Wednesday, March 6, 2013

Studi Kasus #7: Eksternal dan Internal TREND di Telekomunikasi Indonesia


oleh: Fajardhani

Trend menunjukkan pola perubahan secara bertahap atas situasi, output, atau proses, atau kecenderungan yang dibentuk dari serangkaian titik data yang bergerak dalam arah tertentu dari waktu ke waktu

Trend biasa dipresentasikan dalam bentuk grafik garis atau kurva terhadap waktu.

Definisi dari sumber lain dapat ditemukan dalam BusinessDictionary ini.

Trend dibangun untuk tujuan analisis, antara lain membuat perkiraan tentang kejadian di masa depan ataupun masa lalu.

Jika kemudian disandingkan dengan data kinerja maka dapat diperoleh pemahaman tentang apa yang telah dikerjakan hingga saat ini. Dan apabila tetap dilanjutkan akan bagaimana hasilnya.

Apabila dilakukan dengan baik, ini tentu bisa memberikan berbagai ide tentang bagaimana kita bisa mengubah sesuatu agar apa yang dikerjakan menuju ke arah yang benar.

Intinya analisis ini bisa digunakan untuk menemukan hal positif yang perlu dipertahankan, hal negatif yang perlu segera diperbaiki, dan memberikan bukti (evidence) kepada pengambil keputusan dan lingkungannya.

Mari kita temukan:
  1. Sepuluh trend eksternal yang berpengaruh terhadap industri Telekomunikasi dalam 10 tahun terakhir disertai dengan sumber informasinya.
  2. Selusin trend internal yang menurut Anda penting untuk diperhatikan dalam 10 tahun terakhir dari 3 pemain besar yang menguasai pasar di industri Anda berikut sumber informasinya.
                                                                                               
Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait

18 comments:

  1. Dear Pak Fajardhani dan Rekan Manajeman Telekomunikasi,

    Berikut adalah list trend internal dari industri Telekomunikasi berdasarkan hasil diskusi kita semua :)

    No Trend Internal di Industri Telekomunikasi
    1. Traffic Voice
    2. Traffic SMS
    3. Traffic Data
    4. Subscriber
    5. Revenue
    6. Cost
    7. Tariff Voice
    8. Tariff SMS
    9. Tariff Data
    10.Investasi
    11. ARPU
    12. EBITDA


    No Trend Eksternal di Industri Telekomunikasi
    1. BHP Frekuensi
    2. Demografi Indonesia
    3. GDP Indonesia
    4. Kebijakan Pemerintah: Tarif Interkoneksi
    5. Jumlah pengguna internet di Indonesia
    6. Jumlah operator di Indonesia
    7. Pertumbuhan max.speed berdasarkan teknologi (1G, 2G, 3G, LTE)
    8. Jumlah total handset by technlogy (2G, 3G, LTE) di Indonesia
    9. Jumlah total handset by Smartphone & Non-smartphone di Indonesia
    10. Pertumbuhan OTT



    ReplyDelete
  2. Trend Jumlah SMS

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/TrendJumlahSMS_zps93804191.jpg[/im]

    Sebelumnya mohon maaf karena data jumlah SMS yang kami dapat hanya dari dua operator saja karena pada laporan tahunan Indosat tidak dicantumkan jumlah SMS. Dari trend SMS dari operator Telkomsel dan XL Axiata tersebut, jumlah SMS XL Axiata mengalami peningkatan yang signifikan hingga di tahun 2010 jumlah penggunaannya lebih dari Telkomsel. Dari fenomena ini dapat kita ketahui bahwa XL Axiata memfokuskan bisnisnya pada layanan SMS daripada voice dengan menetapkan beberapa srategi (termasuk penurunan tarif SMS) sehingga para pengguna lebih banyak yang menggunakan layanan SMS dari XL Axiata.

    Trend ARPU

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/TrendARPU_zps9b32f49d.jpg[/im]

    Trend ARPU ketiga operator (Indosat, XL Axiata, dan Telkomsel) menunjukkan penurunan dari tahun 2002 hingga 2011. Namun pada tahun 2006 – 2007, nilai ARPU XL Axiata mengalami peningkatan dari Rp 46.000,00 menjadi Rp 47.000,00. Selain itu pada tahun 2011 nilai ARPU XL Axiata melebihi nilai ARPU Indosat. Grafik penurunan dari XL Axiata juga cenderung lebih stabil dibandingkan dua operator pesaingnya. Hal ini bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi para investor dalam menanamkan sahamnya untuk jangka waktu yang lama.

    Faktor Demografi Indonesia

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/PopulasiPendudukIndonesia_zps11a415dd.jpg[/im]

    Dari data populasi tersebut, terlihat bahwa propinsi Jawa Barat memiliki jumlah populasi terbanyak yang diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Untuk daerah Sumatera, propinsi Sumatera Utara memiliki jumlah populasi yang terbanyak.

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/LuasWilayah_zpsaa0756eb.jpg[/im]

    Berdasarkan luas wilayah, Papua menduduki nomer satu untuk wilayah yang terluas diikuti oleh Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Jakarta merupakan propinsi yang wilayahnya paling kecil.

    [im]http://i1289.photobucket.com/albums/b503/rhariwijaya/KepadatanPenduduk_zps62e41c87.jpg[/im]

    Kendati luas wilayahnya yang kecil, Jakarta memiliki kepadatan penduduk nomer satu di Indonesia dibanding dengan propinsi yang lainnya, diikuti oleh beberapa propinsi di Jawa dan Bali. Hal ini menjadikan Jakarta menjadi sektor pasar yang paling menjanjikan bagi operator untuk mendapatkan profit. Wilayah yang kecil dan jumlah penduduk yang tinggi memberikan efisiensi tersendiri bagi para operator dalam menjalankan proses bisnisnya. Ketersediaan dan kemudahan akses transportasi juga menjadi salah satu pertimbangan bagi operator dalam memperluas jaringannya selain perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah.

    Mohon koreksinya jika ada kekurangan, terima kasih.

    by :

    Kelompok 2

    ReplyDelete
  3. Berikut tambahan analisa dari Group 5...

    1. Trend Internal: Subscriber

    [im]http://astarilia.files.wordpress.com/2013/03/subscriber-total2.jpg?w=572[/im]

    Source: www.komudata.web.id

    Terlihat pada gambar di atas, sejak tahun - tahun pertama layanan GSM di launch di Indonesia, jumlah subscriber seluler terus mengalami [hi="green"]increment[/hi]. Yang penting menjadi note adalah persentase pertumbuhannya [hi="red"]decreased[/hi] dalam tiga tahun terakhir. Penetrasi subscriber terhadap jumlah penduduk Indonesia sekitar 110% seharusnya tidak menjadi alasan stagnant pertumbuhan subscriber, mengingat di negara - negara lain seperti Singapura, Malaysia penetrasi bisa mencapai 130 - 150%. Sebaliknya, operator - operator di Indonesia masih memiliki [hi="yellow"]peluang - peluang yang perlu disikapi dengan strategi yang tepat[/hi].

    Grafik di atas adalah total subscriber seluler. Tentunya di era mobile data saat ini muncul pertanyaan dari pembaca mengenai pengguna data di Indonesia. Bagaimana dengan pertumbuhan pengguna data, apakah mengalami kenaikan? Berapa persentase / penetrasi terhadap total subscriber? Grafik di bawah dapat memberi gambarannya. Untuk grafik pertumbuhan pengguna layanan data, sampel yang diprovide adalah berdasarkan Annual Report PT Telkomsel:

    [im]http://astarilia.files.wordpress.com/2013/03/penetrasi-data2.jpg?w=480[/im]



    2. Trend Eksternal: Tarif Interkoneksi


    Menurut Fred R David dalam bukunya Strategic Management, salah satu variabel faktor eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi / perusahaan adalah [hi="green"]peraturan pemerintah[/hi]. Di sini Group 5 mencoba memberikan contoh melalui dampak trend tarif interkoneksi terhadap operator, yaitu dengan perubahan tarif SMS Interkoneksi per 1 Juni 2012 terhadap perubahan strategi yang dilakukan operator lapisan kedua.

    [im]http://astarilia.files.wordpress.com/2013/03/tarif-sms1.jpg?w=388[/im]

    Terlihat bahwa di tahun 2012, trend tarif interkoneksi SMS mengalami perubahan jika semula berlaku SKA (Sender Keep All), maka per 1 Juni 2012 berlaku cost based sebesar Rp 23,00. Dampaknya terutama bagi operator lapisan kedua yang memiliki jumlah subscriber lebih sedikit dibanding tiga Operator Besar. Impact dari peubahan tarif ini adalah [hi="yellow"]perubahan strategi yang dilakukan oleh operator lapisan kedua[/hi] , dengan sampel Operator Tri (seperti gambar di bawah).

    [im]http://astarilia.files.wordpress.com/2013/03/tarif-tri1.jpg?w=546[/im]

    Terlihat dengan adanya perubahan eksternal ini Tri menurunkan jumlah free SMS antar operator dari 10.000 menjadi 100 (hanya sebanyak 1% dari jumlah yang diberikan sebelum berlakunya perubahan tarif SMS Interkoneksi).



    3. Trend Eksternal: OTT

    Pesaing suatu perusahaan belum tentu hanya dari perusahaan dari bidang yang sama. Sekitar 2005 - 2009, pesaing terberat suatu perusahaan Telco / operator adalah sesama operator. Tentunya kita masih mengingat dengan perang tarif yang gencar dilakukan di tahun - tahun tersebut. Namun beberapa tahun terakhir, pesaing operator bukanlah hanya dari sesama operator,tetapi muncul yang disebut dengan OTT (Over The Top)player (Google, Apple, Skype, Facebook, dll).

    Di kesempatan ini, Group 5 memberikan trend salah satu OTT Player tersebut: Skype, dan mengaitkannya dengan impact terhadap pertumbuhan panggilan international. Terlihat [hi="red"]pertumbuhan International Phone Traffic mengalami penurunan sementara International Skype Traffic mengalami kenaikan[/hi].

    [im]http://astarilia.files.wordpress.com/2013/03/skype1.jpg?w=577[/im]

    Source: Telegeography Data


    Regards'
    GROUP 5

    ReplyDelete
  4. TREND TREFFIC VOICE
    [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/traffic_voices_MOU_zpsc090e96c.jpg[/im]
    Grafik: Perbandingan Traffic Voice PT. Telkomsel dengan PT. Excelcomindo

    Grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2007-2008 di kedua operator.
    Pertumbuhan traffic di PT. Telkomsel dipicu oleh selarasnya jumlah subscriber yang menggunakan Call Service di tiap produk.
    Sedangkan di pertumbuhan traffic PT. Excelcomindo dipicu oleh campaign yang menarik di setiap produk yang ditawarkan.
    Meskipun sebenarnya kedua operator juga menerapkan campaign di setiap produk, jumlah subscriber sangat berpengaruh dalam proses generating traffic.

    Jika melihat trend pertumbuhan traffic voice per tahun seperti gambar diatas, dari tahun 2008 traffic voice PT. Telkomsel semakin meningkat. Berbeda dengan PT. Excelcomindo yang fluktuatif dan cenderung rata-rata stabil pada 2008-2011. Dengan mempertimbangkan adanya perkembangan VOIP call data packet switched, hal ini merupakan ancaman terhadap revenue yang diperoleh dari besarnya traffic voice. Namun jika melihat perkembangan permintaan service berupa data dari voip adalah sebuah opportunity baru, maka dapat dipertimbangkan untuk mengurangi perluasan jaringan 2G (Voice) dengan pembangunan infrastruktur 3G (Data).

    TREND BHP FREKUENSI
    Setiap pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar BHP spektrum frekuensi radio yang dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun. Seluruh penerimaan BHP frekuensi radio tersebut disetor ke kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Terdapat dua kelompok BHP Frekuensi radio berdasar PP No. 7 Tahun 2009, yaitu:
    1. BHP Frekuensi Radio untuk Izin Stasiun Radio (ISR)
    2. BHP Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)
    a. Biaya izin awal (up front fee)
    b. Biaya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) tahunan

    [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/perbandingan_target_realisasi_PNBP_BHP_zpsab2a804f.png[/im]
    Tabel: Jumlah Penggunaan Frekuensi Izin Statsiun Radio (ISR) berdasarkan Pita Frekuensi

    Selama 2008-2010 terjadi peningkatan penggunaan frekuensi UHF (300MHz-3GHz). Range frekuensi UHF tersebut banyak digunakan sebagai frekuensi pemancar GSM. Jika berasumsi terdapat peningkatan jumlah pemancar akibat peluasan coverage, maka jumlah penggunaan frekuensi tersebut akan meningkat pada tahun mendatang.

    [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/grafik_perbandingan_target_realisasi_PNBP_BHP_zpsc0ab3f39.png[/im]
    Tabel: Perbandingan Target dan Realisasi PNBP dari BHP Frekuensi (*Hingga Juli 2010)
    [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/grafik_perbandingan_target_realisasi_PNBP_BHP_zpsc0ab3f39.png[/im]
    Grafik: Perbandingan Target dan Realisasi PNBP dari BHP Frekuensi (*Hingga Juli 2010)

    Grafik diatas menunjukkan penerimaan, target, realisasi dan pertumbuhan PNBP dari BHP frekuensi hingga Juli 2010.
    (*Dengan asumsi tidak ada kenaikan tarif PNBP pada Depkominfo sesuai PP No. 7 Tahun 2009)
    Grafik tersebut memperlihatkan bahwa penerimaan dari BHP frekuensi ini menunjukkan trend penerimaan yang terus meningkat. Bahkan ketika target penerimaan PNBP ini diturunkan pada tahun 2007, realisasi penerimaan pada tahun tersebut justru meningkat sampai 25% dari tahun sebelumnya. Penerimaan signifikan berasal dari lelang frekuensi 3G.

    Meskipun pertumbuhan realisasi penerimaan dari BHP frekuensi ini fluktuatif, akan tetapi realisasi penerimaan mencapai rata-rata 55,8% tiap tahunnya. Hal yang menyebabkan peningkatkan penerimaan sektor telekomunikasi PNBP dari BHP frekuensi ini adalah:
    1. Operator membutuhkan penggunaan frekuensi
    2. Bertambahnya penyelenggara jaringan telekomunikasi
    3. Teknologi yang digunakan semakin tinggi
    4. Mulai digunakannya teknologi 3G

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ralat:
      [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/jumlah_penggunaan_frekuensi_ISR_zpsb8b1ae31.png[/im]
      Tabel: Jumlah Penggunaan Frekuensi Izin Statsiun Radio (ISR) berdasarkan Pita Frekuensi

      [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/perbandingan_target_realisasi_PNBP_BHP_zpsab2a804f.png[/im]
      Tabel: Perbandingan Target dan Realisasi PNBP dari BHP Frekuensi (*Hingga Juli 2010)

      [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/grafik_perbandingan_target_realisasi_PNBP_BHP_zpsc0ab3f39.png[/im]
      Grafik: Perbandingan Target dan Realisasi PNBP dari BHP Frekuensi (*Hingga Juli 2010)

      By Kelompok 6

      Delete
    2. Berikut tambahan mengenai Trend Investasi 5 tahun terakhir (2008-2013) di tiga Operator di Indonesia:

      [im]http://i1358.photobucket.com/albums/q777/curl_adi/Tugas/trend_investasi_zps960f8546.jpg[/im]

      Delete
  5. Saya mendapatkan data dari APJII mengenai tren pengguna data (internet) di Indonesia dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 sebagai berikut :
    Trend Jumlah Pengguna Internet Indonesia
    [im]http://s1277.beta.photobucket.com/user/mustain_aziz/media/inter-indo_zpsb6e6ff25.jpg.html[/im]

    Dari grafik diatas menunjukan , bahwa peningkatan yang siginifikan terkait pengguna internet di Indonesia , artinya ini seiring dengan peningkatan bandwidth data yang dipakai.

    Data tersebut adalah data global di Indonesia bukan data dari salah satu operator saja. Terlihat dari data tersebut dapat disimpukan pertumbuhan penggunaan data di Indonesia dari tahun ke tahun tumbuh sebesar rata-rata 42%.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mau updated tabel grafiknya saja (sebelumnya tidak muncul) :

      [im]http://i1277.photobucket.com/albums/y493/mustain_aziz/inter-indo_zpsb6e6ff25.jpg[/im]

      Delete
    2. Untuk Trend Trafik Data , diganti dengan trend Trafik Data dan Voice tetapi di lihat dari sudut sisi revenue (pendapatan).
      berikut trendnya :
      [im]http://i1277.photobucket.com/albums/y493/mustain_aziz/TrendVoiceDatabyrevenue_zps20d2ff1f.jpg[/im]

      Terimakasih

      Mustain

      Delete
  6. GDP Indonesia

    Salah satu trend eksternal yang dapat mempengaruhi industri telekomunikasi di Indonesia adalah trend GDP (Gross Domestic Bruto) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB). GDP merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

    [im]http://s1274.beta.photobucket.com/user/dewie87/media/GDPIndonesia_zps01654a99.jpg[im]

    Trend GDP Indonesia dalam 10 tahun terakhir yaitu dari 2003 hingga 2012 memiliki trend yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi barang dan jasa di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Jika dilihat lebih dalam lagi, GDP Indonesia dapat dibagi berdasarkan tipe industri penyusunnya. Salah satu industri penyusun GDP yang memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi adalah industri komunikasi dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 22%.

    [im]http://s1274.beta.photobucket.com/user/dewie87/media/IndonesiaGDPbyIndustryOrigin_zpsb2cb5711.jpg[im]

    Kelompok 4
    Dewi - 1206312220

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berikut update untuk link yang tidak muncul, mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan :)

      Gambar 1 >

      [im]http://i1274.photobucket.com/albums/y422/dewie87/GDPIndonesia_zps01654a99.jpg[im]

      Gambar 2 >

      [im]http://i1274.photobucket.com/albums/y422/dewie87/IndonesiaGDPbyIndustryOrigin_zpsb2cb5711.jpg[im]

      Delete
  7. Biaya Usaha atau Beban operasional

    Biaya usaha adalah biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pokok perusahaan dan biaya usaha ini jumlahnya dalam laporan rugi laba akan di lawankan dengan laba kotor. Laba kotor merupakan hasil pengurangan antara jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Sehingga dengan demikian dengan mengurangkan antara laba kotor dengan biaya usaha akan dihasilkan laba usaha atau laba operasional.

    Biaya usaha itu sendiri meliputi beban pemasaran dan beban administrasi. Biaya usaha ini yang sering disebutkan sebagai beban operasional adalah beban yang dikeluarkan dalam rangka menyelenggarakan kegiatan operasional pokok perusahaan. Biaya untuk kegiatan tidak pokok perusahaan dimasukkan sebagai beban lain-lain.
    Diposkan oleh Drs. Gen Norman Thomas, SE Akuntan, MM


    BEBAN USAHA
    = Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan perusahaan secara umum. Contoh: beban listrik.

    BEBAN DILUAR USAHA
    = Biaya yang dikeluarkan perusahaan selain dari kegiatan umum perusahaan. Contoh: biaya kerusakan karena kantor terbakar.

    Contoh beban:
    • Beban penyusutan
    • Beban sewa
    • Beban listrik,air,telepon
    • Beban gaji/upah
    • Beban kerusakan
    • Beban penjualan

    Berikut kami sampaikan dari kelompok 7 trend beban operasional secara keseluruhan 3 operator telekomunikasi di Indonesia :

    [Im]http://i301.photobucket.com/albums/nn62/dhika_rossifumi/opr1-nia.png[/im]
    Trend Beban Operational ketiga operator (Indosat, XL Axiata, dan Telkomsel) menunjukkan kenaikan yang teratur dari tahun 2007 hingga 2011. Namun pada tahun 2008 – 2009, nilai Beban Operational XL Axiata mengalami penurunan signifikan dikarenakan adanya kesepakatan managed service dengan huawei.

    [Im]http://i301.photobucket.com/albums/nn62/dhika_rossifumi/opr2-nia.png[/im]
    Beban operational XL Axiata di bagian Beban Gaji dan Kesejahteraan Karyawan terlihat menurun drastis di tahun 2009, hal itu disebabkan adanya kesepakatan managed service dengan huawei, yang mengakibatkan sebagian besar karyawan XL Axiata dipindahkan ke Huawei. Namun untuk Beban lain cenderung lebih stabil kenaikan atau penurunannya.
    Dan dapat disimpulkan pula XL secara bertahap memperluas jaringan infrastrukturnya, terlihat dari naiknya beban infratsruktur XL yang meningkat tiap tahunnya.

    Sumber : Annual Report Tahun 2011 Telkomsel, Indosat & XL.

    ReplyDelete
  8. Tarif SMS Simpati

    Berikut adalah data tarif SMS dari salah satu Operator besar di Indonesia, yaitu Telkomsel. Simpati merupakan salah produk dari Telkomsel, dengan jumlah pelanggan yang paling besar. Data dari tarif SMS dapat dilihat pada gambar di bawah.
    [IM]http://i1276.photobucket.com/albums/y478/wendhymun/SMS_zps862fd7f3.jpg[/IM]
    Data Tarif SMS Simpati

    Dari grafik di atas dapat terlihat besar tarif SMS Simpati dari tahun 2007 samoai 2010 mengalami peningkatan. Hal ini mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dalam rangka menghapuskan program SMS gratis. Program SMS gratis sendiri dihapuskan karena menjadi semacam tindakan Spam dan ini merugikan operator yang menjadi tujuan dari SMS tersebut.

    Pelanggan Berdasarkan Teknologi

    Berikut kami tampilkan jumlah pelanggan berdasarkan teknologi yang digunakan. Berhubung LTE di Indonesia masih belum diterapkan maka kami menampilkan data teknologi 2G dan 3G. Data ini kami dapatkan dari hasil
    Analisis Dimensioning oleh Dicky Chandra pada tahun 2010. Karena itulah data yang kami temukan hanya sampai tahun 2009.
    [IM]http://i1276.photobucket.com/albums/y478/wendhymun/2g_zps42455984.jpg[/IM]
    Pelanggan Teknologi 2G Telkomsel

    Dapat dilihat pada grafik di atas, pelanggan 2G Telkomsel selalu meningkat semenjak tahun 2006 hingga 2009, walaupun teknologi 3G sudah diperkenalkan dan sudah mulai sering dipakai oleh pelanggan di Indonesia. Hal ini mengakibatkan teknologi 2G masih akan terus disediakan oleh Telkomsel hingga beberapa tahun mendatang.
    [IM]http://i1276.photobucket.com/albums/y478/wendhymun/3G_zps9ca02222.jpg[/IM]
    Pelanggan Teknologi 3G Telkomsel

    Data di atas menunjukkan trend perkembangan pelanggan 3G Telkomsel. Telkomsel sebagai salah satu pelopor layanan 3G di Indonesia, mengalami pertumbuhan jumlah pelanggan yang cukup baik. Terlihat di dalam grafik jumlah pelanggan dari tahun 2006-2009 terus meningkat. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi Telkomsel untuk terus meningkatkan pelayanan 3G ini.
    Namun seperti terlihat jumlah pelanggan 2G masih jauh di bawah pelanggan 3G. Hal ini disebabkan oleh kemampuan beli masyarakat Indonesia sebagian besar masih belum mampu membeli handset yang sudah dapat menjalankan 3G. Hal ini tentu menyebabkan Telkomsel harus tetap dapat mengakomodir layanan 2G dan terus kreatif dalam mengembangkan layanan 3G, sehingga penggunanya juga makin meningkat dan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar lagi.

    Kelompok 1
    Berwanman Wendhy Gideon Munthe
    1206180645



    ReplyDelete
    Replies
    1. Menambahkan data dari Team 1

      Untuk data pengguna ponsel berikut data hasil survey Nielson Company
      [im]http://www.teknojurnal.com/wp-content/uploads/2011/03/handphone_ownership.jpg[/im]

      Dari data diatas, terlihat bahwa peningkatan kepemilikan ponsel di Indonesia pada thn 2010 meningkat signifikan dibandingkan pada thn 2005. Hal ini disebabkan karena di tahun 2010 harga dari ponsel ini sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan di awal2 tahun 2000. Dan juga kebutuhan akan ponsel mulai bergeser tidak saja oleh orang2 dewasa bahkan di tahun 2010 kepimilikan ponsel di dominasi anak2 muda kisaran usia 10 - 20 tahun, seperti terlihat pada gambar berikut.

      [im]http://www.teknojurnal.com/wp-content/uploads/2011/03/mobile_consumer.jpg[/im]

      Selain karena ponsel belakangan ini sudah sangat mudah ditemukan dan juga dengan harga yang relatif terjangkau, alasan dari perkembangan yang pesat ini juga karena faktor kepraktisan dan faktor 'image' terutama bagi anak muda.

      Kelompok 1
      Ayu Nova Era Jayanti

      Delete
  9. Berikut adalah data Trend Internal dan Eksternal dari Kelompok 9.

    Trend Tariff Percakapan

    Umumnya tariff percakapan (voice) pada berbagai produk operator terbagi atas 4 kategori yaitu :
    - tarif sesama operator (on-net)
    - tarif lintas operator gsm (off-net)
    - tarif PSTN Lokal, dan
    - tarif PSTN Interlokal

    Berdasarkan data yang kami kumpulkan untuk 3 Operator (TSEL, ISAT, XL) dan 5 Produk (Simpati, Kartu As, Mentari, IM3 dan XL Bebas) maka didapat rata-rata tariff sebagai berikut :

    Tahun Onnet Offnet PSTN-L PSTN-I
    2006 1.100 1.975 1.350 1.775
    2008 1.110 1.840 1.260 1.800
    2009 1.120 1.710 1.180 1.670
    2010 896 1.482 1.048 1.542
    2011 673 960 960 960
    2012 612 1.220 1.040 1.210
    2013 776 1.146 956 1.146

    Data selengkapnya bisa di-download di :
    Kompilasi Data

    Sedangkan grafiknya bisa dilihat di:

    Trend Tariff

    Yang bisa kita amati dari kompilasi data di atas adalah : tahun 2011 merupakan tahun terpanas dari perang tarif antar operator terutama tarif onnet dan offnet. Perang tariff juga terjadi pada layanan SMS.
    Sedangkan untuk layanan percakapan dengan tujuan PSTN (layanan telepon tetap), terjadi penurunan tarif dengan deklinasi yang sangat landai.
    Selisih tariff panggilan GSM ke PSTN dalam 8 tahun terakhir berada dibawah 500 rupiah.


    Trend Kecepatan Layanan Akses Data

    Berdasarkan pertumbuhan teknologi, diketahui pertubuhan maximum speed sebagai berikut :

    ■1G – Original analog cellular for voice (AMPS, NMT, TACS) 14.4 kbps
    ■2G – Digital narrowband circuit data (TDMA, CDMA) 9-14.4 kbps
    ■2.5G – Packet data onto a 2G network (GPRS, EDGE) 20-40 kpbs
    ■3G – Digital broadband packet data (CDMA, EV-DO, UMTS, EDGE) 500-700 kbps
    ■3.5G – Replacement for EDGE is HSPA 1-3 mbps and HSDPA up to 7.2Mbps
    ■4G – Digital broadband packet data all IP (Wi-Fi, WIMAX, LTE) 3-5 mbps


    Detail data juga bisa didownload pada link di atas.

    Berikut adalah sumber data yang kami olah :

    Trend Perbandingan Tariff

    • Data 2006 http://organisasi.org/tarif_kartu_as_telkomsel_baru_lengkap_promosi_terbaru_telepon_telpon_rp_20_per_detik_telepon_selular_pda_dan_ponsel
    • Data 2008 http://fath102.files.wordpress.com/2008/07/tarif-seluler-july.jpg
    • Data 2009 http://assalam-asm.blogspot.com/2009/08/perbandingan-tarif-telepon-selular.html
    • Data 2010 http://www.handphone2000.com/tips-a-trik/249-perang-tarif-operator-selular.html
    • Data 2011 http://www.jagatreview.com/2010/12/tarif-murah-tiga-operator-telkomsel-vs-indosat-vs-xl/ ; http://portal.paseban.com/review/2541/tarif-telepon-1
    • Data 2012 http://mariphinesblog.blogspot.com/2012/01/perbandingan-tarif-dasar-voice-sms-data.html
    • Data 2013 http://12217-if-unsika.blogspot.com/2013/01/perbandingan-tarif-telepon-seluler.html

    Perbandingan Kecepatan

    http://blog.um.ac.id/anakibuku/sistem-telekomunikasi/pengertian-1g-4g-gsm-amps-cdma-dan-wimax/
    http://www.iniunik.web.id/2011/04/apa-itu-teknologi-4g-bedanya-dengan-1g.html#axzz2NOFhWvJd
    http://telcoantennas.com.au/site/guide-to-mobile-networks

    ReplyDelete
  10. EBITDA per definisi adalah Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization atau laba bersih yang ditambahkan kembali dengan beban bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi. Pendapatan dan beban bunga, sebagaimana juga beban pajak, dikeluarkan dari perhitungan EBITDA untuk lebih memfokuskan sisi kinerja operasional perusahaan, dan bukan pada biaya atau laba di luar operasi perusahaan. Demikian juga dengan depresiasi dan amortisasi. Beban tetap ini termasuk beban yang bersifat non kas, karena perusahaan sesungguhnya tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya itu. Depresiasi hanya merupakan praktek akuntansi untuk mengalokasikan pembelian aktiva tetap (seperti mesin dan gedung) menjadi biaya sepanjang umur manfaatnya. Sama pula halnya dengan amortisasi goodwill, yang timbul dari transaksi akuisisi perusahaan lain dimana lebih besar harga perolehannya dibanding nilai buku.

    Maka dalam menilai kinerja keuangan perusahaan (atau biasa disebut emiten dalam istilah pasar modal) akan lebih fair kalau kita melihat pertumbuhan EBITDA-nya dibanding laba bersih, karena akan terhindar dari distorsi praktek akuntansi (yang bisa saja sengaja dilakukan) sebagaimana terjadi dalam laba bersih.

    [IMG]http://i101.photobucket.com/albums/m43/rresinanda/ebitda.png[/IMG]

    Dari grafik tersebut bisa kita liat EBITDA dari tahun ketahun selama 2007-2011, hanya XL yang terus naik dan kenaikan tertinggi pada tahun 2010 yaitu kenaikan sebesar 49,67%. Dimana pada maret 2010, Axiata melepas 18% Saham XL (sumber ),
    dan saham XL mengalami penaikan sebesar 174,61% selama 2010

    Kelompok 3 Manajemen Strategi

    ReplyDelete
  11. Jumlah Operator Di Indonesia

    Salah satu tren yang mempengaruhi industri telekomunikasi di Indonesia adalah jumlah operator. Jumlah operator seluler di Indonesia sampai saat ini ditampilkan pada tabel berikut :

    [im]http://i1323.photobucket.com/albums/u593/suarjaya/operator_zpsf1ccdb62.jpg[/im]

    Sampai tahun 2012 tidak ada penambahan operator seluler yang baru. Tidak adanya penambahan ini karena untuk penyelenggaraan jaringan bergerak membutuhkan investasi yang cukup besar. Disamping itu, saat ini pemain dari jaringan bergerak ini khususnya untuk jaringan bergerak seluler sudah cukup banyak dibandingkan dengan kondisi serupa di negara lain. Dengan kompetisi yang semakin ketat, diduga untuk kelompok ini tidak banyak lagi penambahan penyelenggara.Sebaliknya ada operator yang melakukan merger di tahun 2011 yaitu PT. Smart Telecom dan Mobile 8.

    Semakin banyaknya jumlah operator seluler di Indonesia membuat persaingan antar operator menjadi semakin ketat, hal ini membuat angka pertumbuhan pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia dalam empat tahun terakhir semakin rendah kecuali Indosat dan XL-Axiata yang meningkat kembali pertumbuhannya pada tahun 2010.

    [im]http://i1323.photobucket.com/albums/u593/suarjaya/tabel1_zpsdaa14551.jpg[/im]

    Berdasarkan Gambar diatas terlihat bahwa trend pertumbuhan positif yang dialami tiga operator seluler terbesar di Indonesia menyebabkan tidak banyak terjadi perubahan pangsa pasar operator seluler dalam tiga tahun terakhir, tiga operator yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata masih menjadi operator dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia, ketiga operator tersebut menguasai pangsa pasar hampir 85% hingga 2010, dan sisanya oleh operator baru seperti Hutchinson dan Natrindo. Pangsa pasar operator seluler tahun 2008-2010 di Indonesia dapat digambarkan pada gambar dibawah :


    [im]http://i1323.photobucket.com/albums/u593/suarjaya/tabel2_zpsf92e94a6.jpg[/im]

    Berdasarkan Gambar diatas, terlihat pangsa pasar operator telekomunikasi di Indonesia pada tahun 2010 dimana Telkomsel dan XL Axiata yang merupakan market leader mengalami penurunan pangsa pasar masing-masing sebesar 5,4% dan 0,1%. Sedangkan pangsa pasar Indosat naik 0,7%, begitu juga dengan dua operator baru yaitu Natrindo dan Hutchison yang masing-masing naik 2,1% dan 3,2%.

    Tingginya persaingan pada pasar seluler di Indonesia mendorong operator telekomunikasi untuk membentuk citra perusahaan (corporate image) yang baik.

    Reagards,
    Kelompok 7
    Putu Eka Suarjaya

    ReplyDelete
  12. Disusun oleh : Tim III
    Errie Kusriadie (ME)
    Harun Al-Rasyid (ME)
    Rinaldy Resinanda (MT)
    Renni Ekaputri (MT)


    I. EBITDA

    Manfaat earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA), adalah:
    a.Alat pengukur nilai sebuah bisnis. EBITDA membantu investor menciptakan perbandingan antar instrumen investasi.
    b.Menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi-bunga dan beban lainnya-dan depresiasi serta amortisasi.
    c.Dengan pengalian bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi akan membuat perusahaan yang tidak profit tampak sehat. Misal perusahaan yang tidak terlalu baik, prospek yang tidak bagus serta tanpa pendapatan tinggi tetapi jika kita menggunakan EBITDA sebagai pengukuran kesehatan perusahaan, sebagai hasilnya telah menunjukan perusahaan terlihat atraktif dan profitable.
    d.Estimasi cash flow yang tersedia untuk membayarkan hutang pada asset jangka panjang, seperti peralatan.
    e.Membandingkan perusahaan dibandingkan lainya dan terhadap rata-rata industri serta EBITDA merupakan pengukuran terbaik bagi trend profit dimasa akan datang.

    Kelemahan EBITDA, adalah:
    Mudah untuk dimanipulasi. Jika teknik perhitungan akuntansi dimanipulasi seperti meningkatkan pendapatan, bunga, pajak dan sebagainya, perusahaan akan terlihat bagus. Saat data sesungguhnya terungkap, investor berada dalam kondisi tidak bagus.


    [IMG]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/telco-grafikEBITDA-hargasaham_zpsc22bf358.jpg[/IMG]

    [im]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/telco-grafikEBITDA-hargasaham_zpsc22bf358.jpg[/im]

    [im]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/telco-ujikorelasi-regresi-TELKOMSEL_zps7a560bfd.jpg[/im]

    Dari table-tabel TELKOMSEL diatas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
    a.Dari uji korelasi diatas Sig.(2-tailed) memperlihatkan 0.080 > 0.05, maka tidak terdapat hubungan korelasi yang cukup signifikan antara angka EBITDA dengan harga saham, pada perusahaan Telkomsel.
    b.Angka R square atau koefisien determinasi 0.693 artinya 69.3% dari variasi harga saham bisa dijelaskan oleh variable EBITDA. Sedangkan sisanya, 30.7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

    [im]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/9bd5cd66-0df6-4903-98c9-4fe99eeac660_zps8a01cd2c.jpg[/im]

    Dari table-tabel XL AXIATA diatas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
    a.Dari uji korelasi diatas Sig.(2-tailed) memperlihatkan 0.390 < 0.5, maka terdapat hubungan korelasi yang cukup signifikan antara angka EBITDA dengan harga saham, pada perusahaan XL Axiata.
    b.Angka R square atau koefisien determinasi 0.251 artinya 25.1% dari variasi harga saham bisa dijelaskan oleh variable EBITDA. Sedangkan sisanya, 74.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

    [im]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/telco-ujikorelasi-regresi-INDOSAT_zps0051e6ed.jpg[/im]

    Dari table-tabel INDOSAT diatas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
    a.Dari uji korelasi diatas Sig.(2-tailed) memperlihatkan 0.814 > 0.5, maka tidak terdapat hubungan korelasi yang cukup signifikan antara angka EBITDA dengan harga saham, pada perusahaan Indosat.
    b.Angka R square atau koefisien determinasi 0.022 artinya 2.2% dari variasi harga saham bisa dijelaskan oleh variable EBITDA. Sedangkan sisanya, 97.8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

    Dari data IE Market Research (IEMR), didapatkan grafik seeperti dibawah ini.

    [im]http://i1285.photobucket.com/albums/a591/renniekaputri1982/telco-IEMR_zps3b513729.jpg[/im]

    Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa: pertumbuhan EBITDA pada Telkomsel cenderung menurun 8.2%, sedangkan pertumbuhan EBITDA Indosat mengalami peningkatan 20.3%, lebih lanjut lagi pertumbuhan EBITDA AL Axiata mengalami peningkatan yang sangat kuat yaitu 50.1%.

    Sumber :
    -BPS
    -IEMR
    -www.telekomunikasi.biz (diolah)


    Wassalamu`alaykum wr.wb

    TIM 3

    ReplyDelete

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajementelekomunikasi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.

---

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger