Thesis

Silahkan post Latar Belakang Thesis teman-teman pada kolom komentar baru.
Untuk mengomentari Latar belakang, klik tulisan Balas dibawah komentar.

Gunakan Google Account untuk validasi komentar, tambahkan nama pada komentar jika Google Account tidak merepresentasikan Identitas.

Salam Sukses.

Team Manajemen Telekomunikasi.

96 comments:

  1. Didiet

    Latar Belakang:
    - Keterbatasan protokol internet yang digunakan sekarang yang menggunakan IPv4 terutama ketersediaan alamat yang hampir habis
    - Operator seluler sebagai penyedia layanan internet (ISP) dengan pertumbuhan tertinggi paling merasakan akibat dari keterbatasan alamat IPv4 tersebut
    - Solusi dari keterbatasan tersebut adalah IPv6, namun implementasi pada operator seluler berjalan lambat. Terbukti dari statistik dari Google yang menyatakan pengguna IPv6 di Indonesia baru sekitar 0.09%

    Permasalahan:
    Operator seluler tidak dapat melakukan ekspansi jaringan dan antisipasi layanan ke depan dimana semua perangkat akan memerlukan alamat IP

    Tujuan:
    Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidaksiapan operator seluler di Indonesia dalam implementasi IPv6

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses buat thesisnya pak didiet.

      Apakah implementasi IPV6 itu sulit dan membutuhkan waktu yang lama? jangan-jangan operator belum terlihat siap dikarenakan sekedar menunda investasi, dimana pada saatnya nanti ketika hal tersebut dibutuhkan mereka dapat dengan segera mengimplementasikannya.
      Kapankah estimasi IPV6 itu harus diimplementasikan, dan berapa lama persiapannya, sehingga dengan demikian di latar belakang ini kita mampu melihat bahwa operator benar-benar tidak siap, baru kemudian bisa dicari tau penyebab-penyebab tidak siapnya, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dimasa depan untuk mengambil setiap keputusan.

      Delete
    2. Terima kasih tanggapannya Pak Fadil,

      Implementasi IPv6 memang tidak bisa dilakukan sekaligus, harus bertahap. Di Indonesia, Depkominfo telah membentuk IPv6 Task Force yang membuat roadmap implementasi yang dimulai bertahap dalam 3 phase sejak 2010. Seharusnya di tahun 2012 operator seluler sebagai operator utama di Indonesia sudah menyediakan layanan IPv6 dan memasuki tahap perbaikan kualitas layanan.
      Namun, saat ini para operator seluler masih dalam tahap pengujian konektivitas dan baru akan melakukan pengujian layanan.
      Kalau pertanyaannya, "apakah operator belum terlihat siap dikarenakan sekedar menunda investasi?", justru itu yang akan di-analisa di thesis ini.

      Delete
    3. Pak Didiet, boleh tahu manfaat dari penelitian ini dan sekilas tentang metodologi penelitian yang digunakan?

      Delete
    4. Pak Fajar,

      Manfaat Penelitian:
      Memberikan masukan bagi regulator mengenai faktor-faktor apa yang menghambat implementasi IPv6 sehingga dapat dicari langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut.

      Metodologi Penelitian:
      Metode kulitatif dengan kuesioner yang diberikan kepada 5 operator seluler GSM sebagai responden. Kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu Rencana sumberdaya IPv6, Kondisi Infrastruktur yang dimiliki, Dukungan manajerial.

      Delete
    5. Manfaat sebaiknya tidak hanya satu sisi saja.... Utamanya adalah bagi pendidikan / akademik (repetitive) dan masyarakat juga. Formulasikan lagi ya....

      Delete
  2. Nuha,

    latar belakang :
    - Dalam 1 dekade terakhir, PT XYZ berkembang menjadi salah satu system integrator yang menangani customer besar (operator telco) untuk solusi IP network.
    - Dalam beberapa tahun mendatang, diprediksi bahwa market telekomunikasi akan mengalami saturasi, dimana indikasinya pelanggan tidak bertambah namun demand service akan semakin meningkat
    - Demand akan perangkat backbone berbasis IP juga akan menurun yang berujung pada menurunnya prospek bisnis perusahaan PT XYZ.

    permasalahan :
    - PT XYZ merubah strategi bisnisnya, tidak lagi fokus pada customer besar, tapi lebih menyasar pada pasar enterprise dan pasar retail dengan mendirikan anak perusahaan baru PT NCT
    - PT NCT bekerja sama dengan developer properti untuk membangun high technology residential dan high technology mall

    Tujuan :
    - Mengevaluasi perubahaan strategi bisnis baru yang dijalankan perusahaan PT XYZ dengan metode evaluasi tertentu, untuk bisa menjadi masukan yang lebih membangun perusahaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses buat thesisnya Pak Nuha,

      Apakah yang mau diangkat studi kasus PT XYZ atau PT NCT? karena walaupun berkaitan, PT XYZ dan PT NCT adalah entitas yang berbeda.

      Jika yang ingin diangkat PT XYZ, menurut saya Poin ke dua permasalahan yang menyebutkan kegiatan PT NCT dinaikkan saja posisinya pada latar belakang. Karena jika penulisannya demikian, akan sedikit rancu pemaparan permasalahannya apakah ada di PT XYZnya ataukah di PT NCTnya ataukah ingin diangkat kedua-duanya.

      Delete
    2. Itu salah satu yang msh saya pikirkan dan sepertinya perlu didiskusikan. syg minggu ini blm bs join di salemba.

      Delete
    3. Salut ama semangatnya. Saya ada pertanyaan:
      1. mengapa perubahan bisnis menjadi masalah
      2. sudah berapa lama perubahan strategi tersebut diimplementasikan
      3. apakah Anda punya akses atas data perusahaan dan apakah policy perusahaan membolehkan data tersebut boleh dipublikasikan

      Delete
  3. AMARA,

    Latar belakang :
    - Cloud Computing menjadi suatu model bisnis baru yang berkembang seiring dengan konvergensi ICT di Indonesia, namun masih terdapat banyak permasalahan terutama terkait keamanan dan privasi yang mendapat banyak sorotan masyarakat dan calon pengguna layanan.
    - Meskipun teknologi serta kemungkinan multiple play diaplikasikan universal, tetap dibutuhkan implikasi dan respons yang tepat terutama terkait perlindungan terhadap hak dan kepentingan pengguna layanan Cloud Computing, yang tentunya memerlukan keterlibatan dukungan regulasi dari pihak pemerintah.
    - Pentingnya jaminan dan perlindungan hukum terhadap hak dan kepentingan pengguna layanan, terutama terkait dengan privasi dan keamanan data penting milik pribadi atau perusahaan yang dipercayakan kepada pihak ketiga (CCSP).

    Permasalahan:
    - Berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh bisnis cloud computing masih terkendala, terutama pada kekhawatiran calon pengguna layanan akan privasi dan keamanan data yang dipercayakan pada pihak ketiga.
    - Tidak adanya kepastian dan perlindungan hukum akan semakin menghambat pertumbuhan bisnis Cloud Computing Service Provider dikarenakan keengganan calon pengguna potensial untuk memakai jasa layanan Cloud terkait isu privasi dan keamanan data.
    - Pemerintah cenderung menerapkan kebijakan 'pemadam kebakaran' dalam membuat regulasi yang terkait kepentingan publik.

    Tujuan:
    - Memberikan perspektif dalam bentuk kajian akan perlunya suatu regulasi terkait perlindungan privasi dan keamanan data terhadap CCSP di Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses buat thesisnya pak Amri,

      Sedikit masukan dari saya, paparan latar belakang dan permasalahan agak sedikit bercampur, contohnya pada point pertama latar belakang, permasalahan sudah langsung dimunculkan terkait keamanan dan privasi data. Point kedua dan dan ketiga dapat dielaborasi lagi.

      Pada latar belakang sebaiknya coba dimunculkan jawaban dari pertanyaan, kenapa kita harus memerlukan cloud computing, apakah tidak ada pilihan lain? alih-alih kita langsung menuju pokok permasalahan di point pertama.

      dan pada paparan latar belakang, point ketiga yang menyebutkan pemerintah menerapkan kebijakan pemadam kebakaran, saya rasa tidak perlu dimunculkan, karena ini tendensinya sedikit menuding kinerja pemerintah, yang mana hal ini harus dibuktikan lebih lanjut. Pemerintah tentu tidak mau dibilang tidak becus bekerja, dan ini bisa bernuansa politis dibandingkan akademis.

      Delete
    2. Pak Amara,
      Idenya bisa diterima. Tetapi apakah pak Amara punya data dari sumber yang layak dipercaya guna mendukung permasalahan yang disebutkan? Kalau bisa ditampilkan dalam bentuk tabulasi atau grafik boleh juga tuh...

      Selanjutnya, bisa diskusi dengan sdr. Satrio (2010) terkait untuk mendiskusikan metode RIA (regulatory impact analysis) yang mungkin diperlukan dalam penyusunan seminar atau thesis. Pastikan data yang diperlukan tersedia.

      Delete
    3. Pak Amri,
      Sepertinya temanya masih mengarah ke IT, belum ke Telko. mungkin bisa diarahkan ke Model bisnis penyatuan paket (jaringan & cloud computing)sehingga akan hanya satu pusat Billing dan mengurangi kompleksitas. Dan mungkin dapat meningkatkan revenue operator.

      Delete
    4. Salam dan terimakasih atas tanggapannya,
      menimbang hasil diskusi offline dan masukan dari berbagai pihak, saya berencana untuk merubah judul dan topik penelitian saya. Sementara untuk topik regulasi CSP ini akan saya lanjutkan mungkin tidak dalam bentuk tesis. Terimakasih dan Wassalam.
      (Untuk judul dan topik baru akan saya update selanjutnya, mohon bantuan dan tanggapannya, terimakasih.)
      [^_^]d

      Delete
  4. Latar Belakang
    Industri hulu migas, menjadi salah satu andalan pemerintah sebagai salah satu penghasil penerimaan negara dalam APBN. Menurut laporan tahunan BPMIGAS tahun 2011, penerimaan negara hulu migas telah membukukan pendapatan sebesar US$ 35,79 miliar[ ].
    Kelangsungan operasi produksi minyak dan gas bumi menjadi sangat penting dan prioritas bagi tiap operator produksi atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) SKMIGAS (dahulu BPMIGAS). Salah satu sarana pendukung operasi adalah jaringan telekomunikasi, meskipun bukan merupakan bisnis utama perusahaan (core business), namun sarana telekomunikasi dianggap sebagai salah satu sarana vital bagi keberlangsungan operasi baik eksplorasi maupun eksploitasi, yang umumnya berada di lokasi terpencil.
    sebagai contoh penghentian operasi sumur di JOB Pertamina Medco Timori, pada tahun 2011 telah menyebabkan kerugian berhentinya produksi minyak sebesar 2000 barel per hari[1], dengan harga rata-rata mencapai US$111[1] maka kerugian mencapai US$222.000 atau Rp. 1,9 milyar perhari.Selain sumur produksi, sarana komunikasi dibutuhkan pula oleh fasilitas pengeboran minyak seperti kapal pengeboran (rig), dimana laporan data pengeboran harus segera dilaporkan sehingga penggunan kapal pengeboran (rig) yang biaya sewanya berkisar US$ 125.000 – US$ 300.000 per hari[ ] agar penggunaanya dapat lebih efisien.
    salah satu perusahaan migas yang memiliki lapangan operasi lepas pantai di kepulauan seribu, telah beberapa tahun memanfaatkan teknologi BWA WiMAX 16d untuk menggantikan sistem komunikasi satelit bergerk (stabilized VSATi) untuk menyediakan jaringan akses ke fasilitas khusus, seperti kapal pengeboran (rig), kapal/tongkang (barge) untuk fasilitas akomodasi maupun fasilitas pemeliharaan anjungan, tangker (FSO/FPSO), serta beberapa kapal operasi khusus (diving boat). Sebagai satu-satunya teknologi BWA WiMAX yang telah di implementasikan dan digunakan di lepas pantai, maka selanjutnya jaringan ini dapat dijadikan sebagai studi kasus pemanfaaatan teknologi WiMAX di industri migas lepas pantai.

    Permasalahan
    1. Industri migas lepas pantai memerlukan teknologi telekomunikasi yang handal, memiliki jangkauan yang luas, dan mendukung portabilitas atau mobilitas dari fasilitas operasi.
    2. Industri migas lepas pantai memerlukan teknologi telekomunikas pita lebar yang dapat mengakomodasi pertambahan trafik data di perusahaan.
    3. Industri migas lepas pantai memerlukan teknologi telekomunikasi yang handal namun dengan biaya yang kompetitif, sehingga dapat menjaga efisiensi untuk meningkatkan kompetensi perusahaan.


    Tujuan
    WiMAX merupakan salah satu teknologi telekomunikasi yang dapat memberikan solusi jaringan telekomunikasi yang andal dan kompetitif industri migas di lepas pantai. Sehingga hal ini merupakan sebuah oppotunity bagi perusahaan migas lain khususnya yang beroperasi di lepas pantai untuk menurunkan biaya operasional jaringan telekomunikasi dan meningkatkan nilai kompetitif perusahaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses untuk tesisnya Pak Yovi,

      Saya merasa penulisan masalah dan tujuan nya sedikit terjebak oleh kehebatan dan promosi Wimax, jika memang permasalahannya adalah mencari teknologi jaringan telekomunikasi yang efektif dan efisien untuk industri lepas pantai, seharusnya pembaca dapat melihat pilihan lain selain wimax, sehingga pembaca tidak diarahkan opininya untuk menggunakan wimax.

      Namun jika Wimax memang satu-satunya teknologi alternatif yang tersedia, mungkin perlu dimunculkan pada latar belakang penyebab teknologi lain tidak bisa dipakai, seperti kendala regulasi dan kemampuan teknologinya.

      Pada akhirnya pak yovi dapat memberikan pilihan lain kepada operator migas lepas pantai, atau jika memang ini diarahkan kepada teknologi wimax, maka bisa dilakukan evaluasi terhadap penerapan teknologi ini.

      Delete
    2. Ini pak Yovi ya...
      Idenya menarik sekaligus mengundang pertanyaan. Boleh ya....
      1. dari paparan yang disampaikan sepertinya tidak ada masalah dengan pemanfaatan teknologi WIMAX di industri migas lepas pantai.
      2. jika memang terlihat ada masalah, tolong dilengkapi dengan data yang mendukung pendapat tersebut.

      Delete
    3. Pak Fajar,
      Sebelumnya industri migas menggunakan teknologi radio/wireless yang lebih murah jika dibanding dengan Satcom (VSAT) namun memiliki beberapa keterbatasan:
      1. Analog Narrow Band Radio Telephony, Cakupan luas dan Portable, namun dedicated spectrum, Hanya untuk Telepony dan fax atau modem kecepatan rendah (9,6kbps-36kbps). Fading hanya meningkatkan noise.
      2. Digital Narrow/medium Radio, Kecepatan data 64kbps - 2Mbps, portable, Cakupan terbatas, dedicated spectrum, Modulasi PSK/QAM rentan terhadap fading khususnya di laut.
      3. WiFI 802.11 b/g/n : Kecepatan tinggi hingga 54Mbps, sharring spectrum, cakupan terbatas(100-500m), Mobilitas kecepatan rendah, portable tapi tidak support intra/intercell hand over sehingga cakupan terbatas.

      Sedangkan
      WiMAX 16d, sudah di gunakan di salah satu operator migas (KKKS), performa handal (data = 99,6 %).
      Kecepatan data hingga 21Mbps (BW 3.5MHz), mendukung intra/inter cell hand-over sehingga cakupan luas, modulasi OFDM kuat terhadap fading. Mobilitas kecepatan rendah ~ 10kmph, sehingga sering portable.

      Karena pengalaman keterbatasan teknolog radio diatas (1,2,3), sementara kebutuhan akan kecepatan data dan mobilitas meningkat, sehingga operator migas memilih :
      1. Satcom (VSAT), jika menginginkan mobilitas dan kehandalan tinggi, namun jauh lebih mahal diantara teknologi radio lain (US$ 7000-9000 per 125(UL)/512kbps(DL)).
      2. Menggunakan Digital Narrow/medium band radio atau WiFi, jika fixed atau protable (mengorbankan koneksi pada sat bergerak) untuk biaya operasi yang rendah

      Sementara WiMAX 16e (belum pernah dipasang di lepas pantai) dapat menjadi satu solusi terhadap kedua pilihan diatas.

      Delete
    4. Nah ini baru mulai kelihatan permasalahannya. Jangan hanya berhenti di sisi teknis. Coba paparkan di sisi biayanya juga supaya lebih lengkap gambarannya.

      Saya saran dalam bentuk angka tapi langsung tulis dalam bentuk DOC dan share pakai Googledoc.

      Klu mau share dengan teman-teman boleh kualitatif saja.
      Lanjutkan.... :)

      Delete
    5. Terimakasih pak Fajar, tapi setelah berdiskusi dengan Kurnia dan fadil tadi malam, sepertinya saya akan lihat dari perspektif yang berbeda.

      Delete
    6. Latar Belakang :
      - KKKS X Telah menggunakan jaringan WiMAX 16d untuk akses fasilitas operasi bergerak (portable & mobile) dan anjungan (fix) di lepas pantai secara terbatas.
      - KKKS X berencana memindahkan jaringan akses Scada anjungan (fix) dari WiFi ke WiMAX dan memasang Kamera monitoring di beberapa lokasi portabel (portable) dan anjungan/pulau (fix).
      - Ada potensi kebutuhan akses jaringan di masa mendatang:
      1.Penambahan fasilitas smart metering di anjungan (fix) dan fasilitas bergerak (mobile).
      2.Penambahan fasilitas akses komunkasi data dan suara serta monitor CCTV di kapal (mobile)
      3.Menurut prediksi WIMAX forum dan Cisco trafik IP utility/bisnis akan terus meningkat,
      -WiMAX 16d yang terpasang saat ini didesain awal untuk melayani beberpa fasilitas operasi saja (terbatas), lebih mengutamakan coverage area, tidak untuk fasilitas bergerak, serta tenaga kerja pemelihara terbatas sesuaikan dengan jumlah sambungan saat ini.
      Permasalahan :
      • Bagaimana perbandingannya dengan alternatif peningkatan versi WiMAX dari 16d ke 16e?
      • Hal apa sajakah yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk implementasi kedua pilihan perubahan jaringan BWA tersebut ?
      Tujuan :
      - Melakukan perencanaan jaringan WiMAX dengan dua pilihan WiMAX 16d dan 16e sesuai dengan prediksi pertumbuhan trafik.
      - Melakukan analisa skenario implementasi WiMAX 16d dan 16e, berdasarkan kondisi external dan internal perusahaan, sehingga perusahaan dapat memiliki referensi pada pemilihan teknologi WiMAX yang akan dikembangkan oleh perusahaan.

      Delete
    7. Pak fajar, berikut perbedaannya:

      Perbedaan
      A. Analisa Skenario WiMAX di Industri Migas studi kasus WiMAX di KKKS X
      B. Analisa Skenario WiMAX di KKKS X

      Ide Dasar :
      A. Oportunity efisiensi industri MIgas
      B. Strategi Perusahaan KKKS X

      Latar Belakang:
      A. Industri Migas Memerlukan Jaringan Telko yang handal, biaya kompetitif merupakan kelebihan
      B. KKKS X mempunyai 2 pilihan teknologi yang akan digunakan 5 tahun ke depan

      Permasalahan:
      A. Teknologi Harus Handal dan Acceptable, saat ini Satkom pilihan yang handal, tapi WiMAX di KKKS X terbukti handal dan lebih murah.
      B. Perusahaan KKKS X, memiliki dua pilihan teknologi 16d dan 16e untuk 5 tahun kedepan, perlu dihitung berapa perbedaan biaya dan dianalisa keuntungan lain diluar komersial karena faktor internal dan eksternal.

      Tujuan:
      A. Memberikan gambaran untuk industri Migas lain, bahwa WIMAX (16d dan 16e) memberikan solusi handal dan lebih kompetitif biaya sewanya dibanding teknologi lain saat ini.
      B. Melakukan perbandingan biaya 16d dan 16e, serta analisa ke depan untuk kedua teknologi tersebut

      Delete
    8. Pak Yovi, saya setuju dengan pendapat pak Fadil. Perubahan yang disampaikan tidak menjawab pendapat tersebut. Menurut saya kombinasi hal tersebut dan permasalahan yang disampaikan semula bisa menjadi kunci thesis ini.

      Salamat melanjutkan... :)

      Delete
  5. Latar Belakang

    - Perkembangan teknologi internet membawa masyarakat menuju pada era informasi, dimana kebutuhan masyarakat tidak lagi terbatas pada layanan voice dan sms. Ditandai dengan meningkatnya traffic data.
    - Peningkatan traffic data ini sayangnya tidak diikuti oleh pertumbuhan revenue pada operator seluler.
    - Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya operasional, sehingga harus ditekan agar mampu inline dengan pertumbuhan data.
    - Teknologi Self Optimisation Network (SON) diajukan sebagai solusi implementasi dan optimalisasi network yang digadang-gadangkan sebagai teknologi yang akan memberikan efisiensi yang cukup tinggi.
    - Teknologi Self Optimisation Network (SON)ini dikembangkan dalam beberapa tahap dimulai dari phase teknologi Release 8, 9, 10 hingga 11 dan terus berlanjut.

    Permasalahan.
    - Teknologi Self Optimisation akan menggantikan fungsi banyak tenaga manusia, dimana hal ini akan mempengaruhi kebutuhan sumber daya manusia pada perusahaan-perusahaan operator seluler. Implementasi Teknologi ini akan menyebabkan perubahan struktur organisasi hingga pengurangan karyawan dalam jumlah yang besar.
    - Tidak hanya berdampak pada internal organisasi perusahaan, tapi juga akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan outsourcing yang melayani jasa installasi dan pemeliharaan jaringan.

    Tujuan.
    - Mendefinisikan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penerapan teknologi SON terhadap kebutuhan sumber daya perusahaan telekomunikasi khususnya operator seluler, pada tiap-tiap tahapan phase implementasi pada release 8 hingga release 11.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Latar belakang yang mencoba melihat dari sisi HR ya...
      Kalau boleh usul, agar latar belakang yang ditulis didukung dengan data. Misalnya berapa SDM yang dibutuhkan untuk menangani implementasi dan optimasi jaringan sekarang dan berapa SDM yang diperlukan jika memanfaatkan SON release 8, 9, 10 hingga 11.

      Dari sini baru permasalahan lebih mudah diidentifikasi dan didefinisikan.

      Lanjutkan.

      Delete
    2. Latar belakang dari pak Fadil ini yang ditunggu-tunggu,

      Saya lihat keterkaitan antara latar belakang dan isu Self Optimization Network (SON) sudah terlihat, isu utamanya yang saya lihat adalah efisiensi biaya operasional. Isu efisiensi memang menjadi polemik, terutama di sisi sumber daya manusia. Di satu sisi perusahaan sangat memerlukan efisiensi, yang disediakan oleh teknologi di masa depan. Hanya saja, teknologi tersebut bisa berdampak buruk terhadap sumber daya manusia yang ada (isu pengurangan karyawan contohnya). Apakah etis apabila tenaga manusia perlahan digantikan dengan mesin ke depannya demi isu efisiensi perusahaan? Mungkin bisa ditelusuri lebih lanjut dampak lanjutannya seperti apa.
      Untuk tujuan sepertinya bisa dibuat poin-poin, sehingga memudahkan dalam pembahasan tesis nantinya.
      Jika pak Fadil akan meneruskan pembahasan ini, mungkin bisa dishare juga seperti apa metodologi yang akan digunakan untuk memecahkan kasusnya. Selain itu, Ada isu yang menurut saya menarik untuk dibahas yakni bagaimana strategi pengimplementasian SON yang tepat, sehingga memberikan mutual benefit, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan di perusahaan tersebut.

      Semoga seminar dan tesisnya lancar ya pak:-)

      Delete
    3. Komentar balasan pak Yovi bisa dijadikan contoh untuk menjelaskan maksud saya ke pak Fadil.

      Delete
    4. - Sedikit ralat point ke 2 sepertinya maksudnya profit bukan revenue,
      - Ada baiknya ada hasil penelitian/pernyataan sebelumnya yang dapat menyatakan dampak efisiensi (-%) SON terhadap biaya operasi perusahaan. Sehingga menjadi referensi bahwa operator akan memilih teknologi ini.

      Delete
  6. Latar Belakang :
    - Pergeseran Business Model dari menit menjadi bytes
    - Belum optimalnya revenue yang diperoleh dari sektor data
    - OTT menjadi pemilik keuntungan yang sesungguhnya dari berubahan ini

    Permasalahan :
    Operator gagal mengkapitalisasi revenue yang lebih besar dari sektor data karena tidak memiliki informasi yang cukup untuk mengubah demand menjadi revenue. Operator cendrung ikut-ikutan namun mengabaikan riset produk. Riset dalam hal ini adalah pemodelan.

    Tujuan Penelitian:
    Mengidentifikasi, merumuskan, mendefinisikan faktor-faktor kesuksesan bisnis OTT yang telah ada seperti Facebook, Twitter, YouTube, Instagram dan Google.
    Lalu menggunakannya sebagai kerangka/blueprint untuk perancangan aplikasi OTT baru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu Diah.

      Idenya menarik untuk diikuti. Kalau boleh saya kasih saran ya...

      Latar belakang sebaiknya merupakan latar belakang dari permasalahan yang akan dikemukakan agar riset yang dilakukan jadi lebih fokus. Antara latar belakang, permasalahan, dan tujuan serta kemudian motivasi periset tidak berdiri sendiri-sendiri. Mereka saling berkaitan satu dengan lainnya.

      Jika berkenan boleh dipersempit untuk di upload kembali...

      Delete
  7. Latar Belakang :
    Jaringan backbone PT. QG saat ini masih berbasis TDM dengan teknologi SDH. Keberadaan teknologi SDH saat ini sulit untuk memenuhi kebutuhan kapasitas jaringan selular dan corporate terutama untuk data. Hal ini karena :
    1. Jaringan Selular terutama untuk level 3G ke atas umumnya sudah berbasis IP, sedangkan SDH belum mampu untuk menyediakan format IP. Walaupun saat ini sudah ada teknologi SDH MSPP+ yang mendukung interface ethernet, namun kehandalan belum mampu menjawab kebutuhan selular
    2. Layanan berbasis paket/ IP terus meningkat sedangkan legacy SDH saat ini belum support IP
    3. Kebutuhan layanan berbasis IP terus berkembang karena didorong oleh :
    a. Kebutuhan residensial : layanan video streaming, voice over IP dan gaming
    b. Kebutuhan Bisnis : VPN , video converence

    Permasalahan :
    Oleh karena itu diperlukan revolusi di segmen backbone dengan menghadirkan generasi terbaru backbone yang mendukung kebutuhan jaringan akses. Saat ini teknologi tersebut dikenal dengan istilah POTS (Packet Optical Transport System). Beberapa alasan POTS tepat menjawab kebutuhan jaringan backbone adalah :
    1. Menyediakan layanan multiplatform (IP dan TDM )dalam satu platform
    2. POTS menawarkan strategi cost yang efektif
    a. Menjawab kebutuhan layanan paket yang terus tumbuh
    b. Menjaga layanan TDM yang masih menguntungkan
    3. Menyederhanakan jaringan backbone dari beberapa layar (WDM, TDM , Paket/IP) menjadi single layar

    Namun bagi PT. QG untuk langsung melakukan pergantian jaringan backbone yang berbasis POTS perlu mempertimbangkan beberapa hal. Besarnya budget, metode dan prosedur yang benar sehingga prosesnya bisa berjalan lancar tanpa menggangu layanan serta menyusun timeline yang tepat.

    Tujuan :
    Mencari benchmarking yang tepat pada operator lain yang telah berhasil melakukan “shifting” jaringan backbone nya dari teknologi SDH ke teknologi POTS dengan mengambil indikator budget, metode&prosedur serta time line yang tepat sehingga dapat mengukur kesuksesan proses yang akan dilakukan oleh PT QG ini

    Metodelogi:
    Benchmarking, pada buku : Key Management Models

    ReplyDelete
  8. Pak Sumar Syah,
    Ide tesisnya menarik sekali. Nanti bisa lebih difokuskan. Sebelum diteruskan, boleh tanya dulu ya....
    Outcome atau hasil akhir tesis ini kira-kira apa pak.
    Boleh sharing dulu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Pak Fajar, terima kasih feedbacknya Pak. Outcome yang terpikirkan oleh saya adalah berapa besar cost yang paling esifien, teknik yang seperti apa(agar proses shifting tidak mengganggu service), serta estimasi time lain yang acceptable. Mohon koreksi dan masukannya Pak

      Delete
    2. Dari latar belakang yang disebutkan: "Keberadaan teknologi SDH saat ini sulit untuk memenuhi kebutuhan kapasitas jaringan selular dan corporate terutama untuk data". Apakah yang dimaksud disini adalah Synchronous Digital Hierarch? Jika memang demikian, tinggal bagaimana kita memaparkannya apakah karena keterbatasan teknologi yang mengakibatkan pertumbuhan sisi supply dan demand tidak selaras? Apakh data pendukungnya nanti bisa ditampilkan dan apakah berupa data bulanan atau tahunan?

      Ini dulu ya...

      Delete
    3. Sukses untuk thesisnya pak Sumar,

      Saya punya saran agar kata "sulit memenuhi" pada latar belakang bisa disampaikan lebih konkrit, ini menjadi penting karena merupakan pemicu utama perlu adanya upgrading teknologi SDH menjadi POTS.

      Penyampaian latar belakangnya bisa disampaikan lebih luas lagi pak, mungkin bisa dimulai dengan menjelaskan kondisi kenapa network sekarang harus menggunakan IP Backbone, dan baru diteruskan hingga terlihat rantai permasalahannya.

      Delete
  9. Update dengan topik baru :)

    Latar Belakang:
    - PT XYZ adalah salah satu mobile operator yang sedang gencar melakukan ekspansi dan meningkatkan kapasitas jaringan. Selama ini, peningkatan kapasitas didasari oleh utilitas masing-masing elemen jaringan. Seiring dengan perkembangan layanan data, meningkatnya trafik data memicu peningkatan utilisasi di elemen-elemen jaringan yang terkait layanan data mulai dari acces network hingga ke core network. Dengan demikian, permintaan untuk meningkatkan kapasitas selalu terjadi sehingga dibutuhkan investasi (CAPEX) yang tidak sedikit.
    - Namun apabila dibandingkan, meningkatnya utilisasi tersebut tidak diiringi dengan peningkatan revenue dari layanan data yang sesuai prediksi. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa trafik data yang melewati jaringan tidak memberikan revenue sesuai dengan pola charging yang ditetapkan.
    - Di sisi lain perkembangan layanan data yang ditawarkan mobile operator di Indonesia juga memicu maraknya kasus kecurangan atau biasa dikenal dengan istilah fraud. Kasus fraud yang dimaksud adalah ketika pengguna dapat menggunakan layanan data tanpa membayar/membeli paket sesuai ketentuan yang dibuat mobile operator. Maraknya kasus ini dapat dilihat dari berbagai website/forum online yang berbagi trik maupun menawarkan jasa untuk mendapatkan internet gratis.

    Permasalahan:
    - Penggunaan jaringan yang tidak efisien di PT XYZ diakibatkan banyaknya praktek fraud di layanan data. Dengan alasan yang sama, penambahan kapasitas jaringan seringkali tidak efektif dikarenakan sebenarnya jaringan yang ada sudah mencukupi untuk memberikan layanan jika trafik fraud bisa dihilangkan/dikurangi.
    - Praktek fraud tidak menghasilkan revenue bagi perusahaan dan hanya memakan resource. Dalam hal penambahan kapasitas jaringan, investasi CAPEX yang dikeluarkan PT XYZ menjadi tidak tepat karena tidak sesuai dengan revenue yang diharapkan.

    Tujuan:
    - Menghasilkan prosedur untuk mengatasi/mengurangi praktek fraud di PT XYZ.
    - Menghasilkan prosedur standar yang lebih baik untuk penambahan kapasitas jaringan terkait dengan maraknya praktek fraud.
    - Output dari tesis ini juga dapat diterapkan di mobile operator lain sehingga dapat meningkatkan efisiensi mobile operator di Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses untuk thesisnya pak didiet,

      Pengukuran kasus fraud dengan menggunakan hasil obervasi melalui situs dan forum agak sulit mengukurnya, karena ini adalah issue utama yang dibawa, kita mungkin dapat menggunakan metode lain untuk membuktikan adanya praktik fraud pada traffic data.

      Bahkan membuat model atau metode-metode untuk membuktikan adanya fraud pada traffic data saya rasa juga bagus diajukan sebagai tujuan dari thesis ini.

      Delete
    2. Pak Fadil,

      Untuk pengukuran data fraud yang akan dilakukan adalah dengan observasi langsung ke utilisasi dan detail paket data di elemen-elemen terkait di Core Network seperti GGSN dan internet gateway.
      Sedangkan untuk maraknya kasus fraud di situs dan forum hanya sebagai data penunjang latar belakang saja.

      Delete
    3. Pak Didiet Nursaktiadhi,

      Idenya menarik dan juga ada penelitian sejenis yang sedang diusulkan. Kita akan membahas hal ini kemudian saja.

      Boleh saya terlebih dahulu bertanya apakah Bapak mengetahui jenis-jenis fraud yang terjadi saat ini dan cara untuk mendeteksinya? Jika memang demikian, lanjut untuk menulis bab 1 bagian latar belakang saja dulu. Gunakan Googledoc dan share dengan saya.

      Lanjutkan !!

      Delete
    4. Isu yang menarik Pak Didit, tadinya saya kira praktik tersebut hanya isu yang tak jelas. Kalau boleh tau seberapa besar kebocorannya (untuk internet access froud saja)?
      Berikutnya hampir sama dengan pak Fadil pendapatnya apakah saat ini ada pengukuran trafik internet (real) dan korelasinya dengan revenue?

      Delete
  10. Latar belakang

    Kondisi layanan selular sekarang
    - Peningkatan trafik data yang tinggi bagi operator selular di Indonesia
    - Tren ARPU operator selular justru turun
    - Dukungan gadget (smartphone, tablet pc dan laptop) dengan fitur data (WiFi) semakin banyak dan murah.

    Keterbatasan operator selular untuk mengantisipasi layanan data :
    - Keterbatasan frekuensi selular saat ini untuk melayani kebutuhan trafik data. Tender kanal ke-3 frekuensi 3G masih dalam proses.
    - Efisiensi biaya baik CAPEX dan OPEX namun layanan data tetap dapat diakomodasi
    - Pengembangan LTE, Femtocell maupun mini BTS masih perlu waktu implementasi
    Salah satu solusi yang bisa segera digelar untuk mengantisipasi meningkatnya trafik data adalah WiFi. Agar lebih efisien pola partnership dalam pengelaran WiFI menjadi pilihan.
    Melihat potensi pasar yang besar, PT XYZ mengelar layanan Wifi yang akan menggandeng operator selular yang mempunyai basis pelanggan besar dalam mengakses data sebagai mitra partnership wholesale.

    Permasalahan

    WiFi sementara menjadi solusi yang menjanjikan bagi penyedia akses (PT XYZ) maupun partnernya (operator selular). Merupakan bisnis baru yang perlu dikaji analisis risiko positif dan negatif terkait kelangsungan layanan ini.

    Tujuan

    Melakukan analisis risiko terhadap implementasi Wifi dalam bisnis wholesale dilihat dari sudut pandang operator penyedia akses (PT XYZ)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Dedhy,

      sangat menarik topik tesisnya, mengingat diprediksi 30% traffic akan melalui wifi offload dalam beberapa tahun mendatang. Tapi permasalahannya adalah user harus mengganti sim cardnya dengan EAP-SIM capable yang kurang flexible disisi end user dan beban tersendiri buat operator, dan pada saat ini operator masih kesulitan untuk cross bundling paket data dengan system charging yg sekarang agar bisa dipakai di network 2G/3G dan juga wifi.

      ada ide mengenai kendala diatas?

      Delete
    2. Semoga tidak terlambat Pak Dedy, saya lihat sudah ada yang mulai implementasi. Tapi mungkin polanya berbeda dan Sepertinya jaringan PT.XYZ yang luas menjadi keunggulan. Yang penting seamless dan auto charging, tak perlu registrasi. Ayo Pak Dedhy Lanjutkan...

      Delete
    3. Terimakasih Mas Hendra atas responnya,

      saya coba jawab sbb :
      - setahu saya bagi end user pelanggan selular tidak perlu ganti simcard. tinggal setting fitur wifi pada handset pengguna (smartphone, tablet pc yg sudah support 2g/3g dan wifi). setting pada pemilihan sekuritinya aja dg mode EAP dan cuma 1 kali bisa melakukan akses pada manageable AP yg telah digelar oleh operator penyedia AP.
      beda kasus saat implementasi evdo, dimana kita melakukan penggantian simcard karena simcard eksisting tidak support dg jaringan evdo. untuk wifi, cost utk hal tsb mudah2an tdk ada.
      - untuk cross bundling layanan wifi dg akses data eksisting di sisi retail operator selular kayaknya sudah jalan dan setahu kami belum ada isu kendala. ada layanan free dan berbayar.

      demikian dari saya mas Hendra trimakasih komentarnya.

      Delete
    4. Mas Yovi tks responnya,
      Implementasi layanan ini masih awal dan kami coba melakukan analisis risiko terkait kondisi positif dan negatifnya untuk mendukung keberhasilan layanan ini khususnya dari sisi provider AP.

      Delete
    5. Pak Dedhy,

      Ide thesis ini sebenarnya menarik. Tetapi dari apa yang diutarakan sepertinya latar belakang dan permasalahan belum sejalan sehingga tujuan yang disusun juga seperti berdiri sendiri.

      Coba pelajari kembali.

      FYI, sepertinya penelitian sejenis juga sudah banyak dibuat. Pelajari penelitian2 yang sudah ada dan selesaikan dengan cepat karena wifi offload ini bukan lagi sesuatu yang baru. Bisa saja ini bukan solusi atas permasalahan di operator.

      Delete
  11. Latar Belakang:
    BTS diperkirakan mengkonsumsi 60 – 80% dari pemakaian energi total di jaringan seluler. Energi terbesar adalah untuk AC dan amplifier. Mengurangi AC dan mematikan (hybernate) satu atau beberapa TRX (transmitter dan receiver) di BTS ketika trafik rendah masih belum cukup, karena amplifier tetap aktif dan mengkonsumis listrik.
    Efisiensi dengan menekan pengeluaran energi ketika tidak dibutuhkan. Ketika malam hari, misalnya, trafik sedang rendah, konsumsi energi listrik sebenarnya dapat dikurangi dengan mematikan beberapa BTS. Lalu trafik yang ada dilayani oleh BTS lain yang coverage-nya diperbesar. Solusi ini dapat diimplementasikan di wilayah sentra bisnis, dimana trafik di siang hari hari kerja cukup tinggi, sementara malam hari dan akhir pekan sangat rendah. Wilayah tersebut dicover oleh BTS dengan radius coverage yang kecil. Ini dilakukan untuk mengatasi trafik yang padat (reuse frekuensi). Ketika malam hari atau akhir pekan, pemakain kanal/slot di BTS rendah sehingga bisa dicakup oleh satu atau dua BTS saja, yaitu dengan memperbesar coverage BTS nya. Atau, sejak awal wilayah tersebut dicover dengan konsep umbrella atau concentric cell.


    Sebagai ilustrasi, di suatu wilayah sentra bisnis (mal dan perkantoran)trafik tinggi di siang hari, semua BTS yang ada di wilayah tersebut diaktifkan (18 BTS misalnya). Di malam hari, trafik rendah, wilayah tersebut cukup di-cover oleh 4 BTS saja, misalnya. Sisa BTS, sekitar 14 BTS, dimatikan. Kondisi seperti ini, akan menghemat energi listrik cukup signifikan ketika malam hari (off peak). Efisiensi persisnya, tegantung pada kondisi area yang akan diimplementasikan.

    Permasalahan:
    • Bagaimana mempertahankan coverage dan kualitas layanan ketika sejumlah BTS dimatikan.
    • Cell yang akan dipertahankan pada saat off peak adalah cell yang beroperasi pada frekuensi rendah karena memiliki kemampuan penetrasi yang bagus. Cell besar ini dapat overlap dengan cell yang kecil yang menggunakan frekuensi lebih tinggi.
    • Menjaga dan meningkatkan network coverage and network throughput
    • Untuk arsitektur seluler yang heterogen, terdapat 2G, 3G dan 4G, dimana 3G dan 4G digunakan untuk data rate tinggi dan 2G untuk data rate rendah
    • Di area tertentu, trafik yang tidak bisa diprediksi.
    • Emergency call compliance yang mewajibkan operator bisa mendeteksi alamat/lokasi penelepon dengan granularity 300m

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Azwani,

      Ide penelitian yang menarik tetapi perlu penjelasan lebih lanjut.

      Pertama, tentu ada perbedaan umbrella cell dengan concentric cell sehingga dalam pemilihan dan implementasinya tentu perlu ada kriteria yang perlu diperhatikan.

      Kedua, konsep umbrella bisa menggunakan sebuah macro cell untuk beberapa micro cell atau sebuah micro cell untuk beberapa pico cell sehingga disini perlu dijelaskan dengan lebih spesifik misalnya apakah untuk implementasi outdoor atau indoor.

      Jika boleh, disarankan agar penelitian ini bisa lebih "tajam" dalam menentukan area pengamatannya.

      Berikut ini ada informarsi untuk tambahan referensi

      Selamat melanjutkan dan SelamatTahun Baru 2013

      Delete
    2. Dear Pak Fajar,

      Terima kasih atas komentar dan masukannya. Untuk kasus ini, umbrella cell mungkin paling tepat, karena akan menggantikan peran beberapa cell ketika cell-cell tsb dimatikan (trafik rendah). Kalau concentric hanya menggantikan satu cell inner saja.

      Saat ini saya sedang mengumpulkan data-data trafik dan coverage untuk mempertajam penelitian ini. Rencana awal area yang akan dipilih adalah wilayah Segi Tiga Emas Jakarta.

      Terima kasih informasi link-nya.
      Selamat tahun baru 2013.

      Salam,
      Azwani

      Delete
    3. Dear Pak Az,
      Secara experience saya, konsep ini dinamakan Green BTS, impact-nya adalah penurunan coverage sekitar 3 dB (cmiiw), selain itu ada problem lain yaitu sering error-nya (sleeping TRX) suatu TRX ketika dalam posisi hybernate ke in service.

      Mungkin sebaiknya ditambahkan faktor analisa untuk kedua problem di atas Pak, sebab trend sekarang operator kelihatannya mulai mengabaikan Green BTS ini karena problem-problem di atas.

      Terima kasih

      regards,
      Jakson

      Delete
    4. Pak Azwani, "green bts" merupakan ide yang menarik, karena operator pun berkepentingan untuk melakukan efisiensi. Namun rasanya menurut saya memang harus ada trade-off antara saving dan loss. Mungkin bisa menggunakan Game theory untuk analisanya.

      Delete
  12. Latar Belakang :

    Setelah dikeluarkannya regulasi mengenai penggunaan spektrum frekuensi untuk keperluan Televisi Siaran Digital Terresterial oleh Menteri

    Kominfo yaitu Permen Kominfo No 23 Thn 2011 mengenai master plan TV Digital 478 - 694 MHz dan Permen Kominfo No 22 Tahun 2012 mengenai

    transisi penggunaan spektrum frekuensi TV digital pada 5 zona, maka era tv analog tidak lama lagi akan segera berakhir. Pada era tv

    Analog UHF di Indonesia dulunya (dan saat ini masih), pemerintah menetapkan band frekuensi yang digunakan adalah 470 - 806 MHz dengan

    jumlah kanal 41 x @8MHz (kanal 21 - 62). Oleh karena itu, terdapat sisa pita spektrum frekuensi ex TV analog pasca migrasi nantinya

    sebesar 14 kanal x @8MHz (112 MHz) disebabkan kanal yang dipakai pada tv digital dari 21 - 48.

    Permasalahan :

    Terdapat sisa kanal frekuensi pasca migrasi ke TV Digital pada sub band 700 MHz yang perlu untuk dimanfaatkan (digital dividend).

    Tujuan :

    Melakukan analisa dan kajian penggunaan spektrum frekuensi radio yang tepat, efektif dan efisien pada sisa spektrum pasca migrasi tv

    digital di sub band 700 MHz.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Bangsawan,

      Ide penelitian yang menarik. Namun demikian perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti: (1) Bahwa migrasi siaran TV analog ke digital memang sudah menjadi agenda seperti yang dipublikasikan secara resmi oleh Kominfo. Disitu disebutkan bahwa digitalisasi berdampak pada efisiensi penggunaan pita frekuensi radio. Disini setidaknya rencana alokasi digital dividend sudah pernah dikaji sebelumnya; (2) Negara-negara lain sudah ada yang terlebih dahulu menyiapkan alokasi untuk digital dividend. Bahkan sudah ada yang melaksanakan pelelangan.

      Boleh dijelaskan, kondisi apa yang menyebabkan sehingga penelitian ini perlu dilakukan ... Mari kita diskusikan disini.

      Makasih dan Selamat Tahun Baru.

      Delete
    2. Dear Pak Fajar,

      Terima kasih atas komentar dan sarannya, untuk masalah apakah sudah pernah dikaji sebelumnya baik oleh FT UI maupun Kominfo, kami akan lebih mengerucutkan risetnya terhadap permasalahan yang belum disentuh sama sekali atau permasalahan yang sudah disentuh tapi peninjauannya dari aspek lain (sesuai saran dari pak Denny), saat ini kami masih mencari riset sebelumnya yang sdh pernah dilakukan dan akan lebih mengerucutkan masalahnya. Sedangkan untuk benchmark negara lain akan menjadi referensi yang sangat baik seperti Inggris, Belanda, Norwegia, Jerman, Swedia, Italia dan beberapa negara ASEAN lainnya.

      Riset ini perlu dilakukan untuk lebih mempertajam referensi Pemerintah dan menambah wawasan terhadap penggunaan spektrum ex-Analog TV UHF.

      Demikian pak, mhn petunjuk dan arahannya.

      Salam,
      Bangsawan

      Delete
    3. Assalamu alaikum dan met pagi pak Fajar,

      Setelah melakukan pencarian terhadap riset yg pernah dilakukan sebelumnya, kami menemukan salah satu penelitian dari pak Ferdian thn 2010 tentang OPTIMASI PEMANFAATAN SPEKTRUM DI PITA ULTRA HIGH FREQUENCY (UHF) UNTUK LAYANAN SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL DAN MOBILE BROADBAND DI WILAYAH JABODETABEK, dan setelah memahami riset yg dilakukan, ada beberapa permasalahan yg dapat dibahas dalam digital dividend ini :
      1. Apakah teknologi yg tepat digunakan, LTE, Wimax, Wibro, dll, dan bagaimanakah keterhubungan dengan manajemen spektrum frekuensi yang dilakukan pemerintah saat ini?
      2. Jika telah melakukan komparasi, hal selanjutnya bagaimanakah terhapap penetrasi pasar di Indonesia? yaitu suatu Teknologi yang melahirkan market.

      Tools analysis :
      Komparasi : SWOT , Matriks IFE dan EFE
      Penetrasi : Ansoff's Product/market grid

      Data : Laporan Postel 2009 - semester pertama 2012

      Referensi : ITU, Riset Pak Ferdian, Manajemen Strategi.

      Demikian pak, mhn petunjuknya.

      Salam,
      Bangsawan

      Delete
  13. bisa merefer beberapa penelitian terdahulu...dilakukan di FT-UI.
    tinggal dilihat apa yg sudah dilakukan, apa yg belum...

    salam,
    Denny S

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih pak atas masukannya, sy akan lebih intens utk mencari permasalahan mana yg belum di teliti.

      Salam,
      Bangsawan.

      Delete
  14. Latar Belakang Permasalahan:
    Pasar telekomunikasi saat ini sedang mengalami evolusi menuju konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perkembangannya, terjadi integrasi antara teknologi-teknologi yang ada, dan menjadikan suatu bentuk layanan baru yang menjadi peluang bisnis di bidang TIK.
    Pemanfaatan teknologi komunikasi yang handal menjadi sangat penting, sehingga mendorong pertumbuhan yang sangat pesat pada industri yang bergerak di bidang telekomunikasi untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan masyarakat tersebut. Namun di sisi lain, kondisi ini juga menjadikan pembangunan jaringan telekomunikasi menjadi sesuatu yang sangat mahal dan membutuhkan investasi cukup besar.
    Kondisi saturasi pasar pada layanan voice dan sms serta adanya perubahan perilaku konsumen telekomunikasi menjadikan perusahaan operator telekomunikasi melebarkan bisnis dengan merambah layanan data. Hal ini terbukti berhasil melihat pada tren pendapatan operator yang mengalami kenaikan khususnya dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kecuali PT. I, Tbk. yang sempat mengalami tren penurunan pada 2009 dan PT. B, Tbk. yang juga mengalami penurunan pendapatan pada 2011. Keseluruhan kenaikan pendapatan dari masing-masing operator ini mendapat kontribusi terbesar dari pendapatan layanan data. Namun operator telekomunikasi yang mengalami persentase kenaikan pendapatan yang paling signifikan adalah PT. S, Tbk. yaitu sebesar 60,55% pada 2011.
    Hal ini diawali dengan strategi akuisisi oleh PT. M terhadap PT. X dan dilanjutkan dengan berbagai penerapan strategi operasional oleh perusahaan. Keberhasilan PT. S, Tbk. dalam meningkatkan pendapatan perusahaan tidak terlepas dari keberhasilan strategi yang diterapkan oleh perusahaan tersebut.

    Permasalahan:
    - Bagaimanakah pengaruh strategi terhadap pertumbuhan pendapatan PT. S, Tbk?
    - Bagaimanakah pengaruh strategi terhadap keunggulan bersaing PT. S, Tbk?
    Tujuan:
    - Untuk menganalisis bagaimanakah penerapan strategi berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan PT. S, Tbk.
    - Untuk menganalisis bagaimanakah penerapan strategi berpengaruh terhadap keunggulan bersaing PT. S, Tbk.

    Regards,
    Muhammad Amrina Razada

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Amrina,

      Kita fokus di latar belakang masalah dulu ya.... baru kemudian kita ke permasalahan dan tujuan. Kalau saya boleh tanya, pertama: ada berapa perusahaan yang Anda teliti; kedua: durasi (tahun) pengamatan yang dilakukan; ketiga: selain pendapatan, apakah biaya dan produksi juga merupakan variabel penelitian; keempat: untuk lingkup data, voice/sms, atau keduanya?

      Perhatikan bahwa penggunaan kata tren. Barangkali maksudnya adalah penurunan bukan tren penurunan. Sebaiknya kita melihat tren daripada hanya kejadian sesaat.

      Mohon tanggapan dan dilengkapi.

      Delete
    2. Salam Pak Fajar,
      Terimakasih atas tanggapannya.. Pertama, untuk penelitian ini saya berfokus pada satu perusahaan saja, sedangkan data dari perusahaan lain hanya sebagai pembanding; kedua, durasi pengamatan dimulai dari 2010 menjelang akuisisi karena pada saat itu barulah strategi perusahaan dengan nama baru ini diterapkan, namun untuk lebih memperjelas efek dari implementasi strategi maka saya menampilkan data dan grafik finansial dari perusahaan yang mengakuisisi dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2007-2012); ketiga, variabel penelitian masih berupa pendapatan sedangkan biaya dan produksi belum saya masukkan sebagai variabel; keempat, lingkupnya lebih berfokus pada data.
      Terimakasih Pak..

      Delete
    3. Salam pak Amrina Razada,

      Disarankan agar memasukkan data produksi dan biaya sebagai variabel penelitian dan perusahaan pembanding ada beberapa yang bisa dianggap mewakili kinerja industri telekomunikasi Indonesia saat penelitian ini berlangsung. Untuk saat ini periode 5 tahun dapat diterima.

      Selanjutnya, jika pengumpulan data pendapatan, biaya, dan produksi dari masing-masing operator telah selesai dibuat, agar dapat diemail untuk pertimbangan dan diskusi lebih lanjut sebelum pertemuan berikutnya.

      Selamat bekerja dan semoga sukses.

      Delete
    4. Sukses pak Amri, sepertinya sudah mulai menemukan jalan barunya. Setelah membaca paparannya, tampaknya menarik untuk lebih diketahui strategi dari operator S. Tinggal pengolahan datanya. tetap semangat.

      Delete
    5. Data pendukungnya segera dikumpulkan untuk kita evaluasi kelayakannya.

      Delete
  15. Judul :
    Latar Belakang :
    Kebutuhan akan Database Server yang handal, aman dan stabil seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Server System saat ini. Apakah Perusahaan menuntut High Availability Server atau menggunakan Aplikasi ERP dengan Zero Downtime Database Server?

    Permasalahan :
    Bagaimana SHARED STORAGE berfungsi sebagai media penyimpanan bersama dari semua Cluster server.
    Bagaimana proses clustering pada system server dan database memanage High Availability dan Performance Server System.

    Tujuan :
    Menentukan System clustering yang tepat
    Analisa proses take over system server

    Ada saran mengenai Latar belakang, permasalahan dan tujuan...
    Terima kasih
    Hari Fajar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yth. pak Hari Fajar.

      Isu yang diangkat menarik. Kalau boleh kami memberikan usulan, sebaiknya yang diangkat pada latar belakang merupakan latar belakang dari permasalahan yang diangkat. Juga dapat dimulai dari mendefinisikan "Permasalahan" dahulu baru menguatkannya di "Latar Belakang". Tetapi tetap dijaga kesatuannya. Selanjutnya baru "Tujuan" dan dilanjutkan dengan "Ruang Lingkup dan Batasan", "Metodologi", dan "Sistematika Penulisan".

      Selamat berkarya.

      Delete
  16. Salam Pak Fajar,

    Mengenai perusahaan pembanding saya akan masukkan 3 operator GSM dan 1 operator CDMA.
    Data-data sedang saya kumpulkan, karena belum semua terkumpul. Jika sudah saya akan segera email ke bapak. Terimakasih.

    Wassalam,
    AMARA

    ReplyDelete
  17. Assalamu alaikum wr wb

    Latar Belakang
    Dalam menjalankan bisnis Incoming Internasional PT.T, banyak tantangan yang harus dihadapi. Selain harus berkompetisi dengan penyelenggara jasa layanan internasional yang lain, PT.T harus berhadapan dengan para pemain illegal (grey operator) yang tidak mempunyai izin penyelenggaraan international voice service. Para pemain ilegal ini melakukan bypassing trafik incoming international yang seharusnya melalui Sentral Gerbang Internasional (SGI) pemilik lisensi international voice service, menjadi lewat jalur VOIP ilegal. Praktik bypassing trafik incoming internasional ini dilakukan oleh para Fraudster (sebutan untuk pelaku fraud) untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan tarif incoming internasional dengan tarirf retail terutama tarif retail On-Net (panggilan antar pelanggan dalam operator yang sama). Praktik tersebut dilakukan dengan menyalurkan trafik incoming internasional dari luar negeri melalui jalur VOIP kemudian masuk ke sebuah perangkat yang mempunyai kemampuan switching sekaligus redial dengan menggunakan Subscriber Identification Module (SIM) Card operator yang disesuaikan dengan tujuan panggilan. Perangkat tersebut dikenal dengan nama SIMBOX yang berisi beberapa kartu SIM dan berfungsi sebagai penerima trafik, melakukan fungsi switch, serta melakukan redial. Dengan adanya praktik bisnis illegal ini, TELKOM menghadapi resiko bisnis berupa terjadinya Lost Opportunity Revenue dari layanan incoming internasional melalui VOIP dan akan mengancam pertumbuhan layanan Clear Channel yang lainnya.
    Perubahan lingkungan bisnis dengan adanya praktek bisnis illegal VOIP tersebut dapat menjadi sumber risiko bisnis bagi Perusahaan sehingga manajemen risiko merupakan hal yang diperlukan untuk menjaga performansi bisnis Perusahaan.

    Mohon masukan dan tanggapannya Pak.
    Tks, Wassalam Rieky

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Rieky,

      Ide tesis yang menarik. Tetapi isu ini sudah lama terdengar, bukan hanya operator domestik. Apakah hingga saat ini masih belum teratasi? Kalau memang belum, apakah Anda tahu penyebab sulitnya mengatasi hal ini?

      Delete
    2. Apakah praktek bypassing trafik incoming internasional yang dilakukan oleh para Fraudster signifikan pengaruhnya? Bagaimana anda mengukurnya?

      Delete
  18. p Fajar Ysh,

    Isu ini memang memang sudah lama terdengar. Bahkan sudah melanda hampir semua operator seluler di Indonesia. Sampai dengan saat ini masih terdeteksi nomor2 Fraud yang digunakan utk penyaluran ilegal trafik dengan menggunakan detector in house tools. Penyebab sulit diatasi hal ini adalah Pemain SIMBOX tersebut menawarkan harga yang sangat menarik kepada Global Partner di luar negeri utk penyaluran trafik (lebih murah jika dibandingkan disalurkan melalui SGI berlisensi). Pemain SIMBOX ini sangat fleksibel, agresif, dan jumlah pemain yang banyak serta dapat bermain dalam skala yang bervariasi, membuat mereka ini sangat lincah. Ketidakharusan mereka untuk memenuhi kewajiban layaknya operator resmi seperti izin penyelenggaraan layanan telekomunikasi, pemenuahan kualitas, pembayaran pajak, membuat mereka semakin kuat, sehingga sulit untuk ditindak (dieliminasi).

    ReplyDelete
  19. Latar Belakang :

    Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi, para pelanggan dapat merasakan berbagai jenis layanan komunikasi secara mudah dan murah. Perkembangan tersebut mencakup teknologi di sisi jaringan, handset, dan content yang tersedia. Misalnya saja teknologi jaringan yang sekarang sudah mendukung akses data yang berkecepatan sampai dengan 42 Mbps untuk downlink dan 5.76 Mbps untuk uplink dengan teknologi HSPA+ (Evolved High-Speed Packet Access) yang sekarang sudah ada secara komersial, kemudian handset sekarang mampu mengakses jaringan yang kapable dengan teknologi LTE (Long Term Evolution), teknologi layar (display) yang sudah banyak menggunakan LED (Light Emiting Diode) sehingga mempermudah pelanggan menjalakan layanan yang atraktif seperti VOD (Video On Demand) dan game, kapasitas processor dan memori yang besar dengan ukuran yang semakin kecil memungkinkan memindahkan fungsi komputer ke dalam handset, content seperti layanan VOIP (Voice Over Internet Protocol), booming-nya content social media (facebook, linkedin, dsb.), booming-nya layanan VOD (youtube, dsb.), layanan on line game, dsb.

    Semua hal yang disebutkan di atas, diterima dengan sangat antusias oleh pelanggan, sehingga daya serap handset dan penggunaan jaringan meningkat dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dengan pertumbuhan penjualan handset dari sampai 45,3% di kuartal ke-3 2012 bila dibandingkan tahun 2011 secara global (sumber: IDC Worldwide Mobile Phone Tracker, October 25, 2012), pertumbuhan traffic layanan data sebesar 91% antara 2011 dan 2012 (sumber: Ericsson 2012)

    Permasalahan :

    Revenue growth operator selular menurun dengan tajam. Sementara operator harus menyediakan jaringan yang capable untuk mendukung kebutuhan pelanggan akan besarnya volume dan kecepatan data yang dibutuhkan oleh suatu oleh content atau aplikasi.

    Hal tersebut terjadi karena perpindahan traffic SMS (Short Message Service) menjadi aplikasi text message lainnya yang menggunakan jaringan Packet Services operator selular seperti BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp, berkurangnya kebutuhan akan layanan komunikas suara karena digantikan oleh aplikasi text message tadi, dan juga termasuk adalah berkembangnya layanan VOIP. Sementara operator harus menyediakan kapasitas jaringan yang besar beserta teknologi yang mendukung untuk mendukung kebutuhan pelanggan akan akses data, yang artinya biaya pembangunan jaringan (Capital Expenditure) dan operasional jaringan (Operational Expenditure) meningkat.


    Tujuan :
    Melakukan analisa strategi penetapan harga layanan data bagi operator selular, dengan menghitung ulang biaya produksi pada layanan data, nilai kompensasi dari kehilangan revenue pada layanan suara dan SMS setelah digantikan oleh layanan data, dan kompetisi pasar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Jakson Harianto,

      Latar belakang yang disampaikan sangat menarik dan diikuti dengan gambaran permasalahannya. Kalau tidak salah, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja...

      Sebelum kita membahas tujuan penelitian, coba dipelajari kembali apakah latar belakang dan permasalahah sudah sejalan? Sebagai pedoman, coba temukan apa akar permasalahan yang sebenarnya sedang dihadapi.

      Delete
    2. Pak Jakson,
      Topik yang Pak Jakson angkat sangat menarik, dan ini memang masalah yang dihadapi hampir semua operator telko saat ini. Ada dua pertanyaan saya terhadap kasus yang bapak angkat:
      1. Apakah penurunan revenue operator akhir-akhir ini karena masalah pricing?
      2. Kalau pricing dibenahi, apakah revenue akan meningkat? Latar belakang atau asumsi apa yang Pak Jakson lihat atau gunakan sehingga masalah pricing berkontribusi terhadap penurunan revenue?

      Terima kasih.
      Salam
      Azwani

      Delete
    3. Salam Pak Fajar,
      Berikut saya kirimkan lagi revisinya, mohon koreksinya Pak.

      Latar Belakang :

      Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi, para pelanggan dapat merasakan berbagai jenis layanan komunikasi secara mudah dan murah. Perkembangan tersebut mencakup teknologi di sisi jaringan, handset, dan content yang tersedia. Misalnya saja teknologi jaringan yang sekarang sudah mendukung akses data yang berkecepatan sampai dengan 42 Mbps untuk downlink dan 5.76 Mbps untuk uplink dengan teknologi HSPA+ (Evolved High-Speed Packet Access) yang sekarang sudah ada secara komersial, kemudian handset sekarang mampu mengakses jaringan yang kapable dengan teknologi LTE (Long Term Evolution), teknologi layar (display) yang sudah banyak menggunakan LED (Light Emiting Diode) sehingga mempermudah pelanggan menjalakan layanan yang atraktif seperti VOD (Video On Demand) dan game, kapasitas processor dan memori yang besar dengan ukuran yang semakin kecil memungkinkan memindahkan fungsi komputer ke dalam handset, content seperti layanan VOIP (Voice Over Internet Protocol), booming-nya content social media (facebook, linkedin, dsb.), booming-nya layanan VOD (youtube, dsb.), layanan on line game, dsb.

      Semua hal yang disebutkan di atas, diterima dengan sangat antusias oleh pelanggan, sehingga daya serap handset dan penggunaan jaringan meningkat dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dengan pertumbuhan penjualan handset dari sampai 45,3% di kuartal ke-3 2012 bila dibandingkan tahun 2011 secara global (sumber: IDC Worldwide Mobile Phone Tracker, October 25, 2012), pertumbuhan traffic layanan data sebesar 91% antara 2011 dan 2012 (sumber: Ericsson 2012). Sementara itu, perang tarif antar operator selular seperti di Indonesia membuat pelanggan merasakan harga layanan komunikasi yang murah, sehingga membuat antusiasme yang sangat tinggi bagi pelanggan dalam menggunakan jaringan telekomunikasi.

      Permasalahan :

      Antusiasme penggunaan jaringan yang tinggi menyebabkan operator selular harus membenahi jaringannya yaitu dengan menambah kapasitas dan meng-upgrade teknologi jaringannya (HSPA+, IP Based Transport, dsb.) agar memenuhi kebutuhan pelanggan akan kapasitas yang besar dan kualitas jaringan yang baik. Hal tersebut mengakibatkan operator harus menyiapkan dana yang besar untuk pembangunan jaringannya (capital expenditure) dan tentu saja mengakibatkan kenaikan biaya operasional (operational expenditure). Di sisi lain, pelanggan mulai beralih dari layanan dasar yaitu suara dan SMS (Short Message Service) ke aplikasi yang berbasis layanan data, dimana layanan SMS dapat digantikan oleh layanan text message seperti Blackberry Messenger dan Whatsapp dan layanan suara digantikan oleh layanan VOIP (Voice Over IP).

      Sejak bertumbuhnya trafik layanan data secara fantastis, ternyata menimbulkan gejala penurunan pertumbuhan pendapatan bagi operator selular dari tahun ke tahun, dan hal ini dikhawatirkan menyebabkan jatuhnya sektor telekomunikasi secara global. Peralihan pelanggan ke layanan data ditenggarai menyebabkan penurunan penghasilan operator selular pada kedua layanan dasar tadi, padahal operator selular harus bisa bersaing dalam era perang tarif, dimana sebelumnya perang tarif layanan suara dan SMS, kemudian berlanjut ke perang tarif layanan data, ditambah lagi kenaikan biaya pembangunan dan operasional jaringan yang harus ditanggung operator sejak kenaikan trafik layanan data yang fantastis.



      Tujuan :
      Melakukan analisa strategi penetapan harga layanan data bagi operator selular, dengan menghitung ulang biaya produksi pada layanan data, nilai kompensasi dari kehilangan revenue pada layanan suara dan SMS setelah digantikan oleh layanan data, dan kompetisi pasar.

      Delete
    4. Salam Pak Az,
      1. Salah satu penyebabnya masalah pricing Pak, yang lainnya adalah masalah peralihan customer dari layanan suara dan SMS ke layanan data, termasuk juga kenaikan capex dan opex.
      2. Kalau pricing dibenahi, harapan secara tidak langsungya adalah kenaikan revenue. Sedangkan harapan secara langsungnya adalah operator punya nilai kompetitif.

      Delete
    5. Pak Jakson Harianto,

      Sebelum kita membahas dan mengembangkan ide tesis ini, saya sarankan agar mempelajari topik tentang market structure atau struktur pasar. Diharapkan dari situ diperoleh pengertian yang lebih baik tentang bagaimana bentuk persaingan pada masing-masing struktur pasar serta bagaimana menentukan struktur pasar sebuah industri dimana suatu perusahaan berada.

      Berikutnya adalah mempelajari sifat dari produk-produk yang ditawarkan apakah mereka bersifat subsitusi atau komplemen. Layanan data adalah layanan lain yang ditawarkan selain suara dan teks yang ada telah ada sebelumnya. Bagaimana menguji dan menentukan hubungan tersebut? Bagaimana ciri produk yang bersifat subsitusi dan komplemen?

      Mari kita lanjutkan diskusinya .....

      Delete
    6. Pak Jakson,
      apakah memungkinkan semua layanan (voice, sms, dan data) menggunakan satuan ukuran dan satuan biaya berdasarkan bit usage? bukankah semua transport dan core system saat ini sudah menggunakan IP? rasanya akan lebih jelas bagi operator untuk membuat strategi harga, dan lebih fair bagi user. Mengingat saat ini juga semakin banyak layanan OTT voice (VoIP)& Messenger yang applicable di smartphone.

      Delete
    7. Salam Pak Jackson,
      terkait dengan strategi layanan, apakah termasuk di dalamnya suatu opsi dimana seluruh operator berfokus pada layanan data yang kemudian layanan voice dan sms berubah menjadi VAS atau bahkan semacam strategi freemium?
      Kemudian, metode apa yang akan dipakai oleh pak Jackson, apakah cost-based, value-based atau ada metode lain?

      Delete
  20. Latar Belakang :

    Seiring dengan berkembangnya kebutuhan layanan data komunikasi di Indonesia, membuat operator telekomunikasi baik penyelenggara seluler/fwa/trunking/satelit harus memberikan layanan yang dapat memenuhi semua kebutuhan dari customernya terutama pengguna besar (big
    user) seperti perbankan, sektor migas, sektor pertahanan dan keamanan, sektor pertambangan dan sektor perkebunan. Hal ini juga biasanya disebut need to tecnological reform. Karakteristik propagasi yang berbeda-beda di tiap wilayah Indonesia membuat customer harus berfikir keras sistem komunikasi mana saja yang tepat, secure, andal dan tentunya murah untuk dapat digunakan dalam layanan komunikasi data.

    Secara paralel, penyelenggara telekomunikasi harus memikirkan peluang bisnis ini yaitu dengan menyediakan layanan data yang secure, andal dan murah dibandingkan yang biasanya digunakan oleh customer yaitu layanan VSAT dan microwave link. Sistem komunikasi data dengan menggunakan sistem troposcatter dapat menjadi solusi dan awal yang baik bagi kedua pihak yaitu bagi penyelenggara sebagai blue ocean strategy dengan meraup keuntungan dari peluang ini dan bagi customer sektor migas, pertambangan, hankam mendapatkan sistem komunikasi data yang tepat, secure, andal dan murah.

    Dengan teknologi new modern troposcatter yang dapat bekerja di frekuensi Ku-Band dan bukan lagi di C-Band yang menggunakan teknologi
    troposcatter tradisional, kebutuhan sektor migas yang membutuhkan network untuk dapat mendeliver mission critical application dari
    lokasi hulu sampai ke hilir, seperti menginformasikan data 2D/3D seismic, peta topografi, komunikasi data, e-mail, voice, video conference hingga CCTV dapat tercapai dengan optimal.

    Langkah awal dari pemerintah untuk mendukung hal ini nantinya yaitu, penggunaan perangkat new modern troposcatter yang dapat bekerja di
    frekuensi Ku-Band mendapatkan kesesuaian dengan tabel alokasi spektrum frekuensi nasional Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Bangsawan,

      Topik ini merupakan alternatif dari topik yang sebelumnya. Tidak apa-apa, nanti bisa ditentukan mana yang akan dipilih. Secara umum, topik ini menarik.

      Kalau boleh saya saran, coba lihat dari sisi pertumbuhan supply dan pertumbuhan demand terhadap kebutuhan pita frekwensi serta jenis layanan yang diperlukan berikut proyeksinya.

      ++

      Delete
    2. Bagaimana dengan ketersediaan datanya?

      Delete
    3. Dear Pak Fajar,

      Untuk data, rencananya akan mengambil dari SKK Migas (ex BPMigas) dan Ditjen SDPPI (ex-Postel). Baik pak, untuk pengamatan pertumbuhan demand dan supply terhadap kebutuhan band frekuensi (dalam hal ini teknologi) serta jenis layanan yg dibutuhkan dapat menjadi salah satu perhitungan untuk menganalisis peluang bisnis ini kepada operator telekomunikasi pak.

      Terima kasih atas sarannya pak.

      Salam,
      Bangsawan.

      Delete
    4. Dear Pak Bangsawan,
      1. Bisa tolong dishare sedikit mengenai teknologi new modern troposcatter seperti apa dan apa bedanya dengan teknologi troposcatter yang konvensional?
      2. Bagaimana dengan model bisnis new modern troposcatter ini?
      3. Dibandingkan dengan teknologi yang ada, seperti GSM/CDMA, ataupum SSB (mungkin ada new modern SSB :)), apa kelebihan dan kekurangannya dari teknlogi new modern troposcatter, baik dari kualitas maupun sisi bisnis (investasi, opex atau TCO)?

      Terima kasih
      Salam
      Azwani
      Terima kasih.

      Delete
    5. Pak Bangsawan,
      Saat ini banyak tersedia opsi teknologi yang dapat memberikan layanan data yang secure, andal namun murah (relatif). rasanya latar belakang ini perlu diperdalam lagi, dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari dari teknologi telko yang ada. Sebagai masukan: masalah telekomunikasi di Indonesia adalah kondisi geografis: pegunungan, lautan, hutan, rawa-rawa, dll. hal ini membatasi ketersediaan sumber energi listrik, keterbatasan akses untuk instalasi & pemeliharaan, dan keamanan (pencurian perangkat). Oleh karenanya VSAT menjadi salah satu solusi.
      Troposcater pernah digunakan Perumtel 91973) untuk jaringan antara surabaya dan banjarmasin (ralat diskusi kemarin ref: 15. Bab XV : Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi - Bappenas)
      Catatan tambahan mengenai band frekuensi yang digunakan, Ku-band akan mengalami rain attenuation yang tinggi dibanding C-band. Curah hujan di Indonesia tinggi (tropis) jika dibanding dengan negara atau benua lain. untuk referensi: http://alexandria.tue.nl/extra2/afstversl/E/435951.pdf

      Delete
    6. Assalamu'alaykum wrwb..

      Pak Bangsawan, sebenarnya ide ini cukup menarik karena apabila teknologi yang bukan tergolong baru ini bisa menjadi alternatif akan sistem yang secure, andal dan murah sebagaimana yang bapak sampaikan, tentunya merupakan suatu pilihan solusi yang layak dipertimbangkan bagi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah saat ini terutama terkait pemerataan ketersediaan telekomunikasi di seluruh wilayah tanah air.
      Namun sepertinya tidak sesederhana itu, karena masih banyak hal yang harus dipertimbangkan.
      Beberapa hal di antaranya adalah:
      Pertama, mengenai istilah 'secure', tentunya harus dikemukakan dahulu definisi bapak mengenai istilah ini dan harus ada benchmark implementasi bahwa teknologi ini memang tergolong 'secure'.
      Kedua, mengenai keandalan, sebagaimana yang disampaikan oleh pak Yovi sebelumnya, akan sangat bergantung kepada banyak hal terutama kondisi di lapangan. Terlebih pada pemaparan latar belakang disampaikan bahwa teknologi ini diharapkan akan menjadi solusi alternatif untuk wilayah Indonesia yang memiliki kondisi geografis sangat bervariasi yang mengakibatkan karakteristik propagasi di wilayah Indonesia juga berbeda-beda.
      Ketiga, mengenai teknologi murah, akan menjadi sangat relatif karena berkaitan dengan banyak hal. Apabila dari sisi operator maka akan menjadi belanja modal yang cukup besar untuk investasi teknologi dan infrastruktur, yang kemudian juga harus mempertimbangkan berbagai hal termasuk di antaranya adalah potensi pendapatan, beban operasional, biaya lisensi, biaya peralihan teknologi dan potensi pengguna layanan apabila layanan teknologi ini akan digelar. Apabila tidak sesuai dalam perhitungan maka teknologi ini dapat dianggap mahal dan merupakan pemborosan investasi.
      Dari sisi calon pengguna layanan juga tentunya akan banyak pertimbangan terkait hal yang relatif sama, terlebih apabila mayoritas calon pengguna layanan ini sudah menggunakan fasilitas layanan dengan teknologi yang sudah ada.
      Sementara dari sisi pemerintah tentunya pak Bangsawan lebih paham dari saya mengenai kompleksitas regulasi dan perijinan di Indonesia, sedangkan kalau tidak keliru, teknologi ini masih belum memiliki lisensi. [^_^]
      Demikian masukan dari saya, semoga bermanfaat.
      Wassalam.

      Delete
    7. @Pak Yovi,

      Terima kasih atas masukannya :
      1. Untuk latar belakang memang perlu sedikit di ubah, namun tujuan seminar sdh didapatkan yaitu melakukan evaluasi keefektifan antara troposcatter ini dibanding dgn teknologi lain (benchmarking theory), tentu saja pembandingan ini akan memasukkan banyak kategori termasuk faktor geografis itu
      2. Untuk rain attenuation, memang menjadi salah satu masalah utama untuk band Ku ini, sampai-sampai Indonesia dimasukkan dalam kategori Region P oleh ITU, dikarenakn curah hujan yg tinggi termasuk negara tetangga, vietnam, brunei, malaysia, singapur. Berdasarkan ITU Version 13 (ITU-R Rec 530), intensitas hujan 145 mm/jam ini dpt menyebabkan interruption link 0.01%, sebagai contoh dengan intensitas hujan tersebut menyebabkan rain attenuation nya 28 db pada frek 14 GHz wow preety high ya :( , namun sebenarnya ini bisa dikompensasi dengan RF equipment yg powerful pada sisi Tx (power EIRP, apakh itu gain atau power equipmentnya) yg penting EIRP nya besar, value ini dpt dihitung dgn link budget analysis (akan sy tempatkan jg pada analisa keefektifan sesuai point satu diatas). Dan tentu saja kita tidak perlu pesimistik dgn keadaan intensitas hujan yg tinggi ini, hujan juga tidak selamanya turun 24x7 selama setahun, dan 28 dB jg itu belum tentu konsisten, karena depend on dimana lokasi hujan tsb.

      Demikian sekilas analisa umum saya, dan terima kasih atas masukan pak Yovi.

      Salam,
      Bangsawan.

      Delete
  21. MODERNISASI PERANGKAT BTS
    Usia jaringan seluler di Indonesia tanpa terasa sudah mencapai sekitar 15 tahun. Tentu banyak perangkat yang sudah usang (obsolete) dan tidak ekonomis lagi dioperasikan. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: kapasitas transmitter, frekuensi, kebutuhan layanan data, dan pertimbangan lainnya seperti kepraktisan dalam operasional (konsumsi energi yang besar karena harus menggunakan AC).
    Operator juga sering dihadapi dengan dua pilihan, me-modernisasi (peremajaan dengan teknologi baru) atau ekspansi jaringan dengan menambah site BTS. Membuat keputusan untuk memilih modernisasi atau ekspansi, bukanlah hal yang mudah. Pilihan tersebut menyangkut investasi yang cukup besar. Kalau dilihat dalam waktu yang singkat, mungkin ekspansi jarigan atau penambahan BTS akan terlihat lebih baik, tetapi tidak selalu begitu. Ada kondisi-kondisi lainnya dan juga rentang waktu yang harus diperhatikan. Perlu dibuat analisa bisnis (business case) dalam jangka waktu tertentu untuk melihat kelayakan pilihan mana yang harus diambil.
    Masalah umum yang dihadapi oleh operator saat ini sebenarnya adalah trafik yang tumbuh dengan cepat, sementara coverage sudah dianggap cukup memadai. Solusi cepat sebenarnya adalah menambah TRX (transmitter) yang dikenal dengan istilah decongestion. Benarkah demikian?
    Jawabnya tidak selalu. Karena di BTS teknologi lama, rak BTS memiliki keterbatasan jumlah TRX yang dapat dipsang. Lalu timbul wacana untuk memodernisasi BTS sehingga memiliki kapasitas untuk dipasang TRX lebih besar. Apakah masalah selesai? Jawabnya belum tentu juga, karena penambahan TRX artinya penambahan frekuensi. Hal ini berdampak ke pemakaian ulang (reuse) frekuensi. Sebagaimana kita ketahui, setiap frekuensi yang dipakai di satu BTS, tidak boleh dipakai di BTS terdekatnya, agar terhindar dari adjacent channel interference.
    Pilihan modernisasi terlihat lebih baik karena teknologi lebih canggih, seperti SDR (software driver radio) dan juga teknologi broadban di frekuensi rendah, sekitar 900 MHx, atau lebih dikenal denga istilah U900. Selain itu akan mondernisasi menekan biaya operasi, dalam hal ini biaya energi karena tdak lagi membutuhkan sistem pendingin (AC) yang mengkonsumsi energi sangat besar. Keuntungan lainnya modernisasi adalah hemat lahan (footprint).
    Topik ini sangat menarik untuk dibahas karena ada unsur teknologi perangkat (hardware), perencanaan frekuensi, antisipasi demand (pertubuhan pelanggan) atau traffic dimensioning dan pertimbangan bisnis karena menyangkut investasi dan biaya operasi (total cost ownership).
    Untuk teman-teman yang memiliki pengalaman atau pandangannya, silahkan berbagi di forum ini. Semoga menjadi amal bagi kita 

    Terima kasih
    Salam
    Azwani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Azwani,

      Sekedar saran saja: hal ini tentu akan lebih baik jika memang sejalan dengan strategi bisnis perusahaan. Banyak faktor yang telah dipertimbangkan sebelum suatu strategi tersebut ditetapkan. Implementasi adalah hal lain dan rasanya ini akan memberi nilai tambah yang besar. Sejauh dapat mengakses data dan asumsi yang digunakan saya rasa ini bisa dilanjutkan.

      Persempit lingkup, jeli untuk mendefinisikan permasalahan dan tujuan penelitian bisa menjadi awal yang baik.

      Lanjutkan.

      Delete
  22. In Flight Connectivity
    Latar belakang :
    - Pertumbuhan jumlah penerbangan yang tinggi di Indonesia dan dunia pada saat ini dan di masa depan
    - Indonesia menempati peringkat 3 dalam pertumbuhan frekuensi penerbangan domestik di dunia setelah China dan India.
    - Perkembangan dunia telekomunikasi yang cepat dimana kebutuhan akan layanan data dan layanan voice semakin tinggi
    - Tersedianya teknologi in flight connectivity pada pesawat terbang, sehingga penumpang pesawat dapat mengakses layanan data dan voice dengan menggunakan handset/ smartphone pribadi mereka.
    - Teknologi in flight connectivity menggunakan akses satelit yang bekerja pada frekuensi Ku band atau pada frekuensi Ka band.
    - Saat ini sudah ada beberapa airline internasional yang menggunakan in flight connectivity pada pesawat mereka sebagai salah satu value added service (VAS) seperti halnya in flight entertaiment
    - Peluang bisnis baru bagi operator telekomunikasi dan industri penerbangan

    PERMASALAHAN :
    - Adanya UU No. 1/2009 tentang penerbangan di Indonesia, yang salah satu pointnya adanya larangan pemakaian perangkat telekomunikasi yang memancarkan frekuensi pada waktu penerbangan karena dapat mengganggu perangkat navigasi
    - Biaya pengadaan perangkat in fight connectivity yang masih cukup mahal
    - Pembagian revenue antara operator telekomunikasi dan airline penerbangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekedar saran : Mungkin pak Bobby bisa meneliti, dgn dukungan data kuantitatif penerbangan komersil dan data kuantitatif kemungkinan capex dan opex yg akan dikeluarkan operator/penyelenggara, dan dengan model pohon keputusan, bisa menyimpulkan hipotesa apakah ini layak dan menguntungkan bagi operator, tentu saja di analisa business case yg mungkin terjadi, demikian dan semoga bermanfaat.

      Salam,
      Bangsawan.

      Delete
    2. Sekedar saran:
      Ada baiknya sebelum lebih jauh, pak Bobby mempelajari bagaimana layanan telekomunikasi bisa diselenggarakan di dalam penerbangan. Banyak aspek yang terlibat disitu rasanya dan bukan hanya masalah teknis belaka. Lakukan pendataannya terlebih dahulu.

      Salam,

      Delete
  23. Idenya menarik Pak Az, bisa dilihat efisiensi yang didapatkan dengan modernisasi ini, seperti Opex yang membesar apabila tidak dilakukan modernisasi dan begitu juga QoS yang akan semakin degraded dengan pembiaran tersebut. Kadang suatu operator malah melakukan swap daripada modernisasi dengan alasan harga yang lebih murah, hal ini juga mungkin bisa dimasukan ke sebagai bahan pembanding Pak.

    ReplyDelete
  24. Salam Pak Bobby, ide mengenai 'in-flight connectivity' ini cukup menarik, dan kalau tidak keberatan, ada beberapa hal yang ingin ditanyakan:
    1. Apakah sudah ada perhitungan yang jelas, bahwa apabila diimplementasikan akan memberi potensi long term revenue yang signifikan bagi operator?
    2. Mengenai investasi, bagaimana skema yang ditawarkan?
    3. Apakah sharing revenue tersebut hanya antara operator telekomunikasi dan pihak airline saja atau ada stakeholder lain yang juga memiliki bagian dari 'kue' revenue ini?
    3. Terkait perijinan dari pihak pemerintah, Apakah ini merupakan domain Depkominfo, atau Dephub, atau keduanya atau mungkin ada stakeholder lainnya yang terlibat di dalamnya, semisal apabila diterapkan untuk penerbangan internasional? dan bagaimana solusi yang ditawarkan oleh pak Bobby terkait hal tersebut?
    Terimakasih..

    ReplyDelete
  25. dear manajementelekomunikasi

    teman saya sedang ingin membuat tugas akhir, mungkin bila ada dari teman-teman yang bisa membantu secara spesifik topik bahasan dalam ruang lingkup Networking

    terimakasih

    ReplyDelete
  26. selamat sore rekan- rekan,

    saya sedang mengerjakan tugas akhir mengenai bisnis call center. saya ingin memodelkan bisnis call center yang ada sekarang ini guna membantu persiapan perusahaan call center di Indonesia di pasar internasional. untuk melakukan pemodelan saya mengambil beberapa benchmark dari negara India, Filipina, dan Singapura. namun seiring mengerjakan, saya menilai metode benchmark tidak relevan untuk penelitian saya. apakah rekan- rekan ada dapat membantu memberikan metode untuk melakukan pemodelan tersebut??
    terima kasih

    ReplyDelete

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajementelekomunikasi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.

---

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger