerti antara etika, moral dan norma, dalam bisnis, semua aspek banyak yang tidak dipertimbangkan pada masa ini. demi keuntungan maka segala cara dilakukan sehingga etika, moral dan norma terkadang dilupakan. jadi etika pada bisnis ini mempunyai maksud menghargai dan berusaha untuk menerapkan hal- hal yang dapat menjaga hubungan baik, karena kalau kita mempunyai etika baik maka kita dapat dihargai oleh rekan bisnis. untuk moral juga harus seimbang karena moral dalam bisnis harus diperhatikan karena menyangkut martabat perusahaan dan diri sendiri, perlu diperhatikan hal-hal yang layak di lakukan dan tidak dilakukan. Untuk norma sendiri, kita perlu memandang disekitar kita. Masyarakat, perusahaan dan teman, karena disetiap keputusan dan kegiatan perlu diperhatikan suasana dan aturan dari sekitar kita.
DeleteMencoba untuk mengeluarkan unek-unek pada weekend ini. :)
DeleteYang pertama, etika. Menurut saya, etika itu merupakan suatu kepantasan atau ketidak pantasan dalam melakukan sesuatu.
Yang kedua, moral. Moral menurut saya adalah tingkat harga diri seseorang.
Yang ketiga adalah norma. Menurut saya, norma adalah suatu aturan, contohnya adalah norma agama dan norma kebudayaan.
Apakah orang yang bermoral akan mentaati etika dan norma yang berlaku?
Belum tentu,
Menurut saya,
Seseorang yang mempunyai moral yang tinggi, sadar untuk tidak melanggar etika dan norma yang berlaku. Tetapi, orang yang terkadang melanggar etika dan norma yang berlaku belum tentu bermoral rendah.
Muhammad Wildan
ManTel 2013
ETIKA merupakan perwujudan dari karakter, watak, kesusilaan, atau adat kebiasaan (custom) yang berlaku pada suatu lingkungan/komunitas. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain. Etika menjadi sebuah common understanding dalam menilai apakah suatu tindakan itu salah atau benar, buruk atau baik, atau apakah terjadi kesesuaian antara hak dan kewajiban moral. Berdasarkan Keraf (1991), terdapat 2 macam etika yaitu:
Delete[1] Etika Deskriptif yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya; dan,
[2] Etika Normatif yakni merupakan kumpulan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Berbeda dengan ETIKA yang merupakan "karakter/kebiasaan", MORAL merupakan AJARAN tentang baik buruk yg diterima oleh umum. Pada definisi lain, MORAL dapat juga merupakan hasrat inti yang membuat orang tetap memiliki daya tempur (berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin).
Sedangkan NORMA merupakan sesuatu yang dipakai untuk menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Perbedaan dengan ETIKA adalah ETIKA cenderung "relatif" terhadap pemahaman yang berlaku di komunitas, sementara NORMA memiliki bagian ukuran yang "pasti". 2 dari 4 norma yang memiliki kepastian adalah Norma Agama dan Norma Hukum, disamping Norma Kesopanan dan Norma Kesusilaan yang bersifat relatif.
Benny Elian / MT 2013
Ketika membicarakan moral, untuk menilai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, kita menggunakan akal pikiran dan rasio karena moral sendiri sifatnya lebih universal. Sedangkan jika membicarakan etika, yang menjadi tolak ukur adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang di suatu lingkungan, dimana norma ini nilainya lebih abstrak
DeleteErny A Sylwana
MT UI 2013 1206312252
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya adat kebiasaan. Etika muncul karena filsafat yang menyelidiki mana yang baik mana yang buruk dengan memperhatikan kebiasaan tingkah laku manusia.
DeleteMoral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores yang artinya juga adat kebiasaan. Perbedaan moral dan etika adalah jika etika cenderung bersifat teori, sedangkan moral cenderung bersifat praktis. Disamping itu etika cenderung memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral cenderung lebih terbatas. Ukuran moral suatu daerah belum tentu sama dengan ukuran moral daerah lain.
Sedangkan norma merupakan aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Norma ini terdapat bermacam-macam jenis sesuai dengan lingkup aturannya. Diantaranya adalah norma hukum, norma agama dll.
Etika : cara memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan kehidupan dengan baik, sesuai aturan yang berlaku dimasyarakat.
DeleteMoral : kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan.
Norma : ukuran, pedoman, aturan atau kaidah yang menjadi dasar pertimbangan dan penilaian yang mengandung sanksi dan penguatan.
ETIKA: Etika berasal dari kata “Ethos” yang berarti adat kebiasaan yakni perilaku yang dilakukan secara terus menerus yang kemudian dinilai baik dan buruknya,boleh atau tidak,pantas atau tidak pantas.
DeleteMORAL: Yakni tradisi kepercayaan mengenai perilaku benar dan salah. Norma moral adalah sistem aturan yang berlaku bagi manusia yang bersumber dari hati nurani manusia.
NORMA: Merupakan sistem aturan hidup yang bersumber pada kesepakatan kesepakatan yang diciptakan oleh dan dalam komunitas pada wilayah tertentu.
"Hal yang dinilai baik secara etika belum tentu benar menurut moral, benar menurut moral belum tentu secara norma itu berlaku atau disepakati"
secara etimologis etika dan moral sama-sama merujuk pada pemahaman yang sama yaitu suatu tundakan yang baik. etika (yunani : ethos) dan moral (Latin :morales). menurut saya, moral merujuk pada hubungan antara "aku" dan ke "aku"an ku. sedangkan etika merujuk pada hubungan aku pribadi dengan orang lain. etika diginakan sebagai acuan studi untuk menilai benar tidaknya sebuah tindakan berdasarkan pendangan-pandangan umum (hasil orientasi rasional) sedangkan moral bertujuan untuk menilai baik buruknya sebuah tindakan dari seorang individu (hasil refleksi). sedangkan norma menurut saya merupakan ketentuan-ketentuan hasil kesepakatan (konsensus) atas berbagai tindakan individu dalam sebuah masyarakat.
DeleteApakah di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini, dengan menjalankan etika bisnis yang baik para pelaku dapat memenangkan persaingan? Mengapa demikian?
ReplyDeleteBelum tentu. Jika para pelaku 'bermain' dengan sangat jujur, hal tersebut dapat merusak pasar mereka sendiri dengan secara tidak langsung memperlihatkan value atas suatu produk / bisnis yang dapat dikalahkan oleh kompetitor.
DeleteMenurut saya, dengan menjalankan etika bisnis yang baik maka para pelaku bisnis dapat memenangkan persaiangan dan mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yaitu bisnis yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
DeleteEtika Bisnis dapat membentuk standar bagi seluruh pelaku bisnis (baik karyawan maupun pimpinan) dan menjadikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan, mengambil keputusan, dan dalam membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Secara individual setiap karyawan bertanggung jawab atas perbuatannya, sesuai dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianutnya. Namun kelangsungan suatu organisasi bisnis juga akan ditentukan seberapa kuat penegakan etika bisnis di dalamnya yang diterapkan dalam bentuk budaya perusahaan ataupun kode etik (code of conduct) yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
Etika bisnis yang buruk bisa mengarah kepada kerugian financial, menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan, dan pada beberapa kasus dapat berakhir dengan kebangkrutan perusahaan itu sendiri.
Contoh kasus : Enron Corp
Enron Corp (perusahaan gabungan antara InterNorth dan Houston Natural Gas) merupakan perusahaan bergerak di bidang energi terbesar di AS dan kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Enron menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Pada akhirnya Enron jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Sumber referensi:
http://www.studymode.com/essays/Kasus-Enron-432561.html
Dari contoh kasus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran kode etik yang seharusnya menjadi pedoman perusahaan, baik pelanggaran berupa deception, discrimination of information, coercion, bribery, dan keluar dari prinsif good corporate governance pada akhirnya akan berujung pada kehancuran yang tragis.
Bisa. Dengan menjalankan etika bisnis yang baik, pelaku bisnis secara tidak langsung memacu diri untuk dapat tetap ada dalam persaingan tetapi dengan cara yang baik. Salah satunya adalah dengan inovasi. Inovasi tumbuh dari kreatifitas yang adaptif. Artinya yang dikreasikan tidak hanya memiliki ‘nilai kreatif’n tetapi juga dapat diterima pasar; nilai adaptif. Dengan menjalankan etika bisnis yang baik, pelaku bisnis juga membangun citra bisnis dirinya yang baik dari konsumen dan itu dapat berlangsung lama. Contoh: Dahulu di Jabotabek perusahaan taksi BB menajalankan etika bisnis yang baik dalam persaingannya dengan perusahaan taksi XX yang menjalankan bisnis dengan cara sebaliknya. BB bertumbuh dengan lambat. XX bertumbuh cepat. Konsumen kemudian yang menjadi hakim di antara BB dan XX. Konsumen mengetahui bagaimana tidak jujurnya XX. XX kemudian ditinggalkan. Dan sekarang taksi menjadi identik dengan BB. XX hingga sekarang sukses dan citra brand-nya baik di mata konsumen.
DeleteMarcell 1306360605
Seperti yang sudah disebutkan oleh mbk Renni tentang manfaat etika bisnis yang baik bagi perusahaan. Manfaat tsb bisa dijadikan alat untuk memenangkan persaingan bisnis yang ada. Perlu digaris bawahi untuk mendapatkan manfaat tsb dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
DeleteTapi seperti yang sudah-sudah,perusahaan yang menjalankan bisnis dengan etika baik walaupun kesuksesannya naik perlahan-lahan namun bisa bertahan lebih lama daripada perusahaan yang menghalalkan segala cara (tidak beretika bisnis yang baik) untuk meraih kesuksesan..
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya..bagaimana caranya suatu perusahaan mempertahankan etika bisnis yang baik?seperti yang disebutkan sebelumnya,bahwa manfaat etika bisa dirasakan tidak dalam waktu yang singkat..
Opini saya: tren bisnis di Indonesia saat ini lebih banyak yang menganut faham teleologi dikarenakan banyak yang menghalalkan segala cara yang penting bisa mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dapat diakui akan lebih sedikit menjamin para pelaku bisnis untuk bertahan hidup dengan cukup lama. Sedangkan para pelaku bisnis yang menganut faham deontology dengan sendirinya tersingkir dari persaingan bisnis dan mengalami bangkrut.
DeleteMenurut saya, dengan menjalankan etika bisnis yang baik, suatu perusahaan dapat bersaing di pasar. Sebagai contoh: Menurut saya industri telco di Indonesia menurun karena adanya perang harga yang tidak etis atau vulgar, dimana adanya operator baru yang memberikan harga sangat murah, dan operator baru tsb memenangkan pangsa pasar di Jabodetabek. Akan tetapi, dengan harga murah, operator baru sulit untuk melakukan ekspansi besar2an keluar area Jabodetabek, sehingga ketika pesaing besar mulai ikut menurunkan harga, si operator baru tadi kesulitan bersaing karena tidak punya kelebihan yang signifikan di mata konsumen.
DeleteDari sini saya ingin menjelaskan bahwa, harga murah memang bagus bagi konsumen, tapi yang jadi masalah adalah semurah apa, apakah etis atau baik bagi industri jika harga terlalu murah?Jadi, untuk memenangi persaingan bisnis atau setidaknya bersaing, etika bisnis yang baik terhadap konsumen dan terhadap industri itu sendiri perlu dilakukan.
Thanks & regards,
Anton, MT'13
Dalam menjalankan bisnis di tengah persaingan yang begitu ketat, etika bisnis tetap dapat dijalankan. Karena bagaimanapun etika bisnis yang buruk walaupun dalam jangka pendek kelihatannya untung, tapi dapat menghancurkan kepercayaan konsumen yang ujung-ujungnya dapat menghancurkan perusahaan. Menjalankan etika bisnis tidak berarti harus selalu terbuka, tetapi tetap berjalan dalam koridor persaingan yang sehat untuk dapat berkompetisi sehingga saling memacu diri untuk menjadi lebih baik
DeleteMenurut saya, dengan menjalankan etika bisnis yang baik sebuah perusahaan akan dapat semakin berkembang pesat. saya ambil contoh dari transformasi yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia yang dimulai dari tahun 2009 dengan penerapan prinsip GCG (Good Corporate Governance) yang awalnya merugi hingga Rp 80 Miliar pada tahun 2013 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp460 miliar.
DeleteGCG sendiri merupakan salah satu bentuk implementasi etika bisnis. Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, disebutkan bahwa Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika (sumber: http://yenkeylon.blogspot.com/2013/04/good-corporate-governance-suatu-bentuk.html).
menurut saya dengan menerapkan etika bisnis dapat lebih memacu individu atau perusahaan untuk berinovasi tanpa harus menjiplak atau mem "plagiat" produk pesaingnya. tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah dengan semakin banyaknya jumlah pesaing dari dalam negeri maupun luar negeri dan dengan berbagai teknologi baru yang diperkenalkan sehingga mempersempit peluang bisnis dan peluang inovasi, sehingga bagi perusahaan yang resources nya terbatas, akan memicu perusahaan itu untuk tidak ber "etika bisnis" dalam menjalankan usahanya dan hanya berorentasi pada bagaimana mempertahankan perusahaan......bukan bagaimana memperoleh kepercayaan konsumen atau bagaimana mengembangkan perusahaan. sebuah pilihan yang sulit pada kondisi seperti itu saya rasa.
DeleteMenurut saya, bisa saja karena ketika suatu perusahaan dan diri kita sendiri yang menjalankan bisnis tersebut memiliki etika, maka kita dapat dihargai dan mendapat respon yang baik dari rekan bisnis kita. Ketika nanti nya kita mau melebarkan sayap bisnis kita, mereka tidak akan melupakan itikad baik kita dalam berbisnis. Ketika kita berniat baik dalam berbisnis memang terlihat lama dalam meraih keuntungan, tetapi dari segi diri kita sendiri dan perusahaan itu merupakan langkah yang baik untuk kedepan. kepercayaan itu sangat penting.
DeleteApakah ada contoh praktek etis dan tidak etis yang dipraktekkan oleh industri (di tingkat makro / negara) dan perusahaan (di tingkat mikro) ?
DeleteKita dapat memenangkan persaingan sengit dengan kompetitor dengan tetap menjalankan etika bisnis yang ada. Mengapa demikian?
DeleteMenurut saya, costumer butuh bukti dari kita. Dengan etika yang baik, didukung dengan performance yang baik, akan meningkatkan kepercayaan dari costumer kita. Daripada selalu janji-janji manis, tetapi tidak ada bukti yang nyata.
Muhammad Wildan
ManTel 2013
Upaya memenangkan persaingan tidak dapat hanya mengandalkan etika bisnis. Etika menjadi tolok ukur pertama sebagai interface dengan client dalam rangka meraih kepercayaan dari klien. Hal utama lainnya yang menjadi kontributor dalam memenangkan persaingan adalah kemampuan inovasi dan daya intelektual. Sebagai contoh dalam jasa perbankan, suatu bank akan unggul jika bank tersebut komitmen menjaga kerahasiaan data nasabah, memiliki jenis layanan yang dibutuhkan nasabah, dan dapat menyediakan sarana transaksi yang lebih fleksibel namun mudah dipahami oleh nasabah tersebut. Berbeda halnya dalam jasa konsultasi hukum dimana kemampuan inovasi mungkin tidak memberikan dampak signifikan, karena etika dan daya intelektual merupakan core dari industri tersebut.
DeleteBerkaitan dengan contoh praktek etis dan tidak etis di industri, semisal perbankan adalah:
[1] contoh etis
Suatu Bank yang memiliki afiliasi usaha dengan sebuah perusahaan asuransi memiliki prosedur bahwa ketika pembukaan rekening baru, nasabah yang bersangkutan akan ditanyakan kesediaannya secara tertulis mengenai kepada perusahaan apa saja datanya boleh dibuka. Nasabah berhak sama sekali tidak memperkenankan akses tersebut selain kepada Bank dan hal ini tidak akan memberikan efek negatif bagi nasabah tersebut.
[2] contoh tidak etis
Suatu Bank yang memiliki afiliasi usaha dengan sebuah perusahaan asuransi bersepakat bahwa data nasabah dapat dibuka kepada perusahaan asuransi tanpa seizin nasabah. Dalam hal ini nasabah akan merasa privasinya diganggu oleh Bank.
Sebagai jawaban dari pertanyaan di atas, saya mengambil contoh dari perusahaan dunia Johnson & Johnson. Pada tahun 1943, jauh sebelum perusahaan tersebut menjadi besar dan go public, Robert Wood Johnson yang saat ini menjabat sebagai Chairman mendeklarasikan 'Credo', suatu komitmen yang disepakati bersama dengan seluruh aspek perusahaan tersebut dan menjadi kompas mereka dalam setiap keputusan ataupun terobosan-terobosan yang mereka hasilkan. Credo, yang mereka percaya sebagai 'recipe of our business success' merupakan komitmen untuk menjadikan perusahaan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi stakeholder, tapi juga bermanfaat bagi supplier dan distributor mereka, para staf dan buruh, customer dan juga lingkungan. Komitmen ini secara konsisten terus mereka jadikan pegangan, sehingga Johnson & Johnson tidak hanya menghasilkan produk bermutu yang mendunia, tetapi juga aktif dalam melestarikan alam, melindungi hak-hak pekerjanya dan aktif berkontribusi dalam berbagai kegiatan kemanusiaan
DeleteErny A Sylwana
ManTel 2013 1206312252
Etika bisnis membuat persaingan bisnis menjadi berjalan sehat dan kondusif. Sehingga tidak ada cara-cara kotor untuk membunuh atau menghancurkan industri / para kompetitor. Tetapi untuk memenangkan persaingan bisnis tidak semata-mata hanya menjalankan etika bisnis. Diperlukan juga ide-ide kreatif dan inovatif sehingga bisnis yang kita jalani mempunyai keunggulan / nilai lebih dibandingkan dengan kompetitor.
Deletemenurut saya, penegakan etika bisnis dalam persaingan bisnis semakin berat. Kondisi ini semakin sulit dan kompleks, karena banyaknya pelanggaran terhadap etika bisnis oleh para pelaku bisnis itu sendiri, sedangkan pelanggaran etika bisnis tersebut tidak dapat diselesaikan melalui hukum karena sifatnya yang tidak terikat menurut hukum.
DeleteMenurut saya, di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini, dengan menjalankan etika bisnis yang baik para pelaku dapat memenangkan persaingan. Mengapa? Karena bisnis yang beretika adalah bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
DeleteHubungannya dengan customer, sekali customer merasa 'dilukai' oleh suatu perusahaan karena produknya, hampir mustahil customer akan 'setia'. Jika customer pada 'kabur', bagaimana perusahaan bisa survive?
Begitu pula dengan hubungan perusahaan dengan para partner supplier. Misalnya, menunda-nunda pembayaran sewa pada perusahaan partner (vendor/provider) mungkin tidak melanggar hukum karena tidak dituangkan dalam kontrak. Namun hal itu bertentangan dengan nilai moral karena vendor/provider juga perlu "hidup". Jika perusahaan sudah terkenal sebagai perusahaan yang suka menunda-nunda pembayaran dan sudah tidak dipercaya oleh para partner-nya, apakah perusahaan bisa mendapat dukungan penuh dan unggul dibandingkan kompetitornya?
Hubungannya dengan kompetitor, menjalankan etika bisnis mendorong inovasi dan motivasi dalam meningkatkan layanan dan kualitas, dan inilah value yang penting bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan.
Menjalankan suatu bisnis perusahaan dengan tingkat persaingan yang ketat tetap harus memperhatikan etika bisnis berupa nilai, norma, prilaku untuk menjalin hubungan dengan mitra, pelanggan, stakeholder, dan juga masyarakat. Menjaga etika bisnis berpengaruh terhadap kelangsungan (sustainable) suatu bisnis, menciptakan sinergi antar sesama pelaku usaha. Faktor yang harus diperhatikan dalam berbisnis adalah memperhatikan dan menjaga kepentingan serta menjaga perasaan lawan bisnis. Fakor lainnya adalah mencegah situasi selisih paham, karena antar pelaku bisnis mempunyai standar etika yang berbeda walaupun ada aturan etika yang berlaku umum. Berikut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam etika bisnis :
Delete- Persaingan sehat. Persaingan dalam dunia usaha adalah hal yang biasa, pelaku usaha dituntut untuk dapat berinovasi dan mengatur strategi untuk mengembangkan bisnisnya. Persaingan bisnis yang negatif, secara tidak langsung bisa mengancam perkembangan bisnis itu sendiri karena takut akan profit yang berkurang, dan menaklukkan pasar. Menciptakan persaingan yang sehat akan lebih memberikan hal yang baik bagi pebisnis, pesaing itu sendiri dan bahkan para pelanggan.
- Entrepreneur jujur. Berpegang pada nilai-nilai jujur dan disipilin terhadap pembangunan diri sendiri dan usaha. Jujur dalam berbisnis akan menjalin hubungan yang baik kepada konsumen (menciptakan kepercayaan dari pelanggan) dan meminimalkan kehancuran usaha. Dunia bisnis akan sangat rentan terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme. Menjalankan bisnis dengan kebijakan yang bermoral tentu akan menjaga kelangsungan (sustainable) bisnis itu sendiri.
- Tanggungjawab sosial. Berkomitmen untuk mengembangkan bisnis yang berkesinambungan serta membentuk kepedulian terhadap lingkungan sosial, seperti norma masyarakat, partisipasi pembangunan, dan edukasi. Hal ini secara strategis berguna bagi pelaku usaha agar bisnis dapat berjalan lancar. Pelaku bisnis yang baik dan bertanggungjawab adalah yang mampu menunjukkan kepeduliaan terhadap lingkungan sosial.
- Memisahkan urusan bisnis dan pribadi. Walaupun bisnis masih dalam skala kecil, sebaiknya tetap dijalankan dengan profesional dan tanggung jawab dalam menjalani usaha tersebut. Memisahkan semua urusan pribadi, urusan bisnis dan manajemen waktu antara bisnis dan pribadi yang seimbang. (Sumber : Membangun Etika dalam Berbisnis, Sukma Inspirasi.com)
Dengan menjalankan etika bisnis, suatu industri atau perusahaan mempunyai salah satu modal terpenting untuk memenangi persaingan bisnis di masa sekarang ini.
DeleteSaya mengutip salah satu quote dari Richard De George bahwa sebuah perusahaan yang ingin sukses dalam bisnis membutuhkan tiga hal yaitu :
a. Produk yang baik
b. Manajemen yang baik
c. Etika
Selain perusahaan menyediakan produk atau jasa yang berkualitas baik, dimana produk tersebut dihasilkan melalui sistem manajemen perusahaan yang terstruktur dengan baik dan tepat, tapi jika tidak memiliki etika maka cepat atau lambat perusahaan akan mengalami kerugian atau mengarah kepada bangkrut.
Kerugian disini bukan saja mempengaruhi karyawan tapi juga masyarakat sekitar.
Jadi dengan menjalankan etika bisnis bukan sebagai jaminan mutlak akan memenangi persaingan, namun merupakan strategi yang tepat bagi perusahaan untuk menuju yang terbaik.
[Sumber : Pengantar Etika Bisnis, K. Bertens]
Mana yang lebih utama, norma hukum atau norma moral? Mengapa demikan?
ReplyDeleteNorma hukum akan menjadi lebih utama dikarenakan sudah melegalkan suatu moral dan etika serta mempertimbangkan semua kemungkinan dari berbagai sisi. Norma hukum dengan dilindungi Undang-Undang akan memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih dapat diterima oleh masyarakat.
DeleteNorma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan tindakan setiap individu sebagai manusia, dan merupakan hukum tak tertulis dalam hati setiap anggota masyarakat. Norma hukum adalah norma yang mengatur seluruh anggota masyarakat untuk dapat hidup bermasyarakat dengan baik, dan memiliki sanksi jika dilanggar.
DeleteWalaupun norma moral dan norma hukum sama-sama mengatur perilaku manusia, menurut saya norma moral lebih utama karena :
- Moral setiap individu lah yang menilai hukum, bukan sebaliknya.
- Norma moral mengatur kehidupan individu sebagai manusia, tidak pernah dapat diubah atau dibatalkan. Sedangkan norma hukum datang dari luar diri manusia, dan pada kondisi tertentu masyarakat dapat mengubah norma hukum.
- Pelanggaran terhadap norma moral adalah sanksi batin yang akan membebani hati nurani, jauh lebih berat dibanding sanksi hukum yang bersifat lahiriah.
Norma moral lebih utama meskipun keduanya penting. Sebab norma moral melekat pada setiap individu manusia tanpa ada batasan waktu dan tempat. Oleh karenanya norma moral lebih universal dibandingkan dengan norma hukum. Norma moral merupakan alarm yang dimiliki setiap pribadi dalam menentukan keputusan dan menjalankan sikap berdasarkan yang baik dan yang buruk.
DeleteNorma hukum penting tetapi tidak utama sebab keterbatasan norma hukum dalam menilai tindakan orang. Norma hukum pun tidak universal. Buktinya, hukum di setiap negara berbeda. Namun, norma hukum dapat dilihat batasannya karena dituangkan dalam dalam aturan-aturan tertulis atau tidak tertulis. Dan ini telah menjadi kesepakatan suatu masyarakat.
Marcellinus 1306360605
Opini saya: Norma moral sebaiknya lebih diutamakan karena sangat berkaitan dengan individu masing masing. Jika moral individu baik maka dapat meminimalisasi pelanggaran hukum. Seringkali pelanggaran yang terjadi tidak melanggar norma hukum, akan tetapi bertolak belakang dengan norma moral. Contoh: mencari bocoran kontrak pesaing pada saat tender proyek di tempat mesin fotocopy/ditempat pembuangan kertas bekas.
DeleteSaya setuju norma moral yang utama karena merupakan nilai yang hakiki dari sebuah kebenaran atau kesalahan. Norma hukum hanya bisa dinyatakan jika terjadi dari suatu pengalaman dan disahkan sebagai suatu aturan baku yang menyatakan kesalahan atau kebenaran. Dan tidak semua norma moral dapat diterjemahkan dalam suatu norma hukum karena mungkin belum pernah terdefinisi sebelumnya.
Deletemenurut pendapat saya norma moral membutuhkan norma hukum karena tanpa norma hukum, norma moral akan mengawang-awang kalau tidak dilembagakan dalam masyarakat. sebaliknya norma hukum juga membutuhkan norma moral karena tanpa norma moral, hukum tidak berarti banyak jika tidak dijiwai dengan moralitas. Sebagai contoh, pembajakan merupakan bentuk pelanggaran norma hukum, namun karena secara norma moral pembajakan seakan diperbolehkan, sehingga pembajakan akan sulit diberantas dari masyarakat.
Deletesama dengan pak enov, norma moral penting dalam menjalankan usaha. norma moral dapat membuat kita dihargai dengan baik dan para rekan bisnis kita nyaman dalam menjalankan bisnis dengan kita. karena moral yang baik membuat kita dipercaya karena kita tahu apa yang pantas dilakukan dan apa yang tidak. norma hukum juga baik karena kita lebih dilandasi hukum dalam melakukan bisnis, tetapi moral harus lebih diutamakan.
DeleteBagaimana pendapat anda jika norma hukum tersebut atau proses pembuatannya ternyata melanggar norma moral? Contohnya hukum apartheid di Afrika Selatan di masa lalu. Tentu konsekuensinya bisnis akan dipersulit oleh penguasa jika hukum itu tidak dijalankan. Jika Anda pelaku bisnis di negeri tersebut, sebaiknya mematuhi atau tidak?
DeleteApakah di zaman ini masih ada produk hukum yang bertentangan dengan norma moral? Apa misalnya ...
DeleteSetuju dengan pendapat rekan-rekan sekalian, bahwa norma moral lah yang harus lebih didahulukan. Karena, bersih atau kotor berawal dari diri sendiri. Secara tidak langsung, dengan didahulukannya norma moral, norma hukum akan kita taati juga.
DeleteMenurut saya, norma moral selayaknya diposisikan sebagai tindakan preventif karena disusun menggunakan kebijaksanaan nurani dan bersifat "memprediksi", yaitu menjelaskan dampak negatif yang akan dialami jika norma tersebut dilanggar. Sedangkan norma hukum lebih kepada tindakan kuratif karena menjelaskan dengan alur logika satu arah (jika A maka B) dan bersifat "menghukum".
DeleteSaya berpendapat apartheid mungkin bisa diatasi jika objek dari hukum apartheid tersebut dibina dari awal dengan pendidikan dan kepercayaan, dan penguasa tidak menganggap bahwa perbedaan warna kulit mengindikasikan perbedaan kualitas individu.
Mengenai produk hukum yang bertentangan dengan norma moral:
Ada produk hukum yang baru-baru ini dibatalkan oleh MK karena dianggap menggunakan parameter subjektif dalam menilainya sehingga ukuran benar/salahnya sangat relatif sehingga memberikan ketidakpastian maupun keadilan dan oleh karenanya bisa dipandang tidak sesuai dengan moral. Produk hukum tersebut adalah frasa "perbuatan tidak menyenangkan" dalam Pasal 335 KUHP. Sumber bisa dicek di http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan_sidang_1606_1%20PUU%202013%20-%20telah%20ucap%2016%20Jan%202014%20-%20print.pdf
Apakah di zaman ini masih ada produk hukum yang bertentangan dengan norma moral? Apa misalnya ...
DeleteRelatif.
Seorang koruptor yang juga merupakan seorang wakil rakyat yang menggelapkan uang rakyat miliaran rupiah dihukum 4 tahun penjara. Bagi dia, hukuman yang dia terima, setimpal dengan kejahatan yang sudah dia lakukan. Bagi dia "setimpal" sebab standard moralnya hanya sebatas demikian. Namun, bagi rakyat kecil, bagi para pembayar pajak yang rajin membayar pajak dari hasil keringat dan usaha keras serta melihat banyaknya rakyat miskin dan tidak dan tidak tersentuh pembangunan, jelas hukumuan yang diterima si koruptor sangat tidak setimpal. Produk hukum tersebut akan dipandang oleh mereka, bertentangan dengan norma moral.
Menurut saya baik norma moral maupun norma hukum harus diutamakan, tergantung dari kejadian atau aturan yang dilanggar oleh subjek. Baik norma moral ataupun norma hukum memiliki sifat mewajibkan namun memiliki kekuatan mengikat yang berbeda. Kekuatan norma moral lebih berasal dari dalam subjek sendiri, tanpa bisa dipaksakan begitu saja dari luar, sedangkan kekuatan mengikat norma hukum ditentukan oleh negara. Jadi selain norma moral, norma hukum sama pentingnya dan juga harus diutamakan. Sebagai contoh, walaupun pencuri tidak tahu perbuatannya itu salah dan dia tidak mengganggapnya sebagai pelanggaran moral, tetapi karena merugikan orang lain tentu si pencuri juga harus dihukum sesuai hukum yang ditentukan oleh negara.
DeleteThanks & regards,
Anton, MT'13
Jika terdapat norma hukum yang isinya melanggar atau dalam proses pembuatannya melanggar norma moral akan mengakibatkan keresahan / kebingungan publik sehingga menyebabkan masyarakat sekitar menjadi tidak percaya lagi kepada pembuat norma hukum. dan paling parah adalah terjadinya kekacaun dimasyarakat.
DeleteJika saya menjadi pebisnis pada negeri seperti itu mau tidak mau kita harus mematuhi-nya namun masih dalam batas menjunjung nilai-nilai kemanusian
Menurut saya jika norma hukum ataupun proses pembuatannya ternyata melanggar norma moral, maka norma hukum tersebut tidak akan bertahan lama. Pada akhirnya produk hukum yang bersifat imoral akan dicabut kembali oleh masyarakat. Seperti halnya yang terjadi pada hukum Apartheid di Afrika Selatan. Kualitas hukum selalu diukur dengan norma moral, dan hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas. Jika ada norma hukum yang bertentangan dengan norma moral, maka kualitas hukum tersebut patut dipertanyakan. Dan jika dihadapkan pada kondisi tersebut, tidak mematuhinya adalah pilihan yang baik.
DeleteNorma hukum biasanya dibuat oleh suatu sistem pemerintahan/kemasyarakatan. Sehingga kadang norma hukum terpengaruh oleh situasi politik dimana norma hukum itu dibuat. Sedangkan norma moral melekat pada hati dan pikiran individu-individu manusia.
DeleteKetika norma hukum bertentangan dengan norma moral, maka akan muncul gejolak dalam hati dan pikiran individu-individu manusia. Ada kalanya individu-individu manusia ini kemudian pasrah mengikuti norma hukum yang berlaku setelah melalui proses pembiasaan atau doktrinasi. Tetapi ada pula individu-individu manusia yang tetap kokoh dengan norma moral yang dianut, sehingga menimbulkan perlawanan.
Mana yang lebih utama, norma hukum atau norma moral?
DeleteNorma hukum dan norma moral sama-sama penting, namun tidak semua hal-hal dapat diatur secara tertulis sebagai norma hukum. Untuk hal-hal yang telah diatur dalam norma hukum, norma hukum menjadi utama sebagai dasar penegakan hukum dalam hubungan bermasyarakat.
Namun, banyak hal yang tidak diatur dalam norma hukum. Apabila hukum belum secara konkrit mengatur, moralitas haruslah di utamakan, sehingga perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral tidak patut untuk dijalankan walaupun tidak melanggar hukum.
Baik norma hukum maupun norma moral sangatlah penting dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain karena saling terkait, terutama pada suatu kegiatan bisnis.
DeleteBila ditinjau dari norma moral, maka norma inilah yang menjadi dasar apa yang baik dan tidak baik, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Lalu datanglah norma hukum yang merupakan bentuk perwujudan dari norma moral tersebut yang disahkan dalam bentuk tertulis dan menerapkan sanksi apabila norma hukum dilanggar.
Namum tidak semua hal yang bersifat tidak etis adalah pelanggaran hukum dan diatur dalam hukum. Hanya hal yang menyangkut kepada perlindungan kepentingan atau hak akan diatur oleh hukum.
Dalam kegiatan bisnis, para pelaku harus mentaati norma hukum yang berlaku serta menjalankan norma moral yaitu etika bisnis, sehingga dapat menetapkan apa yang pantas dilakukan atau tidak pantas, karena tidak semua hal perlu diatur dalam payung hukum. Ini merupakan syarat paling minimal dalam kegiatan bisnis.
Sehingga apabila secara moral suatu perilaku bisnis itu dikatakan salah, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku tersebut juga melanggar hukum.
[Sumber : Pengantar Etika Bisnis, K. Bertens]
Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
DeleteHukum adalah norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum.
Norma hukum adalah norma yang tidak dibiarkan untuk dilanggar.
Orang yang melanggar hukum pasti dikenai hukuman sebagai sanksi.
Terdapat hubungan erat antara moral dan hukum; keduanya saling mengandaikan dan sama-sama mengatur perilaku manusia.
Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum adalah kosong.
Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya.
Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma moral.
Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti bila dalam masyarakat kesadaran moral mencapai tahap cukup matang.
Menurut saya yang ada hanyalah norma hukum, sedangkan moral tidak bisa di klasifikasikan ke dalam bentuk-bentuk norma karena karena moral merupakan hasil refleksi individu yang tidak dapat di justifikasi. eksistensi norma hukum sangat ditentukan oleh keberadaan moral. Adanya tindakan yang dinilai buruk karena ada tindakan lain yang dinilai baik atau benar dan tindakan baik atau benar itu adalah moral itu sendiri.
DeleteMenurut saya norma moral yang lebih penting. Karena norma hukum merupakan hasil dari norma moral yang bersifat mengikat. Jadi apabila kita menjalankan norma moral tentu kita juga sudah menjalankan norma hukum
Deletenorma hukum atau norma moral, mana yang lebih utama ?
Deletetergantung dari sisi mana kita melihat. biasanya yang lebih diutamakan adalah norma hukum karena norma hukum mewajibkan kita melakukan sesuatu yang benar karena memang adanya paksaan dari negara. tetapi jika kita menilai dari sisi kebaikan personalitas, sebenarnya norma moral yang lebih penting. menurut saya jika kita bisa mematuhi norma moral, maka otomatis kita akan mematuhi norma hukum dengan sendirinya
Menambahkan, menurut saya hal yang paling utama adalah norma moral. Walaupun pada awalnya norma moral tersebut tidak lah memiliki justifikasi hitam di atas putih, dengan isu-isu norma moral yang timbul di suatu lingkungan secara kontinu, nantinya (seharusnya) norma hukum akan mengikuti menguatkan norma moral tersebut.
DeleteLebih utama norma moral karena jika ditelaah lebih dalam,norma hukum bagian dari norma moral. Hal tersebut bisa diliat dimana orang yang melanggar norma hukum (korupsi,membunuh dsb) pasti juga melanggar norma moral yang ada,namun tidak sebaliknya..
ReplyDeleteNorma moral penting karena dapat menunjukkan batasan mana yang baik dan mana yang buruk atau mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, tetapi bagaimana dengan orang atau kelompok orang yang tahu tentang norma-norma moral tetapi tetap melanggarnya dengan berbagai alasan..?? tentu saja norma hukum akan menjadi sangat penting disini...karena sifatnya yang mengikat dan memaksa setiap individu atau kelompok untuk tetap berperilaku dan bertindak sesuai dengan norma-norma yang tertulis dalam norma hukum tersebut...baik dengan suka rela atau terpaksa.
ReplyDeleteQ-04/2014
ReplyDeleteJika topik ini diabaikan, apa saja potensi masalah yang akan muncul dan berapa fatal akibatnya? Mohon dijelaskan ya...
Jika didalam bisnis tidak mengenal etika maka para pelaku bisnis akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kontak fisik. Sehingga yang kuat akan menjadi pemenangnya. Akan berlaku seperti hukum rimba dimana yang kuatlah yang tetap bertahan. Tidak adanya control dalam menjalankan bisnis jika tidak ada etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
DeleteJika Etika Bisnis diabaikan, maka potensi masalah yang akan muncul adalah:
Delete1) Kekecewaan klien bisnis sehingga berdampak pada perselisihan/persengketaan;
2) Adanya persepsi/sentimen negatif kepada perusahaan sehingga menurunkan tingkat kepercayaan bisnis dan memunculkan ketidakpercayaan publik;
3) Penurunan transaksi bisnis sehingga berdampak pada ketidakpastian keberlangsungan usaha perusahaan;
4) Demoralisasi dan demotivasi karyawan karena perusahaan tidak memiliki prospek yang baik.
topik ini didalam bisnis sangat lah penting karena sebagai salah satu faktor yang mendukung kesuksesan dalam meraih profit yang baik dari sisi bisnis perusahaan itu sendiri, apabila diabaikan, hal ini akan berdampak pada citra perusaaan, perusahaan yang meninggalkan teori ini menghalalkan segala cara untuk mencari keuntungan dan tidak memperdulikan apapun demi meraih keuntungan, sehingga lawan bisnis nya pun akan cenderung tidak menghargai mereka dan investor maupun pelanggan juga akan menghilang karena tidak ada nya etika dalam melakukan bisnis.
DeleteKarena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
Deletesaing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan
selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang karena :
- • Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan
terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
- • Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
- • Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
- • Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Akibat yang terjadi adalah:
Delete- melemahnya daya saing industri
- kerugian bagi tatanan ekonomi nasional
- dapat merugikan pelanggan, stakeholder, dan perusahaan sendiri
- menghancurkan nama baik perusahaan sehingga tidak dapat bertahan lama
Ketika etika bisnis dijalankan maka akan meningkatkan nilai/value dari perusahaan itu sendiri.
Etika bisnis diperlukan dalam suatu persaingan usaha, karena dengan begitu seorang pelaku bisnis akan mampu untuk melakukan persaingan bisnis yang sehat. Dimana etika Bisnis adalah standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional. Dengan adanya etika bisnis akan mendidik moral seseorang agar tidak melakukan kercurangan dalam berbisnis. Setiap pelanggaran yang dilakukan baik sengaja ataupun tidak sengaja harus diselesaikan menurut kode etik yang berlaku. Jika hal ini diabaika. maka tidak akan ada lagi persaingan yang sehat dan dunia bisnis akan dipenuhi dengan unsur-unsur kecurangan.
DeleteJika semua perusahaan mengabaikan etika bisnis pada saat menjalankan usahanya, akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat serta kredibilitas dan tingkat kepercayaan perusahaan yang akan hilang. Jika sudah begitu, maka hanya tinggal menunggu waktu sampai perusahaan tersebut akhirnya jatuh. Kredibilitas perusahaan berhubungan langsung dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Jangan pernah mengabaikan hal ini, karena jika kepercayaan masyarakat sudah hilang, akan sulit bagi perusahaan untuk berkembang.
DeleteDidalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Jika etika bisnis tidak di terapkan maka banyak masalah yang akan di terima oleh perushaan yaitu seperti citra perusahaan yang makin turun, kepercayaan konsumen dan merugikan perusahaan.
DeleteMencoba menjawab pertanyaan, potensi masalah yang akan muncul bila perusahaan tidak menerapkan etika bisnis adalah munculnya rasa tidak percaya terhadap perusahaan tersebut. Karena trust tidak mudah untuk dibangun, banyak perusahaan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membentuk rasa percaya/trust customernya. Oleh karena itu dengan menerapkan etika bisnis dari awal sebagai cara untuk membentuk trust adalah cara yang terbaik
DeleteJika mengabaikan etika bisnis maka yang akan terjadi menurut saya adalah:
Delete1. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
2. Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
3. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
4. Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sehingga masyarakat tidak akan percaya lagi terhadap perusahaan-perusahaan.
Terima Kasih
Michael Purba
MT2014
Studi tentang etika bisnis amat penting dalam konteks manajemen strategis komprehensif. Etika bisnis berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
DeleteEtika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Lebih lanjut, dalam etika bisnis tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, oleh karenanya tiap individu harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral perusahaan. Individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka.
Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.
Jika mengabaikan hal ini, tentu akan menurunkan kepercayaan terhadap perusahaan. Karena dalam bisnis salah satu yang penting adalah kepercayaan. Jika sudah tidak ada kepercayaan, maka tidak ada yang akan mau bekerja sama ataupun membeli produk yang kita jual.
DeletePengabaian etika bisnis menurut saya akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat sebagai konsumen nantinya, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin perusahaan tidak akan bertahan lama karena akan menghancurkan nama baik perusahaan itu sendiri. Sehingga akan muncul persaingan yang tidak sehat menyusul perlakuan satu perusahaan yang mengabaikan etika bisnis. Tentunya perusahaan-perusahaan yang merasa dirugikan akan menjadi tidak mau menjalin kerja sama dengan perushaan tersebut. Padahal kita ketahui bersama "Cooperation Among Competitors" pun di perlukan untuk mencapai strategi yang diinginkan.
DeleteJika topik Etika Bisnis diabaikan, maka pengenalan akan nilai-nilai etika dalam berbisnis dapat menjadi terabaikan atau tidak menjadi jelas atau tidak diketahui, yang merupakan best practices yang dianut secara universal yang semula dijabarkan dari moral, kebijakan, agama dan kebudayaan (culture) yang berlaku. Contohnya dalam bidang telekomunikasi fokus dalam etika profesi yaitu :
ReplyDelete1. PRINCIPLE (prinsip etika dalam memberikan keputusan dalam kebijakan regulasi telko seperti :
a. Intergritas, kejujuran di atas kepentingan pribadi/golongan, objective dan tidak memihak.
b. Mementingkan kepentingan Negara dan masyarakat, memberikan lingkungan yang konjusif untuk usaha yang sehat.
c. Memberikan kepastian hukum : terbuka dan transparan, konsisten dan tidak diskriminatif.
2. UNIVERSAL ACCESS :
a. UA berkembang dari penyediaan basic telephony atau teleponi dasar untuk komunitas (berupa telepon umum), meningkat menjadi untuk individu dan tidak hanya teleponi dasar tetapi internet, dan yang terakhir adalah penyediaan pita lebar ( broadband). Dengan demikian setiap orang akan dapat mengakses informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasannya maupun dalam penyelenggaraan negara, untuk pemerintahan , kesehatan, pendidikan, niaga.
b. Setiap professional dalam bidang telekomunikasi harus mengusahakan agar hal diatas dapat tercapai secara effektif, produktif, secepatnya dan harga yang terjangkau.
3. FUNCTIONALITY :
a. Jelas Kewenangan dan Tanggung jawabnya, tidak tumpang tindih dengan instansi lain;
b. Regulator harus dapat membuat suatu Ketetapan, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dan koordinasi dengan pihak2 terkait.
c. Pimpinan adalah seorang yang kredibel dimana integritas dan kemampuannya telah terbukti
d. Staf harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
e. Ketetapan harus konsisten
f. Accountability , harus dapat mempertanggung jawabkan mengenai ketetapan yang dibuatnya,
g. Harus transparan dan melaksanakan konsultasi publik terhadap pengaturan yang dibuatnya.
h. Enforcement dan Dispute Resolution.
Pelanggaran terhadap ketetapan mendapatkan sanksi.
harus dapat mengajukan banding terhadap ketetapan yang dianggap tidak benar.
4. CONFLIC OF INTEREST
a. Acceptance of Gifts
Setiap pemberian yang dapat mempengaruhi ketetapan dilarang. Harus ada kejelasan antara pemberian token/gratitude or “Bribery”. Beberapa contoh :
- Dibeberapa negara dilarang sama sekali.
- Di Indonesia , sumpah jabatan menyatakan tidak akan menerima dalam bentuk apapun yang dapat mementingkan pribadi atau golongan
- Di beberapa negara pemberian gratitude diatas jumlah tertentu harus dilaporkan.
b. Personal or Financial Conflicts, dapat berupa :
- Hubungan keluarga yang dekat atau pertemanan dengan pihak yang diatur, sedang dalam masalah.
- Kepemilikan saham di perusahaan yang diaturnya. Hal tersebut dapat memberikan keputusan yang tidak objectif
c. Post-Employment
Pejabat baru yang datang dari Perusahaan yang diaturnya , yang dapat memberikan keputusan yang tidak objectif dapat menguntungkan perusahaan tersebut atau malahan tidak menguntungkan perusahaan tersebut. Dibeberapa negara, ada special test untuk itu, atau juga di haruskan adanya “cooling off” period , minimum 3 bulan.
5. PUBLIC CONSULTATION PROCESS
Dalam setiap penetapan Regulasi, Regulator meminta masukan dari publik dan melaksanakan KONSULTASI PUBLIK secara terbuka dan transparan. Proses terlampir yang sering dilaksanakan oleh para Regulator.
Potensi masalah yang akan timbul adalah pelanggaran terhadap etika yang telah disebutkan di atas dan dapat menyebabkan :
ReplyDelete1. Persaingan yang tidak sehat, tidak transparan dan menghalalkan segala cara.
2. Dapat menimbulkan kecurangan baik dari etika profesi maupun dalam etika bisnis antar perusahaan.
3. Menimbulkan tanggungjawab yang rendah terhadap profesi dan kerjasama bisnis yang dijalankan serta melanggar sikap profesionalisme.
4. Dapat menimbulkan keputusan yang subjective dalam kerjasama antar perusahaan, profesi maupun dalam lembaga regulator yang mengaturnya.
Jika etika profesi diabaikan yang akan terjadi diantaranya adalah banyak pihak yang akan dirugikan, banyak aturan-aturan dan hukum yang dilanggar, suasana persaingan bisnis akan keruh dan panas, dan banyak timbul izin atau lisensi yang tidak sah. Yang akan terkena dampak paling besar adalah konsumen atau masyarakat dan lingkungan sekitar walaupun dampak tersebut ahirnya akan berbalik pada sumbernya sendiri. Contoh yang terjadi sudah banyak seperti kasus enron dan lumpur lapindo.
ReplyDeleteBailk lagi ke definisi etika bisnis itu sendiri, yaitu refleksi pemikiran tentang moralitas (baik/buruk) dalam ekonomi dan bisnis yang digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan perilaku bisnis. jika topik ini diabaikan maka tidak ada kontrol moralitas (baik/buruk) atas keputusan dan perilaku bisnis yang dihasilkan/diambil suatu perusahaan.
ReplyDeleteYang menjadi persoalan adalah jika keputusan dan perilaku bisnis tersebut mengarah ke moralitas yang buruk, tanpa adanya kontrol etika maka akibatnya bisa berdampak pada perusahaan dan linkungan sekitar seperti yang sudah dipaparkan Pak Enov dan Pak Apip
Seperti uraian teman teman di atas, sangat jelas bahwa penerapan etika bisnis adalah penting, dan jika diabaikan akan menimbulkan masalah bahkan berakibat fatal pada konsumen perusahaan tersebut, bisnis itu sendiri, bahkan pada beberapa kasus berakibat fatal pada masyarakat. Yang perlu dicermati bahwa, akibat yang ditimbulkan tidak hanya dari sisi finansial saja.
ReplyDeleteRuang lingkup etika bisnis saat ini juga mencakup praktek bisnis yang dapat mengganggu keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan seringkali bersinggungan dengan dua faktor lingkungan eksternal, yaitu : lingkungan alam dan lingkungan pelanggan. Perusahaan mendapatkan bahan baku produksi dari lingkungan pertama (alam), mengolahnya melalui proses produksi, kemudian menjual barang jadi tersebut kepada lingkungan kedua (pelanggan).
Dalam prakteknya, proses produksi seringkali berbenturan dengan persoalan etika bisnis. Misalnya saja : kasus kebakaran besar pada gudang pabrik kimia dan farmasi Sandoz.A.G di Bessel, Swiss (November, 1986). Kebakaran ini memusnahkan bangunan tempat penyimpanan 1.250 ton insektisida, herbisida, dan fungisida yang digunakan dalam bidang pertanian. Karena tidak memiliki sprinkels air (untuk.menyiram api) dan alarm, maka api cepat membesar dan sulit dipadamkan.
Setelah api berhasil dipadamkan, ratusan liter air yang digunakan untuk memadamkan api yang telah tercemar puluhan ton bahan kimia tersebut mengalir memasuki Sungai Rhine, yang merupakan alur sungai besar di Eropa. Dampaknya sangat dahsyat, ketika air beracun itu menyebar seluas 60 km hingga ke laut utara, memusnahkan biota laut, dan mencemari sumber air puluhan kota dan desa di sepanjang aliran sungai dalam jangka waktu yang panjang.
Di Indonesia pun banyak kasus serupa terjadi, misalnya pencemaran logam berat arsen di Teluk Buyat, dan kasus lainnya. Dari contoh kasus tersebut terlihat besarnya potensi masalah yang akan timbul jika perusahaan mengabaikan etika bisnis, hanya berorientasi pada keuntungan bisnis tanpa peduli pada dampak lingkungan yang ditimbulkan melalui kegiatan operasionalnya.
ReplyDeleteBanyaknya isu terkait dengan tidak adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelestarian lingkungan merupakan akibat dari pengabaian Etika bisnis.
Sumber :
Chemical Spill in Basel, Switzerland-1986, Charles Kelley
Etika bisnis dan Good Corporate Governance – Dr. John Pieris,SH,MS & Dr.Nizam Jim Wiryawan SH, MM – 2007
Sedikit tambahan. Perilaku etis terkait dengan trust atau kepercayaan. Dalam bisnis rasa saling percaya diperlukan. Karena tanpa adanya rasa saling percaya maka orang akan was-was dalam berbisnis. jika timbul rasa tidak percaya dan was-was maka akan membuat bisnis sulit untuk berkembang, bahkan bukan tidak mungkin bisnis tersebut akan mandek.
ReplyDeleteQ-01/2015
ReplyDeleteApakah ada hubungan yang erat antara etika bisnis, GCG dan CSR?
Untuk pertanyaan pak amin mengenai hubungan Etika Bisnis dengan GCG (Good Corporate Governance) dan CSR (corporate social responsibility) menurut saya ada.
DeletePerusahaan yang menerapkan etika bisnis yang baik (tidak menganut pandangan egoisme), tentunya tidak hanya memperhatikan kewjiban ekonomi dan legal individu semata (dalam hal ini pemegang saham dan stakeholder), namun perusahaan juga akan kewajiban lainya yang lebih luas , diantaranya tatalaksana perusahaan (corporate governance) yang sekarang sedang marak di Indonesia, kesadaran perusahaan akan lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar bagi karyawan, hubungan perusahan-masyarakat, investasi sosial perusahaan (corporate philantrophy).
Sartika Setiawan
Mantel 2014
Hubungannya itu merupakan acuan bagi perusahaan untuk melakukan GCG dalam rangka :
Delete- mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada prinsip trans transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, indenpensi. Serta kewajaran dan keselarasan.
- mendorong pemberdayaan fugsi daan kemandirian masing-masing organ perusahaan
- mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan.
- mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
- mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
Etika bisnis menjadi salah satu prinsip bagi perusahaan dalam menerapkan GCG dan CSR. GCG fokus kepada memberikan nilai lebih kepada pemegang saham, CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, komunitas sosial, karyawan, dan para stakeholder. Etika bisnis akan memberikan panduan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan GCG dan CSR sesuai dengan prinsip - prinsip dan nilai moral perusahaan sehingga perusahaan dapat bertanggung jawab dan profesional dalam menjalankan kedua kegiatan ini.
DeleteSalah satu bentuk bahwa perusahaan memiliki etika bisnis yaitu dengan adanya CSR. CSR merupakan manifestasi bahwa perusahaan memiliki nilai yang baik atau yang buruk. Jika perusahaan memiliki etika bisnis yang baik, maka akan menjalankan CSR secara baik.
DeleteDari sumber yang saya baca, GCG merupakan sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. GCG dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi. GCG juga untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
DeleteTimbulnya kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance itu tidak terlepas dari tuntutan perekonomian modern yang mengharuskan setiap perusahaan dikelola secara baik dan bertanggung jawab dengan mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing, meliputi pemegang saham, direksi, dewan komisaris serta pihak-pihak lain.
Aktivitas ekonomi yang dijalankan perusahaan sebagaimana prinsip etika bisnis diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat. Penerapan etika bisnis tersebut merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial-moral suatu institusi bisnis dan para pelaku dunia usaha terhadap masyarakat dan lingkungannya. Menerapkan Penerapan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan (Corporate Social Responsibility CSR) secara benar berarti juga memenuhi prinsip responsibilitas yang diusung GCG. Penerapan CSR secara konsisten merupakan bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan. CSR merupakan komitmen perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
Jadi, GCG adalah salah satu implementasi GCG di perusahaan adalah penerapan corporate social responsibility (CSR).
Good Corporate Governance (GCG) ialah suatu sistem, dan perangkat peraturan yang
Deletemengatur hubungan antara berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan.
Terdapat lima prinsip GCG yaitu:
1. Transparency (Keterbukaan Informasi)
2. Accountability (Akuntabilitas)
3. Responsibility (Tanggung Jawab)
4. Independency (Kemandirian)
5. Fairness (Kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip Responsibility mempunyai hubungan yang paling dekat dengan CSR. Prinsip ini memberikan penekanan yang lebih terhadap stakeholders perusahaan (stakeholders-driven concept dan Prinsip yang lain lebih fokus ke shareholders-driven concept.
menurut saya etika bisnis, GCG dan CSR sangat berhubungan. Hal ini karena etika bisnis akan mengarahkan suatu perusahaan untuk peka terhadap adanya GCG dan CSR, oleh karena itu sebagai perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, akan mengedepankan GCG dan CSR sebagai wujud tanggung jawab.
DeleteMencoba menjawab pertanyaan Mas Wawan. Good Corporate Governance sering disebut sebagai sebuah pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Good Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang memiliki agenda yang lebih luas lagi dimasa yang akan datang. Fokus dari akuntabilitas perusahaan yang semula masih terkonsentrasi atau berorientasi pada para pemegang saham (stockholder), sekarang menjadi lebih luas dan untuk tata kelola perusahaan juga harus memperhatikan kepentingan stakeholder. Akibat yang muncul dari pergeseran paradigma ini, tata kelola perusahaan harus mempertimbangkan masalah corporate social responsibility (CSR).
DeleteEtika bisnis adalah langkah yang dapat diambil agar menyeimbangkan antara CSR dan GCG.
Terima Kasih
Michael Purba
MT2014
Menurut hemat saya kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG).
DeleteEtika tersebut menuntut karyawan dan pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan.
Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi
peraturan yang ada. Pelanggaran atas Kode Etik dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.
Etika bisnis yang efektif seharusnya bukan hanya sekedar buku atau dokumen yang tersimpan saja. Namun etika tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action).
Kode Etik (Patrick Murphy) atau kadang-kadang disebut code of conduct atau code of ethical conduct ini, menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah, sumbangan dan sebagainya. Seperti halnya telkomsel melalui istilah telkomsel way
DeletePada perusahaan global dan multikultur, sudah sepatutnya sadar akan tanggung jawabnya kepada pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat di tempat usaha.
ReplyDeleteOleh karenanya, mereka membebani diri pada separangkat nilai etika yang ketat sebagai panduan dalam menjalankan usaha.
Sehingga mereka menerapkan kode etik kepada seluruh pemasok/supplier nya agar mematuhi prinsip-prinsip etika yang sama. Untuk memenuhi tujuan ini, mereka telah menyiapkan kode etik bagi pemasok, yang merupakan perangkat standar dalam bermitra usaha. Berikut contoh prinsip-prinsip utama kode etik pada perusahaan logistik yang diterapkan kepada para pemasoknya, sebagai berikut :
Pemasok harus mematuhi semua hukum perundang-undangan yang berlaku bagi industri masing-masing. Pemasok harus mendukung prinsip-prinsip dari the United Nations Global Compact, Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia seperti halnya Deklarasi ILO tentang prinsip-prinsip dasar dan hak-hak di lingkungan kerja tahun 1998, sesuai dengan hukum dan pelaksanaan nasional. Hal ini berlaku, terutama pada:
• Pekerja di bawah umur (anak-anak)
Pemasok tidak mempekerjakan anak yang berumur dibawah 15 tahun. Jika hukum perundang-undangan atau peraturan yang mengijinkan anak berumur antara 13 dan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan, pekerjaan tersebut tidak diperbolehkan dalam berbagai hal, jika hal tersebut akan menghalangi meskipun bersifat minor atau kecil untuk menyelesaikan wajib sekolah atau pelatihan, atau pekerjaan tersebut berdampak pada kesehatan atau perkembangan mereka (referensi: ILO Convention 138(7)).
• Kerja Paksa (Forced Labor)
Pemasok harus menjalankan aturan tidak adanya kerja paksa atau kerja wajib.
• Kompensasi dan Jam Kerja
Pemasok harus mematuhi perundang-undangan nasional dan peraturan-peraturan tentang jam kerja, upah dan manfaat yang menjadi hak pekerja.
• Diskriminasi
Pemasok harus menghilangkan diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, umur, keterbatasan fisik, orientasi seksual atau gender.
• Kesehatan dan Keselamatan
Kami mengharapkan para pemasok berupaya untuk mengimplementasikan standar kesehatan dan keselamatan kerja pada tingkatan yang tinggi.
Para pemasok mematuhi peraturan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku dan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif untuk kesehatan yang baik, dalam upaya menjaga kesehatan pekerja dan mencegah kecelakaan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan.
• Perencanaan Kelangsungan Usaha
Pemasok harus siap dengan setiap gangguan pada usaha (misalnya; bencana alam, terorisme, virus, penyakit, pandemic, infeksi).
Kesiapan ini terutama mencakup pada perencanaan untuk melindungi karyawan maupun lingkungan sejauh mungkin dari efek bencana yang mungkin timbul dalam domain operasional.
• Pembayaran yang tidak patut/penyuapan
Pemasok harus mematuhi standar anti-suap internasional, seperti yang dinyatakan pada Global Compact PBB serta undang-undang antikorupsi dan penyuapan. Secara khusus, pemasok tidak boleh menawarkan pelayanan, hadiah atau manfaat lainnya kepada karyawan perusahaan yang dapat mempengaruhi perilaku karyawan tersebut dalam mewakili perusahaan.
• Lingkungan
Pemasok harus mematuhi seluruh perundang-undangan, peraturan dan standar-standar tentang lingkungan yang berlaku, serta menerapkan sistem yang efektif untuk mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya potensial terhadap lingkungan.
Pelanggaran kewajiban yang ditetapkan dalam kode etik pemasok ini dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap kontrak antara Perusahaan dengan pemasok, yang dapat berdampak terhadap pemutusan hubungan kerjasama.
Thanks.
Andrianto AW
Mantel 2014
Q-01/2015
ReplyDeleteBagaimana peran regulator dalam menghadapi iklim persaingan bisnis yang semakin tidak mempedulikan "etika bisnis" saat ini ? (contoh: dibidang telekomunikasi)
Mengutip artikel diatas tentang "isu seputar etika bisnis yang mengemuka diantaranya adalah:
Delete1. Bribery (penyuapan)
2. Coercion (pemaksaan)
3. Deception (penipuan)
4. Theft (pencurian)
5. Unfair Discrimination (perlakuan tidak fair atau diskriminasi)"
Regulasi yang dihasilkan sampai saat ini hanya berpijak pada aspek legal instead of moral. Banyak produk-produk hukum yang dihasilkan oleh regulator dapat menjadi batasan dari 5 isu besar dari etika bisnis diatas, selain itu, hasil dari produk hukum itu sendiri adalah menjaga pasar telekomunikasi agar tetap eksis.
Penyusunan platform ini sebaiknya melibatkan semua lembaga pemerintah dan lembaga independen lain, seperti BRTI dan KPPU, termasuk pimpinan negara. Tujuannya untuk menjamin sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan atau aturan agar tidak saling tumpang tindih atau tidak saling bertentangan, mulai dari kebijakan penanaman modal asing (PMA), kebijakan fiskal, kebijakan pengadaan barang dan jasa, kebijakan perdagangan, sampai kebijakan dan pengaturan pada level operasional untuk pengaturan lisensi, penggunaan frekuensi, dan penentuan tarif dasar telepon.
DeleteMencoba menjawab pertanyaan Mas Wawan, Menurut saya peran regulator khususnya di bidang telekomunikasi adalah sebatas membuat peraturan dan undang-undang yang seadil mungkin, ridak memihak dan dapat diterima semua pihak yang terlibat. Sebenarnya agak sulit juga meregulasi “etika bisnis” karena itu sesuatu yang belum tentu melanggar hukum. Paling tidak, pemerintah melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sedikit banyak dapat mengatur masalah etika bisnis ini, misalnya dalam undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
DeleteSalah satu cara untuk menghadapi iklim persaingan bisnis yang tidak sesuai dengan "etika bisnis" dan mengurangi pelanggaran etika bisnis yaitu dengan menuangkan sebagian dari etika bisnis ke dalam suatu hukum positif. Untuk itu, maka ada 2 regulator yang berperan: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Kominfo. peraturan mengenai persaingan usaha sudah cukup jelas ditetapkan oleh KPPU. Namun ketentuan terkait telekomunikasi, sebagai contoh penggunaan frekuensi oleh pihak ketiga, masih menjadi persoalan, sehingga perlu ditinjau ulang peraturan yang berlaku oleh Kominfo. Contoh kasus IM2.
DeleteEtika bisnis merupakan suatu hal yang sulit dibatasi secara hukum, karena sifatnya yang lebih ke arah nilai yang dapat diterima dan sebaiknya dilakukan, bukan wajib. Regulator dapat berperan dengan membuat dasar peraturan/hukum seadil mungkin dan sebanyak mungkin memasukkan unsur etika bisnis. Untuk pengawasan dalam penerapan bisnis dan hukum itu sendiri, dapat dilakukan melalui badan independen seperti BRTI dan KPPU.
DeleteSecara prinsip regulator berperan untuk menjaga agar iklim industri dalam hal ini industry telekomunika tetap berjalan sesuai dengan aturan main yang telah dituangkan dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri. Tantangan terbesar untuk regulator adalah law enforcement. Bekerja sama dengan stake holder terkait, berbagai upaya penindakan dilakukan untuk menjaga etika bisnis di dunia telekomikasi seperti pengawasan terhadap iklan/promosi telekomunikasi, potensi kecurangan dalam interkoneksi, penulusuran pengaduan masyarakat tentang pencurian pulsa, dan lain sebagainya.
DeleteEtika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku untuk mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:
ReplyDelete1. Prinsip otonomi, Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
2. Prinsip kejujuran, Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip tidak berniat jahat, Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4. Prinsip keadilan, Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri, Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
Terima Kasih.
Andrianto A.W.
Mantel 2014
Mas Andri, Muncul sedikit pertanyaan. Dari 5 prinsip etika bisnis yang Mas Andri paparkan, prinsip mana yang Mas Andri anggap paling penting? dan mohon diberikan alasanyya.. Mohon pencerahannya
DeleteMencoba menjawab pertanyaan mas rezi yang ditujukan kepada mas andrianto, menurut saya adalah prinsip kejujuran alasannya adalah kejujuran akan menumbuhkan rasa percaya, bila rasa percaya cukup baik maka prinsip-prinsip lain akan mengikuti. Menurut saya kejujuran menjadi nilai mutlak dalam etika bisnis, karena bila tidak ada kejujuran organisasi/perusahaan akan sulit berkembang
DeleteUntuk pertanyaan Mas Rezi, saya setuju dengan Mas Syaiful, dari semua prinsip di atas, merujuk pada satu kesimpulan yaitu kejujuran. Dengan adanya kejujuran maka etika untuk berbuat jujur dan tidak merugikan pihak lain akan tercipta.
DeleteNamun semua prinsip di atas pada hakikatnya akan saling mendukung satu dengan yang lain.
Saya sependapat dengan pernyataan mas syaiful dan mbak tiara, bahwa prinsip kejujuran merupakan prinsip yang paling penting dari 5 prinsip etika bisnis. Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejujuran akan menciptakan rasa percaya. Kepercayaan yang terbangun dalam bisnis, akan mencegah terjadinya pelanggaran dalam etika bisnis.
DeleteAda statement yang menarik dalam artikel ini: "Etika itu mengikat tetapi memang tidak memaksa.Apakah dengan mempelajari etika bisnis membuat sesorang berperilaku etis? Jawabannya: tidak juga." Sedangkan ada juga statement yang mengatakan terkadang etika dan bisnis tidak sejalan, dan pada prakteknya banyak kepentingan bisnis yang tidak bisa berjalan jika kita mengutamakan etika. Bagaimana menurut pandangan rekan - rekan cara yang terbaik dalam menjalankan bisnis, dengan tetap mendapatkan keuntungan tetapi tidak melanggar etika bisnis?
ReplyDeleteUntuk menjalankan perusahaan dengan tetap memperhatikan etika bisnis dapat dimulai dengan membangun budaya perusahaan (corporate culture) yaitu suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang dianut suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi lain. Intinya adalah pembiasaan sehingga menjadi budaya dalam menjalankan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap sebagai kekuatan sekaligus yang membedakannya dari perusahaan yang lain.
DeletePrakteknya seperti disiplin, kejujuran, tanggung jawab, perlakuan yang fair tanpa diskriminasi, atau mengutamakan suatu mutu, pelayanan, dll.
Setuju dengan pendapat dari Saudara Hamdi bahwa budaya perusahaan akan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan...Selain itu bahwa cara yang terbaik dalam menjalankan bisnis, dengan tetap mendapatkan keuntungan tetapi tidak melanggar etika bisnis adalah dengan menjalankan beberapa prinsip dibawah ini dalam bisnisnya antara lain : :
Delete• Prinsip integritas moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya maupun perusahaannya. Dengan kata lain, prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan.
• Prinsip keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai denagn haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
• Prinsip kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
Berbisnis sehat dapat dilakukan dengan mengatur strategi yang akan dilakukan perusahaan. Misalnya dengan cara melakukan inovasi baru terhadap produk yang dihasilkan. Namun inovasi produk juga harus mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan. Jangan melakukan inovasi hanya di tampilan luarnya saja agar konsumen tidak merasa tertipu oleh produk yang dihasilkan.
DeleteStrategi pemasaran juga harus ditingkatkan. Misalkan dengan cara menambah ruang lingkup target pasar. Dengan cara ini, akan dapat memperoleh konsumen lebih banyak dari sebelumnya. Memang harus dilakukan secara perlahan, namun tidak sesulit yang dibayangkan. Karena dengan memperluas pasar, secara otomatis, nama dari perusahaan juga akan dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.
Dengan cara-cara diatas, perusahaan tetap dapat menjual hasil produksi tanpa merugikan pihak manapun. Bersaing secara sehat dapat memberikan kepuasan yang tak ternilai kepada konsumen serta lebih efektif dalam kompetisi.
Bagaimana menurut pandangan rekan - rekan cara yang terbaik dalam menjalankan bisnis, dengan tetap mendapatkan keuntungan tetapi tidak melanggar etika bisnis?
DeletePada dasarnya dengan mengikuti etika bisnis yang ada, tidak tentu juga akan mengalami kerugian. etika bisnis adalah sebuah bentuk norma yang melekat untuk mengatur sebuah proses bisnis. Jika norma itu dilanggar maka biasanya akan ada sanksi, baik berupa pidana, ataupun sanksi sosial. Justru dengan mematuhi etika bisnis, secara tidak langsung perusahaan terhindar dari kerugian berupa sanksi - sanksi yang mungkin diberikan.
Q: Prinsip utilitarianisme memiliki inti pada "mengambil keputusan yang memberi manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat yang merugikan yang sekecil mungkin bagi sesedikit orang". Hal ini tentu sangat rancu dan memiliki kekurangan seperti yang teah disebutkan di atas. Adakah suatu studi atau metode yang dapat disepakati bersama mengenai bagaimana mengukur "manfaat terbesar/kerugian terkecil" tersebut?
ReplyDeleteEtika ultilitarinisme biasanya dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijakan yang berkaitan dengan orang banyak. Etika ultilitarinisme umumnya digunakan secara sadar atau tidak sadar dalam bidang ekonomi, social, politik yang menyangkut kepentinagan orang banyak. Salah satu kelemahan etika ultilitarinisme adalah variable yang dinilai tidak semuanya bisa dikuantifikasi sehingga sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.
DeleteEtika ultilitarinisme tidak memaksakan sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut penganutnya dilakukan oleh kita sehari–hari. etika ultilitarinisme juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijakan yang telah dilakukan. tika ultilitarinisme sangat cocok dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijakan yang berkaitan dengan orang banyak.
DeleteBisnis yang baik adalah bisnis yang dijalankan dengan etika. Sesuai dengan prinsip dagang konvensional bahwa lebih baik mendapatkan keuntungan yang sedikit dengan volume banyak daripada untung besar dengan volume sedikit. Dengan menjaga etika, pelanggan, patner usaha bahkan saingan usahapun akan memberikan efek positif. Contoh implementasi dilapangan adalah tidak mengurangi ukuran/timbangan/pencurian pulsa, menerapkan good corporate governance, dan lain sebaigainya. Dengan penerapan etika bisnis, maka bisnis yang dijalankan bisa bertahan menghadapi berbagai rintangan dan hambatan.
ReplyDeleteSepakat dengan Pak Ghofur. Etika bisnis disini bertujuan untuk memberikan batasan terkait hal - hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada proses bisnis. Lebih jauh lagi, etika bisnis secara tidak langsung menuntun proses bisnis ke arah yang sehat dan menjaga iklim kompetisi yang baik pada industri. Dengan menerapkan etika bisnis yang baik, maka industri dapat bertahan menghadapi berbagai hambatan yang akan datang.
Delete