Monday, May 16, 2011

Ketika Kabel Tembaga Mengejar Teknologi Radio


Ketika Kabel Tembaga Mengejar Teknologi Radio

Kita sadari bersama bahwa saat ini teknologi telepon radio seluler (wireless) berkembang dengan cepat dan bahkan lebih cepat jika dibanding dengan teknologi telepon kabel konvensional (tembaga). Dua dasawarsa lalu rasanya kita baru saja mengenal teknologi seluler GSM di Indonesia, lalu berkembang dengan tambahan akses GPRS untuk layanan internet WAP. Layanan GSM/GPRS ini dikenal pula dengan 2G atau GSM generasi ke-2. Tak lama Telkomsel, operator GSM terbesar nasional mulai memperkenalkan teknologi generasi ke-3 (3G) yaitu UMTS/WCDMA, dengan kemampuannya untuk layanan Video Call dan Video Streaming. Walaupun 3G sempat tak diminati, perlahan namun pasti teknologi GSM terus berkembang hingga saat ini mengaplikasikan teknologi HSDPA atau sering di sebut pula dengan nama generasi ke 3.5 (3.5G). Saat ini pun kita sudah mulai sering mendengar teknologi terbaru generasi ke-4 (4G) GSM yaitu Long Term Evolution (LTE)[1].
Bersamaan dengan GSM, teknologi seluler AMPS pun bermigrasi pertama kali  ke teknologi CDMA IS-95, kemudian berkembang ke CDMA-2000, selanjutnya menambah kapasitas bandwidthnya dengan teknologi EV-DO[1].   
Komunikasi data Local Area Network pun mengalami revolusi, berawal dari penggunaan modem data pada radio komunikasi amatir, infrared, bluetoth, kemudian berkembang ke teknologi WiFi a/b/g/n dan hingga yang terakhir mulai dikembangkan secara nasional yaitu Wimax “d” (walaupun teknologi terkini telah mencapai Wimax “e” dan “m”) [1].
Semua perkembangan tersebut telah menunjukan perkembangan teknologi komunikasi radio seluler dari layanan dasar suara (kecepatan antara 7.2-9.8kbps) hingga ke layanan broadband (kecepatan hingga 2.6Mbps).

Lalu bagaimana nasib dari jaringan kabel tembaga Telkom?
Telkom yang berawal dari Dinas Tilgrap di jaman Hindia belanda (1857), dahulu adalah penguasa jaringan telekomunikasi nasional. Berdasarkan UU Telekomunikasi No. 5 tahun 1964, PN.POSTEL diberi kewenangan menyediakan pelayanan pos & telekom, nasional dan internasional. Hingga kini,  berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom Indonesia Tbk tahun 2010 pendapatan dari jaringan kabel adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ikhtisar pendapatan usaha Telkom hingga tahun 2010

Dari table diatas terlihat, bahwa jumlah pendapatan telepon tetap (termasuk FWA/Flexi) sejak 2008 terus mengalami penurunan, bahkan untuk tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1346 Miliar Rupiah atau sekitar 9.42%. Sementara layanan data, internet dan jasa informatika hanya mengalami peningkatan sebesar 1289 Miliar rupiah (6.96%) pada tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 2. Ikhtisar operasi telepon tetap dam internet Telkom hingga 2010

Dari table 2 diatas terlihat bahwa jumlah pelanggan telepon kabel tetap terus menurun sejak tahun 2008, dimana pada tahun 2010 jumlah pelanggan menurun sebanyak 74 ribu (0.88%) setelah sebelumnya pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah terbesar sebanyak 2.93% atau 253 ribu pelanggan. Salah satu produk alternatif layanan internet, yaitu Telkomnet instan pun terus mengalami penurunan. Kecepatan akses yang minim kurang dari 56kbps, tidak dapat memenuhi kebutuhan akan Bandwidth yang makin besar turut meredupkan layanan ini. Sebaliknya dapat terlihat bahwa layanan internet broadband, yaitu Speedy terus meningkat hingga 1.65 juta pada tahun 2010, atau terus meningkat sebanyak 504ribu pelanggan dibanding  tahun sebelumnya.
Namun jika kita bandingkan jumlah pelanggan data internet broadband Speedy, per 2010 baru mencapai 21% dari jumlah pelanggan telepon tetap kabel berbayar. 79% masih menjadi potensi pelanggan, atau jika dihitung berdasarkan ketersedian sambungan terpasang maka potensi pelanggan broadband masih tersedia sebesar 84% atau 8.861 ribu sambungan.
Tabel 3: Sambungan Telepon tetap kabel hingga 2010

Dari sisi teknologi yang digunakan, pemanfaatan jaringan telepon kabel untuk internet broadband oleh Telkom ini saat ini masih menggunakan ADSL 2+ dengan klaim kecepatan hingga 3Mbps (downstream). 
Gambar 1. Grafik Kecepatan data vs Jarak untuk ADSL 1 & ADSL 2+[4]

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk kecepatan hingga 3Mbps, pada ADSL 2+ jarak maksimal pelanggan ke modem DSLAM adalah 4.8km tentu jaraknya akan semakin berkurang mengingat kualitas jaringan kabel tembaga Telkom yang juga sudah menurun.

Aplikasi layanan data masa yang depan
Di masa yang akan datang aplikasi video diprediksikan akan mendominasi layanan komunikasi data. Sebagai referensi untuk Streaming Video standard (320x240 pixels) diperlukan setidaknya koneksi broadband  2.5Mbps, sedangkan untuk High Definition streaming atau pun layanan TV Digital (IPTV) setidaknya dibutuhkan kecepatan data 10Mbps[6].
Tabel 4.Kebutuhan Bandwidth digital TV[7]

Selain layanan TV digital, kebutuhan akses data tidak akan hanya terbatas kepada layanan Video, namun tetap juga mempertahankan kebutuhan layanan legacy yaitu suara dan internet. Untuk itu perlu juga dipertimbangkan layanan jaringan broadband yang memenuhi setiap kebutuhan tersebut yang lazim disebut pula dengan nama layanan triple play. Adapun data kebutuhan Bandwidthnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 5. Kebutuhan Bandwidth Triple Play[7]

Berdasar pada kebutuhan Bandwidth tersebut,  maka saat ini untuk jaringan internet kabel tembaga ke pelanggan dengan teknik modulasi ADSL 2+, kebutuhan Video Streming standar telah dapat terpenuhi, hanya di masa mendatang untuk kebutuhan HDTV dan Triple play maka dibutuhkan teknologi modulasi yang lebih cepat yaitu VDSL 2 yang dapat mencapai kecepatan hingga 100Mbps.
Gambar 2. Grafik Kecepatan data vs Jarak untuk ADSL 2+, VDSL & VDSL 2[5]

Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah Bandwidth antara rumah kabel (cross connect Point) dengan sentral telepon, serta backbone antar sentral telepon. Jika rumah kabel memiliki kapasitas 1200 sambungan, maka setidaknya dibutuhkan Bandwidth sebesar 20Gbps (16.1x1200). Kecepatan ini hanya dapat dicapai oleh jaringan serat optik (2 lamda @10Gbps). Saat ini antara rumah kabel dengan sentral telepon masih didominasi oleh kabel tembaga, untuk itu kesiapan penggunaan jaringan kabel tembaga untuk layanan broadband membutuhkan investasi baru untuk penggantian kabel primer tembaga ke kabel serat optik.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Telkom sendiri telah memiliki beberapa strategi dan perencanaan untuk layanan jaringan telepon tetap (tembaga) seperti dituangkan pada laporan tahunan 2010
1. Terus mengimplementasikan dan mentransformasikan jaringannya sesuai dengan tiga visi implementasi broadband TELKOM yaitu Home Digital Environment, Enterprise Broadband, dan Broadband Anywhere;
     2. Terus meningkatkan kemampuan jaringan full IP transport melalui program: peningkatan bandwidth internet domestik & international, ekspansi Terra IP backbone, ekspansi IP over Lambda berbasis 10Gb, 40Gb dan kedepan berbasis 100Gb per lambda, melakukan sinergi di TELKOMGroup menuju converged dan single transport, melanjutkan pembangunan Metro Ethernet yang difungsikan sebagai jaringan single transport metro untuk menyediakan layanan-layanan berbasis IP dan multiplay, melanjutkan implementasi Fiber To The Home (“FTTH”) dan GPON, serta melanjutkan migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off.
     3. Mengimplementasikan Smart Core melalui program layanan konvergen platform berdasarkan Integrated Management System (“IMS”), mengimplementasikan database profil pelanggan terpadu, Service Delivery Platform (“SDP”) brokerage & orchestration.
      4. Memperluas jangkauan akses broadband sampai dengan pelanggan Enterprise dan Residential melalui rangkaian program Managed Enterprise Services, Managed Smart Customer Premises Equipment (“CPE”), Home Automation, Surveillance, dan Home Interconnect.
Dimana menurut Telkom sendiri, Pada tahun 2010 Telkom sudah mulai melakukan program migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off untuk mengganti kabel tembaga yang telah ada dengan jaringan akses yang bisa mengakomodasi akses layanan data sampai dengan 100Mbps[3]

Kesimpulan
Dari uraian dan data-data yang diatas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi kabel tembaga khususnya untuk aplikasi broadband tidaklah tertinggal dari teknologi radio. Dimana dengan teknologi ADSL 2+ (3Mbps) yang digunakan sekarang pun sebetulnya telah melebihi kecepatan data yang terdapat pada teknologi GSM HSDPA (2.6Mbps), bahkan dapat dikatakan bahwa Commited Information Rate (CIR) pada ADSL tembaga jauh diatas teknologi radio, baik GSM 3.5G maupun Wimax yang bekerja secara sharing bandwidth diantara banyak user.
Jumlah pelangan Telkomsel Flash yang merupakan layanan broadband GSM dari grup Telkom sendiri, hingga tahun 2010 telah mencapai 3.8 juta pelanggan[3], sehingga jumlah pelanggan layanan Speedy  yang hanya mencapai 1.6 juta dapat pula dianggap sebagai terlambatnya respon dari Telkom untuk memanfaatkan jaringan kabel tembaga untuk layanan broadband.
Dalam hal harga, saat ini tariff Speedy dirasa cukup kompetitif di Asia, dimana menurut data PCWorld[8] di Thailand, koneksi internet dengan kecepatan 128kbps-2Mbps (downstream) berkisar antara US$5 – US$50/bulan, Sedangkan di India 256kbps-1Mbps (downstream) berkisar antara US$19 – US$71/bulan. Tentunya harga sewa ini dapat menjadi lebih ekonomis seandainya akses internet global dapat dikurangi dengan cara menyediakan akses server aplikasi di tingkat nasional.
Secara keseluruhan, mengamati laporan tahunan 2010 strategi yang dilakukan oleh PT. Telkom untuk memanfaatkan dan mengembangkan jaringan akses tembaganya dirasa telah tepat. Namun, jika melihat perkembangan pelanggan broadband Speedy yang terlambat perlu dipersiapkan strategi yang lebih agresif, diantaranya adalah:
     ·  Mengedukasi masyarakat bahwa kualitas layanan broadband kabel tembaga lebih baik dibanding broadband seluler
      ·   Mempercepat upgrade jaringan kabel primer ke serat optik
      ·   Mempersiapkan infrastruktur dan perangkat berbasis VDSL 2, dengan mendorong industri lokal sebagai upaya untuk mendukung peningkatan kandungan dalam negeri pada peralatan telekomunikasi
      · Mempersiapkan interkoneksi server nasional baik webserver maupun IPTV server untuk mengurangi ketergantungan akan akses internet global, dan yang tak kalah pentingnya adalah 
      · Mempersiapkan sumberdaya yang siap melayani jutaan pelanggan tanpa mengurai kualitas layanan yang dijanjikan
Jika tidak segera diantisipasi, maka tak ayal pangsa pasar pengguna broadband akan tetap di dominasi oleh jaringan teknologi radio baik seluler (GSM & CDMA) maupun Wimax.

Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Spectral_efficiency diakses pada tanggal 14 Mei 2011
PT. Telkom Indonesia Tbk., Laporan Tahunan 2010. Jakarta Maret 2011. 
http://www.ispreview.co.uk/articles/adsltips/ diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Streaming_media diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://www.icf.at/en/6000/how_much_bandwidth.html diakses pada tanggal 15 Mei 2011
http://pcworld.about.net/news/Aug232006id126729.htm diakses pada tanggal 15 Mei 2011

Penulis,

Yovi Manova

Saturday, May 14, 2011

Membangun Data Center Terbesar, Terbaik dan Teraman Se-Asia Tenggara di Kalimantan

Potensi pasar data akan semakin pesat dimasa mendatang, kebutuhan akan Pusat Penyimpanan Data yang aman adalah hal mutlak untuk menjamin kebutuhan data jangka panjang yang berkelanjutan. Banyak pihak, baik itu personal, pemerintah, perusahaan, dan semua elemen masyarakat yang semakin sadar pentingnya data center dan data recovery center dengan infrastruktur memadai. Ditambah teknologi Cloud Computing adalah salah satu issue utama pembangunan infrastruktur data center pada saat ini.

  
Sebaran Jumlah Data Center Di Dunia

Menurut Data Center Map (13 May 2011), jumlah data center yang dikomersilkan di Dunia adalah 1979 yang terletak di 78 Negara, dimana porsi terbesar adalah berada di Amerika (924), Inggris (127), kemudian Jerman (120) dan Prancis (91).

Sebaran Jumlah Data Center Di Indonesia

Indonesia memiliki 13 Data Center komersil yang sebagian besar berada di Jakarta. dengan catatan sebagai berikut:

Indonesia facts from the CIA World Factbook: 
Location: 
Southeastern Asia, archipelago between the Indian Ocean and the Pacific Ocean 
Natural hazards: 
occasional floods, severe droughts, tsunamis, earthquakes, volcanoes, forest fires 
Telecommunications: 
general assessment: domestic service fair, international service good 
domestic: interisland microwave system and HF radio police net domestic satellite communications system coverage provided by existing network has been expanded by use of over 200,000 telephone kiosks many located in remote areas mobile cellular subscribership growing rapidly 
international: country code - 62 landing point for both the SEA-ME-WE-3 and SEA-ME-WE-4 submarine cable networks that provide links throughout Asia, the Middle East, and Europe satellite earth stations - 2 Intelsat (1 Indian Ocean and 1 Pacific Ocean) 
Internet hosts: 753,200 (2008) 
Internet users: 13 million (2007)

Dari laporan CIA World Factbook diatas, terlihat bahwa faktor keamanan dari gempa bumi, gunung meletus, banjir, kekeringan dan kebakaran hutan yang menjadi salah satu faktor penting bagi issue keamanan data center, harus diperhatikan dalam perencanaan pembangunan.

Klasifikasi Data Center

Pembangunan Data Center akan mempertimbangkan besarnya Investasi, ROI (Return of Investment), dan Performance.

Dari sisi performance, data center terbagi jadi 4 kelas, dimana masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
  • Tier 1 = Non-redundant capacity components (single uplink and servers).
  • Tier 2 = Tier 1 + Redundant capacity components.
  • Tier 3 = Tier 1 + Tier 2 + Dual-powered equipments and multiple uplinks.
  • Tier 4 = Tier 1 + Tier 2 + Tier 3 + all components are fully fault-tolerant including uplinks, storage, chillers, HVAC systems, servers etc. Everything is dual-powered.
Dengan jaminan availability:
  • Tier 1: Guaranteeing 99.671% availability.
  • Tier 2: Guaranteeing 99.741% availability.
  • Tier 3: Guaranteeing 99.982% availability.
  • Tier 4: Guaranteeing 99.995% availability.
Dari klasifikasi diatas, data center Tier 1 adalah pusat data yang digunakan untuk usaha kecil atau toko, sedangkan data center tier 4 adalah yang terkuat dan teraman dari kegagalan akses, data center Tier 4 dirancang untuk host yang membutuhkan sistem komputer critical server dengan subsystem yang berlebihan (pendingin, listrik, link jaringan, penyimpanan, dll). Dan dilindungin oleh keamanan yang tinggi dengan metode akses kontrol biometrik. 

Demikian beberapa hal dari banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan data center, kita dapat juga menggunakan standard ANSI/TIA-942 IEEE.

Kalimantan daerah teraman dari bencana gempa bumi
Jika kita ingin membangun Data Center Terbesar dan Terkuat Di Asia Tenggara, dimanakah didaerah Indonesia ini yang paling tepat kita jadikan basis pembangunan kita?

Belajar dari proteksi yang sangat hebat yang dilakukan oleh PIONEN data center, pemilihan lokasi Data Center di wilayah Indonesia yang rawan bencana tentu menjadi hal yang wajib di pertimbangkan.

Bencana merupakan momok perusak dan merupakan hal yang tidak mampu dihindari dengan kekuatan manusia, penyebab utama bencana adalah gunung meletus, gempa, banjir, kebakaran, huru hara/konflik.

Peta Zona Gempa Indonesia dapat kita jadikan sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan, Peta ini telah disusun dengan memperhatikan sumber gempa pada zona subduksi dan sesar aktif yang teramati selama 100 tahun pengamatan terakhir. 



Secara geografis, kalimantan berada diTengah-tengah Indonesia, sangat dekat posisinya ke Negara-negara di kawasan asia tenggara.

Persiapan Infrastuktur dan Energi
Infrastruktur Backbone Jaringan Telekomunikasi
Untuk menjamin lalu lintas data dalam rencana pembangunan data center ini, maka perlu diperhatikan struktur jaringan telekomunikasi dari dan ke pulau Kalimantan. Pembangunan infrastruktur Palapa Ring dapat disesuaikan agar pembangunan serat optik ke daerah ini bukan hanya sebagai daerah secondary, tetapi harus sebagai titik pusat data bagi kebutuhan kawasan Asia Pasifik.


Pembangunan Palapa Ring


Infrastruktur Energi
Walaupun Kalimantan terkenal sebagai kawasan kaya batubara sebagai salah satu kebutuhan primer pembangkit tenaga listrik, Kalimantan sangat kekurangan listrik. Masalah ini tentu jauh dari harapan kita, dan harus segera dapat diatasi.
Pemakaian sumber energi terbarukan juga menjadi sorotan penting ditengah gencarnya usaha masyarakat Dunia untuk mengurangi emisi karbon, dan posisi Kalimantan sebagai paru-paru dunia.
Kepastian kontinuitas dan sistem redudansi listrik bagi data center tidak dapat ditawar, dan ini dapat menjadi alasan pentingnya pembangunan infrastruktur listrik yang baik bagi pulau Kalimantan.


Kepastian Regulasi dan Investasi
Pembangunan data center sampai saat ini masih berada pada ranah bisnis, belum masuk kepada suatu hal yang disiapkan menjadi isu keamanan dan ketahanan nasional, padahal data-data yang disimpan pada Data Center adalah sangat penting, dan juga menjadi kunci penting besarnya lalu lintas perjalanan data yang akan mempengaruhi investasi pada jaringan Internasional. 
Masih segar diingatan kita bagaimana pemerintah mendesak RIM untuk membangun data center di Indonesia, ketidak jelasan regulasi akhirnya hanya membuat bingung pihak RIM, oleh karena itu, pemerintah dan pelaku IT diharapkan memberikan rasa aman kepada para investor yang ingin membangun data center dan juga pemilik data untuk menjamin keamanan pembangunan data center dan juga data yang tersimpan didalamnya.


Mari Bangun Data Center Terbesar, Terbaik dan Teraman seAsia Tenggara di Kalimantan! 


Penulis,
Fadil
fadilde@gmail.com
@fadilblank

Saturday, May 7, 2011

Operator Hobi Tawuran, Pelanggan Broadband Giat Belajar Supaya Cerdas


TELKOMSEL  atau yang biasa dipanggil TSEL sebagai operator terbesar di Indonesia mengklaim telah memiliki 100 juta pelanggan. Apakah pelanggan itu aktif semua ? atau ditambah juga dengan pelanggan yang tidak aktif ? Hanya TSEL dan Tuhan yang tau J

Kenapa TSEL bisa terus menjauhi lawan-lawannya ? apa karena paling kuat jaringannya ? paling luas jangkauannya atau mungkin karena trendwhore ? itu juga perlu survey dan analisa lebih lanjut. Tapi yang jelas, dari diperolehnya jumlah pelanggan yang lebih dari 100 juta menunjukkan eksistensi nya TSEL sebagai operator pertama yang menggelar layanan selullar.

Seperti kita ketahui, bahwa di Indonesia kecenderungan konsumen memilih produk bukan karena kebutuhan atau bahkan kemampuannya. Biasanya para konsumen memilih produk lebih dikarenakan hanya mengikuti teman seperti tetangga, rekan kerja, saudara atau trendwhore yang sedang berkembang. Apakah kita juga seperti itu ? ada baiknya kita ketahui dahulu siapa saja provider dari penyedia layanan broadband dan apa keunggulan serta kelemahan  yang ditawarkan dari layanan masing2 provider broadband.

Paket Unlimited broadband

TELKOMSEL
IM2
SPEEDY
SMARTFREN
AHA
TRI
Kuota
6 GB
10 GB

2.5 GB / day


Speed up to
7,2 Mbps
3,6 Mbps

9.3 Mbps


Harga (Rp)
400,000
900,000

275,000


Kuota
3GB

Unlimited



Speed up to
7,2 Mbps

3 Mbps



Harga (Rp)
225,000

1,695,000









Kuota
1.5 GB
6 GB
Unlimited
1 GB / day
7 GB
5 GB
Speed up to
1 Mbps
3,6 Mbps
2 Mbps
3,1 Mbps
3,1 Mbps
2 Mbps
Harga (Rp)
125,000
625,000
995,000
150,000
200,000
125,000
Kuota


Unlimited



Speed up to


1 Mbps



Harga (Rp)


645,000



Kuota
1.5 GB
1,6 GB
Unlimited
500 MB/day
4 GB
2 GB
Speed up to
512 kbps
3,6 Mbps
512 kbps
768 kbps
600 kbps
2 Mbps
Harga (Rp)
200,000
350,000
295,000
90,000
110,000
75,000
Kuota
0,7 GB
Unlimited
Unlimited
3 GB
1 GB
Speed up to
3,6 Mbps
384 kbps
153,6 kbps
200 kbps
2 Mbps
Harga (Rp)
160,000
100,000
45,000
80,000
50,000
Kuota
500 MB




500 MB
Speed up to
384 kbps




2 Mbps
Harga (Rp)
100,000




35,000

Dari data diatas, sulit untuk menentukan siapa pemenang dalam paket unlimited, karena dari masing-masing provider punya pangsa pasar sendiri. Bisa dilihat dari banyaknya paket unlimited yang diberikan. Semua provider memang menawarkan paket dengan kouta unlimited, tapi benar-benar unlimited. Karena hampir semua provider memberikan koutanya, jadi apabila pelanggan sudah memenuhi koutanya maka kecepatan downloadpun akan turun sesuai aturan.  Saya sendiri pun agak kesulitan untuk menarik kesimpulan siapa yang unggul dibeberapa paket, hanya saja saya mencoba untuk membandingkan sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan.

Untuk paket unlimited paling murah adalah TRI dengan Rp 35,000,- perbulan, kecepatan 2 Mbps tapi dengan kouta yang diberikan hanya 500 MB setelah itu kecepatan menurun.

Dengan kouta diatas 500 MB sampai dengan 3 GB dan kecepatan 100kbps sampai 300 kbps, ada baiknya anda memilih SMARTFREN dengan biaya Rp 45,000,-

SmartFren menjadi pemenang lagi untuk kecepatan 512 kbps sampai 1 Mbps dengan kouta 500MB perhari. Sedangkan untuk kecepatan 1 Mbps sampai dengan 3,1 Mbps maka provider TRI kembali menjadi juara dengan harga Rp 125,000. 

Untuk kecepatan paling tinggi dan kouta yang paling banyak diberikan oleh provider SMARTFREN kepada pelanggannya dengan kecepatan 9,3 Mbps dan kouta 2,5 GB perhari.

Jangan lupa untuk sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial anda. Kalo memang mampu menghasilkan uang, maka tidak ada salahnya memilih yang kouta dan kecepatannya paling kuat. Tapi ingat, belum tentu juga apa yang ditawarkan oleh provider sama dengan yang sesungguhnya. Sangat baik apabila anda juga bertanya terlebih dahulu dengan kawan-kawan anda yang sudah memiliki pengalaman pemakaiannya.

Tapi jangan takut dulu apabila karena paket yang diberikan terlalu mahal dan anda belum terlalu butuh sampai kouta sebanyak itu. Masih ada paket yang lain seperti untuk paket timebased dan volumebased. Bila anda hanya pengguna jejaring sosial seperti facebook, tweeter dan dll yang hanya membutuhkan kouta yang kecil, maka jangan ragu2 untuk memilih paket dibawah.

Paket timebased :

TELKOMSEL
IM2
SPEEDY
SMARTFREN
AHA
TRI
Kuota
Unlimited
Unlimited




Speed up to
7,2 Mbps
3,6 Mbps


600 kbps

Harga (Rp)
350/ menit
100/ menit


150/ menit


Dari data diatas, untuk paket Timebased ternyata hanya ada tiga operator yang menjual layanan broadbandnya dengan paket timebased, dari tabel bisa dilihat pemenangnya dari sisi harga adalah IM2 dengan harga Rp 100/KB. Tapi dari sisi kecepatan maximum masih dipegang oleh TSEL dengan 7,2 Mbps.

Untuk Paket volumebased :

TELKOMSEL
IM2
SPEEDY
SMARTFREN
AHA
TRI
Kuota






Speed up to



3,1 Mbps
600 kbps

Harga (Rp)



0,5 / KB
0,5 / KB


Seperti layanan timebased, dilayanan volumebased  pun tidak semua provider broadband mau menjual layanannya berdasarkan volume atau kouta. Pada paket ini juaranya adalah SMARTFREN dengan harga Rp 0,5/ KB tapi memberikan kenyamanan kecepatan sampai dengan  3,1 Mbps.

Mudah-mudah dengan adanya tulisan  ini bisa menolong para pelanggan agar lebih mudah dalam memilih produk yang diinginkan. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan atau mengagung-agungkan salah satu produk.  Apalagi beberapa produk mungkin tidak memberikan layanan seperti yang dijanjikan. Yang patut direkomendasikan adalah meminjam dulu produk yang diberikan di rumah anda. Ingat faktor kualitas jaringan pun berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain.

Jadi mana pilihan anda ?

Sumber (Pengamatan informasi berdasarkan data tgl 5 May 2011):
TSEL             : http://www.telkomsel.com/product/telkomsel-flash
IM2         : 
http://www.indosat.com/Indosat_3.5G_Broadband



Penulis,
Bima Indra Gunawan, S.T., M.T.
bimaindra@gmail.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger