Monday, August 27, 2012

Evolusi core network dalam sistem telekomunikasi selular.


Telekomunikasi selular telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dewasa ini. Salah satu bagian penting dari sistem telekomunikasi selular adalah core network. Core network semakin disadari pentingnya berkat hal berikut:

  1. Pertumbuhan penggunaan smartphone, yang mengakibatkan pertumbuhan trafik baik voice maupun data;
  2. Peningkatan penggunaan fixed broadband maupun mobile broadband, yang membawa kepada arsitektur all-IP networks;
  3. Semakin beragamnya layanan telekomunikasi saat ini dan ke depan yang memerlukan Quality of Service (QoS) yang berbeda-beda; dan
  4. Trend ke depan menuju konvergensi dan LTE memerlukan platform yang mendukung, platform yang dimaksud adalah di sisi core.

Bagaimana core network berevolusi?

Sebagaimana sistem telekomunikasi seluler yang berevolusi dari waktu ke waktu, core network pun mengalami evolusi. Evolusi tersebut bertujuan untuk adaptasi terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Evolusi besar pertama yang terjadi di sisi core network adalah pergeseran arsitektur core network dari 3gpp release 99 menuju 3gpp release 4.




Perubahan ini ditandai dengan pemisahan trafik userplane (suara) dan control plane (signaling), dimana pada 3gpp release 4, userplane ditangani oleh Multimedia gateways (MGW) dan control plane ditangani oleh Mobile Switching Centre Server (MSS).




Adaptasi berikutnya adalah pengenalan IP Multimedia Subsystem (IMS) untuk mendukung proses konvergensi antara circuit core dan packet core (internet). IMS ini menandai proses evolusi  berikutnya yang dikenal dengan nama 3pp release 5.




Masa depan core network

Lantas bagaimana masa depan core network? Berikut ada beberapa kriteria yang penting bagi perkembangan core network di masa depan:

*      Memenuhi roadmap menuju LTE network

*      Ukuran yang lebih kecil (hemat space)

*      hemat power (efisiensi power yang tinggi)

*      Harga murah (low cost) dan pengembangan yang cepat (fast deployment)

*      Peluncuran produk ke pasar yang lebih cepat (Faster time to market)

*      Availability tinggi (99.999%) dan redundancy.

*      Kapasitas dan performansi yang lebih besar à solusi untuk kenaikan jumlah pelanggan yang bertambah pesat.

*      Modular designà terdiri dari beberapa modul yang bisa dibongkar pasang tanpa downtime.

*      Open hardware architecture à arsitektur hardware yang terbuka, yakni terbuka terhadap teknologi dari vendor lain, maupun terbuka terhadap elemen jaringan yang lain.

*      Interoperability antar beberapa komponen dari beberapa vendor àmenggunakan konsep COTS (Commercial Off The Shelf), yakni produk SW atau HW yang sudah jadi dan tersedia untuk dijual ke public dan didesain untuk bisa diimplementasikan dengan mudah kepada system yang ada tanpa membutuhkan penyesuaian (SW or HW products that are ready-made and available for sale to the general public and  are designed to be implemented easily into existing systems without the need for customization).

*      Memenuhi persyaratan regulatory (ETSI).
Seperti apakah core network di masa datang? Sebagai gambaran berikut ada ilustrasi evolusi core network dari salah satu vendor telekomunikasi global.


Bagaimana implementasinya? Mari kita nantikan dan amati bersama perkembangan core network pada telekomunikasi di Indonesia.

 

Penulis :
Raden Kurnia Supriadi
kurnia.supriadi@gmail.com

Tuesday, August 14, 2012

Antara Nokia dan Research In Motion

Siapa yang tidak mengenal merk telepon genggam yang satu ini, Nokia. Merk telepon genggam asal Finlandia ini sempat menjadi gadget jutaan manusia. Popularitas nya merebak dengan cepat, dengan berbagai model terbaru yang selalu hadir dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, mulai dari handphone dengan teknologi CDMA, GSM hingga smartphone merk Nokia sempat menjadi primadona. Popularitas nya sempat membuatnya memiliki istilah "handphone sejuta umat".

Tak banyak berbeda dengan Nokia, smartphone dengan feature exclusive 'blackberry massenger' dari produsen smartphone asal Kanada yang memberi nama produknya Blackberry juga memiliki popularitas yang sempat meroket dalam waktu singkat.

Apa yang terjadi dengan kedua (mantan) raksasa penguasa gadget tersebut saat ini ?

NOKIA


Gambar 1. Pergerakan Saham Nokia

Mari belajar dari Nokia. Pergerakan harga sahamnya berlawanan dengan pasar dan kita tahu apa yang sedang terjadi pada perusahaan telekomunikasi besar dari Finlandia ini.

Gambar 1 menunjukkan pergerakan nilai saham Nokia dibandingkan dengan Nasdaq, S&P500, dan Dow Jones. Harga saham Nokia bergerak dalam arah yang berbeda dan hal ini telah menimbulkan situasi yang sulit bagi perusahaan dan pihak-pihak terkait lainnya.

 Coba kita perhatikan sejumlah peristiwa berikut ini. Selama bulan Juli 2012 Nokia telah menutup pabrik  miliknya di negerinya sendiri. No more “Made in Finland”. Kemudian Nokia menutup sejumlah kantor di luar negeri seperti Brisbane , Teheran, dan Cina. Selain itu, Nokia juga mencatat kerugian yang besar pada Q2/2012  ini dibandingkan periode yang sama tahun 2011.



Berita ini menimbulkan sejumlah pertanyaan. Faktor-faktor apa yang menyebabkan Nokia mengalami situasi sulit seperti ini?

RESEARCH IN MOTION
Gambar 2. Pergerakan Saham RIM

Produsen smartphone Blackberry ini sepertinya juga sedang mengalami masalah dengan kinerja. Gambar di sebelah ini berikut informasi seputar perusahaan ini di berbagai sumber memberi gambaran kepada. bisa tentang apa yang sedang terjadi.
RIMM memiliki total aset yang lebih rendah dibandingkan NOKIA.
 Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apakah industri ini sedang di persimpangan jalan?  Bagaimana kondisi industri telekomunikasi dalam negeri saat ini? ( lihat Halo-Halo Bandung )

Monday, August 6, 2012

LTE, Dimanakah Alokasinya ?


Perkembangan LTE di Indonesia saat ini masih dalam tahap uji coba. Operator telekomunikasi di Indonesia mulai giat untuk mempersiapkan jaringan untuk mengakomodir teknologi 3.9G ini. Operator telekomunikasi di Indonesia lebih memilih menggunakan LTE dalam mempersiapkan jaringan mereka untuk menuju era 4G di masa mendatang. 3 operator besar di Indonesia telah melakukan ujicoba LTE. XL Axiata telah melakukan uji coba LTE pada bulan Desember 2010 lalu dan hingga saat ini XL Axiata masih meneruskan mengkaji dan melakukan uji coba. Selain XL Axiata, Telkomsel dan Indosat juga telah mempersiapkan percobaan awal untuk LTE ini. Saat ini para operator telah siap untuk implementasi LTE tetapi masih menunggu adanya regulasi dari pemerintah tentang penyelenggaran LTE di Indonesia. Saat ini, pemerintah belum memutuskan pita frekuensi yang akan digunakan untuk LTE sehingga para operator belum dapat memberikan layanan LTE ini ke pelanggan. Terkait dengan pengembangan teknologi LTE, pada bulan Mei tahun 2010 lalu pemerintah melalui Dirjen Pos dan Telekomunikasi Departemen Komunikasi dan Informasi telah menerbitkan White PaperStudy Group Alokasi Pita Frekuensi Radio Untuk Komunikasi Radio Teknologi 4G” yang merupakan konsep regulasi/kebijakan pemerintah dalam penataan spektrum frekuensi radio layanan akses pita lebar berbasis 4G. Konsep ini disusun berdasarkan sejumlah masukan pada konsultasi publik Penataan Frekuensi 4G yang diadakan pada awal tahun 2010, maupun sejumlah masukan dari berbagai pihak, serta referensi-referensi pada beberapa forum internasional seperti APT (Asia Pacific Telecommunity) Wireless Forum, ITU study group, dan sebagainya.
Pada gambar dibawah ini menunjukkan beberapa alokasi frekuensi yang akan digunakan untuk implementasi LTE. Tetapi kondisi saat ini alokasi beberapa alokasi frekuensi tersebut telah digunakan untuk teknologi-teknologi yang lain.






Dengan kondisi alokasi frekuensi di Indonesia saat ini membutuhkan pertimbangan yang matang dalam implementasi LTE di suatu alokasi frekuensi tertentu. Pada frekuensi 700 MHz terdapat alokasi frekuensi untuk analog TV sehingga implementasi LTE akan tergantung dari perkembangan pelaksanaan digital devidend di Indonesia. Padahal roadmap dari digital devidend baru akan selesai pada tahun 2018 sehingga penggunaan teknologi mobile broadband pada alokasi frekuensi ini baru dapat dilaksanakan setelah tahun 2018. Pada frekuensi 850 MHz dialokasikan untuk FWA (Fixed Wireless Access) yang dahulu telah dipindah dari pita frekuensi 1900 MHz dan hampir tidak mungkin untuk dipindah kembali. Pada pita frekuensi 2600 MHz terdapat alokasi frekuensi untuk BSS (Broadcasting Satelit Service) yang telah mempunyai lebih dari 700 ribu pelanggan dan agak sulit untuk dipindahkan. Pada pita frekuensi 900 dan 1800 terdapat alokasi frekuensi untuk GSM. Dimana pembagian lebar pita yang tersedia untuk operator pada kedua alokasi frekuensi ini tidak sama satu sama lain dan memiliki lebar pita yang sempit. Terutama pada pita frekuensi 900 MHz yang hanya memiliki lebar pita 25 MHz. Sedangkan untuk pita frekuensi 2100 MHz, para operator memiliki lebar pita frekuensi yang sama yaitu sebesar 10 MHz dan masih terdapat 2 blok frekuensi yang masih kosong. Tetapi dalam implementasi LTE di pita frekuensi 2100 MHz harus mempertimbangkan posisi dari blok frekuensi yang telah ditempati oleh masing-masing operator agar dapat berdampingan dan lebar pita yang dapat disediakan untuk implementasi LTE sehingga implementasi LTE dapat optimal untuk layanan broadband dengan kecepatan tinggi. Selain itu terdapat blok frekuensi 2300 yang saat ini digunakan untuk teknologi WiMAX. Penggunaan blok frekuensi ini untuk teknologi LTE juga memungkinkan tetapi harus mempertimbangkan bagaimana perkembangan dari teknologi WiMAX.

Penulis :
Satrio Hendartono
g3rry_satrio@yahoo.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger