Friday, February 22, 2013

02. VISI dan MISI Bisnis


Seri Konsep Manajemen Strategis
oleh: Fajardhani

(artilel sejenis ada disini)

Pernyataan visi dan misi disusun dengan upaya yang besar dan bukan tanpa tujuan. Tetapi semangat pada sebagian visi dan misi yang hebat tersebut ditengarai tidak bisa diwujudkan.

Pernyataan visi dan misi dapat ditemukan dalam laporan keuangan atau website badan-badan usaha atau lembaga pemerintahan. Bagian kedua ini berfokus pada konsep dan perangkat yang diperlukan untuk melakukan evaluasi dan penulisan visi dan misi. Pemahaman yang sama tentang visi dan misi merupakan hal penting bagi seluruh personil di dalam sebuah organisasi.

Pertanyataan visi berbeda dengan misi. Jika pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apakah bisnis kita?” maka pernyataan visi mencoba menjawab pertanyaan “Ingin menjadi seperti apakah kita?”.

Tidak jarang pernyataan visi dan misi dibentuk saat sebuah organisasi sedang menghadapi masalah. Namun, menurut Drucker waktu yang tepat adalah saat institusi sedang menikmati keberhasilan.

Pernyataan misi biasanya memiliki karakteristik tertentu berupa deklarasi sikap, orientasi konsumen, deklarasi kebijakan sosial dan kemungkinan bisa berkembang sesuai perkembangan.

Komponen-komponen pernyataan misi terdiri dari:
  1. Konsumen
  2. Produk atau jasa
  3. Pasar
  4. Teknologi
  5. Fokus pada kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas
  6. Filosofi
  7. Konsep diri
  8. Fokus pada citra publik
  9. Fokus pada karyawan
Dan, beberapa karakteristik pernyataan misi yang dipelajari:
  1. Luas dalam cakupan
  2. Panjang kalimatnya tidak lebih dari 250 kata
  3. Menginspirasi
  4. Mengidentifikasi kegunaan produk perusahaan
  5. Menunjukkan bahwa perusahaan bertanggungjawab secara sosial
  6. Menunjukkan bahwa perusahaan bertanggungjawab secara lingkungan
  7. Memasukkan sembilan komponen misi yang disebutkan sebelumnya
  8. Tak lekang oleh waktu.
Barangkali kita perlu memikirkan bagaimana kinerja dua atau lebih institusi yang harus melakukan kerjasama sementara visi dan misi mereka kurang sejalan satu dengan lainnya – khususnya kinerja jangka panjang.

Sumber:
David Fred R., Manajemen Strategis Konsep edisi12, Penerbit Salemba Empat, 2009.

Pengantar Analisis Laporan Keuangan

Seri Konsep Manajemen Strategis
oleh: Fajardhani

Pendahuluan
Laporan keuangan merupakan catatan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan organisasi masa lalu. Tanpa laporan keuangan, analisis keuangan dan evaluasi tidak mungkin dilakukan oleh manajemen, dewan komisaris, investor, dan masyarakat. Analisis keuangan dilakukan antara lain untuk menilai kelangsungan usaha berdasarkan profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas dari suatu usaha.

Disni kita menyebut ada tiga jenis laporan keuangan, yaitu: laporan neraca (balance sheet - B/S), laporan laba rugi (profit and loss - P/L), dan laporan arus kas (cash flow - C/F). Ketiga laporan tersebut tidak independen satu dengan lainnya seperti pada gambar berikut ini.


Gambar 1. Keterkaitan Antar Laporan
Dan ada tiga jenis analisis utama yang dibutuhkan dari laporan keuangan yang disajikan, yaitu:

  1. Rencana vs. Aktual: membandingkn pro forma financial statements dengan laporan keuangan akhir tahun. Pro forma financial statements didefinisikan sebagai laporan keuangan yang berfokus pada masa depan atau dipersiapkan sebelum transaksi tahun berjalan dimulai.
  2. Analisis tren: membandingkan laporan keuangan saat ini dengan laporan keuangan sebelumnya untuk melihat area mana dari bisnis yang telah berubah, seberapa besar perubahan yang terjadi, mengapa hal itu terjadi. Contoh: tren profit, biaya, persediaan, piutang, dan lain sebagainya. Analisis ini bisa disebut sebagai analisis horizontal.
  3. Perbandingan dengan standar: analisis ini tidak hanya membandingkan kinerja bisnis dengan bisnis sejenis dalam industri, tetapi juga terhadap standar yang ditetapkan oleh bankir, investor, komisaris, atau atasan langsung.. Perbandingan keuangan ini biasanya dibuat dalam bentuk "rasio".
Ada dua bidang amatan yang dipelajari disini, yaitu: kinerja operasi dan likuiditas perusahaan.

Kinerja Operasi
Kita dapat mengetahui profitabilitas perusahaan dengan melihat jumlah laba pada Laporan laba rugi dan mengaitkannya dengan aktiva yang digunakan pada Laporan neraca.

Informasi pada Laporan laba rugi berupa: EBIT (laba sebelum bunga dan pajak), EBT (laba sebelum pajak), dan EAT (laba setelah pajak). Informasi pada Laporan neraca berupa: TA (total aktiva), CE (modal yang digunakan), NW (kekayaan bersih).

Rasio-rasio antara nilai-nilai neraca dan laporan laba-rugi yang dipelajari adalah:
  1. pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA)
  2. pengembalian atas aktiva bersih (return on net assets – RONA)
  3. pengembalian atas modal yang digunakan (return on capital employed – ROCE)
  4. pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return of invested capital – ROIC)
  5. pengembalian atas investasi (return on investment – ROI)
  6. pengembalian atas total aktiva (return of total assets – ROTA)
  7. pengembalian atas ekuitas (return on equity – ROE)
Informasi ROTA memberikan suatu ukuran efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan ROE menilai pengembalian kepada ekuitas pemegang saham.

Metode perhitungan ROTA adalah EBIT/TA dimana penggeraknya adalah besarnya laba dan total aktiva. Kinerja dapat ditingkatkan dengan memperhatikan keduanya. Persentase margin 10% memberi informasi mengenai tentang struktur EBIT bahwa presentase biaya adalah sebesar 90%. Marjin dapat ditingkatkan hanya jika presentase ini dapat dikurangi. Pengurangan biaya dapat dianalisis melalui informasi komponen-komponennya yang ada pada Laporan laba rugi. Selanjutnya adalah dengan mengendalikan TA dimana blok pembentuk aktiva adalah aktiva tetap, persediaan, dan piutang usaha (debitor).

Penurunan presentase biaya dan penurunan total aktiva akan meningkatkan return of total assets (ROTA) secara drastis dan sebaliknya.

Likuiditas perusahaan
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Ketika kas habis, manajemen akan kesulitan untuk membuat keputusan independen. Bahkan masa depan usaha ada di tangan pihak ketiga seperti pemasok atau kreditor yang belum dibayar. Masa depan tersebut dapat berupa kebangkrutan, pengambilalihan secara paksa, dan lain sebagainya. Intinya, manajemen dapat kehilangan otoritas dan pemilik kehilangan seluruh investasinya.

Ukuran-ukuran likuiditas terdiri dari ukuran likuiditas jangka pendek (short term liquidity measures) yang terdiri dari rasio lancar (current ration), rasio cepat (quick ratio), rasio modal kerja terhadap penjualan (working capital to sales ratio), dan Hari perputaran modal kerja (working capital days).

Rasio lancar adalah perbandingan antara total aktiva lancar dan kewajiban lancar. Perhitungan rasio cepat mirip dengan rasio lancar dengan mengurangi nilai persediaan dari aktiva lancar. Informasi untuk perhitungan diambil dari Laporan neraca.

Laporan Neraca (B/S)
Laporan neraca memberikn potret atau gambaran tentang aktiva pada suatu waktu misalnya jam 24:00 pada tanggal 31 Desember 2012. Potret ini akan diulangi pada internal yang tetap misalnya pada jam, tanggal, dan bulan yang sama tahun berikutnya (lihat Gambar 1).

Gambar 2. Struktur Laporan Neraca (BS)

Istilah-istilah umum pada laporan neraca yaitu:
  1. total aktiva atau TA = FA + CA atau TA = OF + LTL + CL
  2. modal yang digunakan atau CE = FA + CA – CL atau CE = OF + LTL
  3. kekayaan bersih atau NW = FA + CA – CL – LTL
  4. modal kerja atau WC = CA – CL
Laporan Laba Rugi (P/L)
Laporan laba rugi mengkuntifikasi dan menjelaskan keuntungan atau kerugian selma periode waktu yang dibatasi oleh dua laporan neraca.

Gambar 3. Struktur Sederhana Laporan Laba Ruga (P/L)

Laporan Arus Kas (C/F)
Laporan arus kas tergantung pada dua neraca serta laporan laba rugi.


Sumber:
Walsh Ciaran, Key Management Ratios 3 ed, Penerbit Erlangga, 2003

Friday, February 15, 2013

01. HAKIKAT Manajemen Strategis


Seri Konsep Manajemen Strategis
oleh: Fajardhani

(artilel sejenis ada disini)

Gagasan yang diajukan studi tentang manajemen strategis adalah mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif.

Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda untuk hari esok, dimana dalam hal ini ada perbedaan dengan perencanaan jangka panjang yang berusaha untuk mengoptimalkan berbagai tren yang ada saat ini untuk masa depan.

Mengapa suatu perusahaan perlu memiliki sebuah rencana strategis yang baik? Itu karena saat ini hanya tersedia sedikit ruang untuk berbuat kesalahan. Rencana strategis dihasilkan dari pilihan yang sulit atas banyak alternatif yang baik.

Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perumusan, tahap penerapan atau implementasi, dan tahap evaluasi. Termasuk dalam perumusan strategi adalah identifikasi peluang dan ancaman dari eksternal dan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal selain pengembangan visi dan misi dan lain sebagainya.
                                  
Strategi menentukan keberadaan keunggulan kompetitif jangka panjang yang dimiliki.

Tahap penerapan merupakan yang paling sulit. Pada tahap ini perubahan budaya, struktur organisasi, anggaran, SDM, sistem informasi perlu dilakukan. Persoalannya adalah kita menyadari bahwa perubahan adalh hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Disini diperlukan kemampuan interpersonal yang sangat baik karena membutuhkan komitmen yang besar, disiplin dan pengorbanan personal.

Tidak heran jika banyak perencanaan yang disusun secara luar bisa tidak dijalankan.

Tahap penilaian adalah cara utama yang digunakan untuk mendapatkan informasi apakah strategi tertentu berjalan baik atau tidak. Saatnya untuk menguji kembali faktor-faktor eksternal dan internal yang dijadikan landasan dalam perencanaan, pengukuran kinerja, serta melakukan langkah koreksi.

Semua strategi harus terbuka untuk dimodifikasi di kemudian hari karena berbagai faktor di eksternal dan internal senantiasa berubah.

Perencanaan strategis merupakan istilah lain untuk manajemen strategis yang merumuskan, menerapkan, dan menilai keputusan-keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mencapi tujuannya. Namun demikian, aktivitas perumusan, penerapan, dan penilaian strategi terjadi pada tingkat korporat, divisional / unit bisnis strategis, dan fungsional.

Beberapa organisasi beruntung dapat berkembang dan bertahan karena memiliki orang-orang yang dengan intuisi yang luar biasa. Namun tidak semua organisasi seberuntung itu atau bisa dikatakan itu ada batasnya. Dalam batas tertentu dapat dikatakan proses manajemen strategis merupakan bentuk upaya untuk menduplikasikan yang dimiliki mereka yang luar biasa ke dalam bentuk formal untuk bertahan dan berkembang.

Untuk itu semua organisasi harus mampu mengidentifikasi dan melakukan penyesuaian diri dengan perubahan pada waktu diperlukan. Proses manajemen strategis bertujuan membantu organisasi beradaptasi terhadap berbagai perubahan untuk jangka panjang dengan prinsip going concern dengan memahami berbagai faktor. Diantara faktor-faktor tersebut adalah pemahaman tentang pesaing, pasar, harga, vendor, distributor, pemerintah, kreditor, shareholder, dan konsumen.

Pada intinya manajemen strategis adalah mengenai upaya memperoleh keunggulan kompetitif dan mempertahankannya. Keunggulan kompetitif adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan lebih baik dibandingkan pesaing. Namun demikian keunggulan kompetitif ini pada umumnya sulit dipertahankan dalam waktu yang lama. Untuk itu organisasi perlu berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan jalan tertentu.

Para penyusun strategi membantu organisasi dengan mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengorganisasikannya. Mereka melacak berbagai kecenderungan industri dan kompetitif, mengembangkan model untuk peramalan (forcasting), melakukan evaluasi kinerja, mencari peluang-peluang pasar, mengidentifikasi ancaman terhadap bisnis, dan mengembangkan rancangan aksi (action plan) yang kreatif.

Namun demikian, manajemen strategis bukanlah jaminan keberhasilan suatu organisasi secara berkelanjutan.

Sumber:
David Fred R., Konsep Manajemen Strategis, Penerbit Salemba Empat, 2009

Pengenalan ETIKA BISNIS

Seri Konsep Manajemen Strategis
oleh: Fajardhani

(artilel sejenis ada disini)

Etika bisnis dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman dalam pengmbilan keputusan dan perilaku. Para penyusun strategi adalah individu yang paling bertanggungjawab untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip etika yang baik telah dipertimbangkan dan dipraktekkan di dalam organisasi yang dipimpinnya [1].

Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk yang selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia termasuk kegiatan ekonomi [2]. Sementara motif bisnis adalah memperoleh keuntungan untuk memaksimalkan value dari pemilik modal.

Hingga disini timbullah mitos yang menyebutkan bahwa bisnis dan etika tidak berjalan seiring dan sejalan. Tetapi, benarkah pendapat ini?

Etika itu mengikat tetapi memang tidak memaksa.Apakah dengan mempelajari etika bisnis membuat sesorang berperilaku etis? Jawabannya: tidak juga.

Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari hasil studi etika bisnis? Pertama, menanamkan atau meningkatkan kesadaran (awareness) akan pentingnya etika bisnis. Kedua, mempersiapkan argumentasi moral yang tepat khususnya di bidang ekonomi dn bisnis. Ketiga, membantu pebisnis profesional untuk menentukan sikap moral tepat. Selain itu studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan mempunyai dampak terhadap perilaku seseorang [2].

Ada tiga asumsi pokok yang digunakan dalam pembahasan ini. Pertama, bisnis yang dimaksudkan disini adalah bisnis yang berhasil dan berkelanjutan (sustainable) dan bukan yang mengejar keuntungan sesaat. Kedua, bisnis berlangsung dalam pasar bebas, bukan monopolistik. Ketiga, keuntungan menjadi tujuan bisnis tanpa kontradiksi dengan etika [3].
Lalu bagaimana kita menilai suatu perilaku etis. Apakah dinilai dari sisi tindakan atau perilakunya atau dari hasil atau tujuan yang dicapai? Untuk konkritnya, apakah berbohong itu suatu tindakan yang dapat dibenarkan atau tidak? Dan bagaimana jika berbohong itu dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan orang banyak?
Ada 2 teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan situasi tersebut. Pertama, etika deontologi yang berarti kewajiban dimana menurut teori ini suatu tindakan tidak dinilai dari tujuan atau akibat perbuatan tersebut melainkan dari perbuatan itu sendiri. Berbohong itu tindakan yang tidak terpuji. Kedua, etika teleologi yang menilai tindakan berdasarkan tujuan atau akibat yang ditimbulkannya. Jika tujuannya baik atau akibat yang ditimbulkannya baik maka tindakan itu dinilai etis.
Etika teleologi lebih situasioal karena tujuan dan akibat dari suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi tertentu [3].
Persoalan yang kemudian mengemuka adalah baik untuk siapa? Untuk menjawab hal tersebut, etika teleologi memiliki dua aliran yaitu egoisme etis dan utilitarianisme [3].
Persoalan dengan etika teleologi muncul saat menilai tujuan atau akibat baik dari suatu tindakan. Baik untuk siapa? Untuk pribadi, pengambil keputusan, pelaksana keputusan, atau semua orang? Bagaimana jika, dalam kasus terntu, keputusan itu menimbulkan kerugian pada sedikit orang (kaum minoritas) tetapi memberi manfaat bagi banyak orang (kaum mayoritas)?
Egoisme [3]
Pandangan egoism adalah bahwa suatu tindakan bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi (antara lain adalah hak-hak hidup, keamanan) dan kemajuan dirinya sendiri (atau kelompoknya juga).
Sejauh itu, hal tersebut masih dibenarkan secara moral. Persoalan serius timbul ketika dengannya seseorang menjadi hedonis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
Utilitarianisme [3]
Kriteria yang diterapkan adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat yang merugikan yang sekecil mungkin bagi sesedikit orang.
Pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832) dengan persoalan utamanya adalah bagaimana menilai baik buruknya sebuah kebijakan publik, yaitu kebijakan yang memiliki dampak kepada banyak orang secara moral. Apa yang layak digunakan sebagai kriteria dan dasar objektif.
Menurut Bentham dasar yang paling objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijaksanaan atau tindakan tertentu membawa manfaat atau hasil yang berguna, atau sebaliknya, kerugian bagi orang-orang yang terkait.
Dengan ini pengikut aliran utilitarianisme tidak mengikatkan penilaian berdasarkan norma moral tertentu melainkan pada akibat, konsekuensi, atau tujuan yang ingin dicapai oleh kebijaksanaan atau tindakan tertentu itu.[Sony]
Hal Positif Etika Utilitarianisme
  • Nilai positif pertama adalah rasionalitas.
    Bahwa itu bukan karena ajaran tertentu melainkan karena ada kriteria yang dapat diterima dan dibenarkan oleh siapa saja.
  • Nilai postif kedua adalah menghargai kebebasan setiap pelaku moral sesuai kriteria objektif.
  • Nilai positf ketiga adalah bersifat universal .
Kelemahan Etika Utilitarianisme
  • Kelemahan pertama adalah tentang konsep manfaat dan bagaimana mengukurnya. Apakah ketenangan hidup atau kemajuan ekonomi yang disebut manfaat? Lalu siapa yang memutuskan manfaat kemudian apa yang merasakan orang lain itu sama?
  • Kelemahan kedua adalah tentang konsep yang menilai akibat suatu tindakan tetapi bukan tindakan itu sendiri. Sangat mungkin terjadi bahwa suatu tindakan itu pada dasarnya tidak baik tetapi mendatangkan keuntungan (the objectives justify the means).
  • Kelemahan ketiga adalah tidak menilai kemauan atau motivasi baik yang dilakukan seseorang. Tidak semua perbuatan baik mendatangkan kebaikan dan jika hal itu terjadi maka perbuatan tersebut dinilai tidak etis.
  • Kelemahan keempat adalah pada penentuan variabel yang digunakan untuk pengukuran.
  • Kelemahan kelima adalah kesulitan seandainya kriteria utilitarianisme itu saling bertentangan. Misalnya manfaat keputusan A adalah 40 tetapi dinikmati oleh 60 orang sedangkan manfaat keputusan B adalah 70 dan dinikmati oleh 50 orang.
  • Kelemahan keenam adalah pembenaran hak kelompok minoritas dikorbankan demi kepentingan orang banyak.
Beberapa prinsip umum etika bisnis adalah sebagai berikut. Pertama, prinsip otonomi yang berarti sikap atau kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang hal yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Kedua, prinsip kejujuran. Ketiga, prinsip keadilan. Keempat, prinsip saling menguntungkan. Kelima, prinsip integritas moral [3].

Selain pengetahuan tentang etika bisnis, ada tiga norma umum yang perlu diketahui. Pertama, norma sopan santun atau juga disebut sebagai norma etiket yang menyangkut sikap dan perilaku sehari-hari seperti etiket berbicara dengan orang yang lebih tua. Kedua, norma hukum yang keberlakuannya dituntut secara tegas untuk dilaksanakan demi keselamatan dan kesejahteraan bersama. Ketiga, norma moral yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma ini menyangkut aturan baik buruknya, adil tidaknya, wajar tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia [3]

Manusia adalah makhluk yang rasional. Jika ia mengerti suatu hal dengan sungguh-sungguh maka ia akan menyesuaikan perilakunya dengan pengertian itu [2].

Isu seputar etika bisnis yang mengemuka diantaranya adalah:
  1. Bribery (penyuapan)
  2. Coercion (pemaksaan)
  3. Deception (penipuan)
  4. Theft (pencurian)
  5. Unfair Discrimination (perlakuan tidak fair atau diskriminasi)
Barangkali, suatu saat etika bisnis akan menjadi battle field yang populer bagi bisnis di masa depan.

Sumber:
  1. David Fred R., Konsep Manajemen Strategis, Penerbit Salemba Empat, 2009
  2. Bertens K., Pengantar Etika Bisnis, Penerbit Kanisius, 2000
  3. Keraf A. Sonny, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Penerbit Kanisius, 1998

Monday, February 11, 2013

QoS di NegerI JIRAN


oleh: Erfin Budi Sulistyanto (Mantel 2011)

Negeri Jiran ini menerapkan strategi berbeda dalam penerapan QoS. Tanpa ancaman denda sehingga jauh dari kesan ingin menambah pendapatan. Rating yang dikeluarkan oleh lembaga independen ini bisa lebih tajam dari ujung pisau. Mereka bisa kenapa kita tidak?

MCMC (Malaysian Communications and Multimedia Commission) atau SKMM (Suruhanjaya Komunikasi dan Multimedia Malaysia) merupakan lembaga independen di luar pemerintah Malaysia. Keberadaannya mendapatkan dukungan dari lembaga independen lain yang setara. MCMC telah berfungsi sebagai regulator yang lengkap, baik untuk terkait aspek informasi/komputasi, Telekomunikasi, Penyiaran/Broadcast, dan juga Komputasi (ICT).

MCMC juga melakukan drive test verification tiap setengah tahun sekali, dimana akan terlihat operator mana yang memiliki performansi paling tinggi dan paling buruk. QoS assessment mengenai dropped call rate sebuah operator pada periode tertentu dapat dilihat pada situs ini berikut sebuah laporan lengkapnya.

Dari laporan tersebut memang terlihat adanya perbedaan kinerja diantara operator yang ada. Berdasarkan informasi ini pelanggan telekomunikasi Malaysia dapat terhindar dari rasa kecewa akibat kemungkinan salah pilih.
Dropped Call Rate Report Negeri Jiran Malaysia

Lalu apa manfaatnya bagi para operator? Hal ini juga tentu memberikan dampak positif untuk saling memperbaiki kemampuan internal dalam menghadapi kompetisi antar operator dengan mengedepankan kualitas layanan telekomunikasi. Jika sebuah operator mengetahui bahwa perusahaannya berada di tingkat terbawah tentu akan ada usaha untuk meningkatkan peringkat di periode berikutnya supaya tetap bisa eksis di peta persaingan.

Kita harusnya bisa segera memulainya. Tanpa membebani anggaran, tanpa denda, pada skala yang luas, untuk layanan telekomunikasi dan broadband. Kenapa tidak?

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger